Novel “Sang Pencerah” Menginspirasi Kaum Muda
10:22, 14/11/2010DEPOK- Novel “Sang Pencerah” yang menceritakan mengenai perjuangan KH Ahmad Dahlan dalam mendirikan organisasi Islam Muhammadiyah, dinilai dapat menginspirasi kalangan generasi muda untuk memiliki karakter dan spiritualitas yang kuat, kata salah seorang pembahas buku tersebut.
“Novel ini banyak memberikan pelajaran mengenai kepemimpinan yang baik, memiliki keyakinan dan spritualitas yang kuat melalui upaya membangun impian dan mewujudkannya secara persisten, seperti ditunjukkan KH Ahmad Dahlan yang pada masa mudanya berjuang mendirikan gerakan pencerahan melalui Muhammadiyah,” kata Dirut Perum ANTARA Dr Ahmad Mukhlis Yusuf, yang menjadi pembahas buku tersebut, di Depok, Jawa Barat, Kamis pekan lalu.
Pada kesempatan itu, ia menjadi pembahas novel tersebut bersama Ketua Pusat Ekonomi Bisnis Syariah (PEBS) Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Dr Mustafa Edwin Nasution. Hadir juga wartawan senior harian Kompas August Parengkuan.
Acara diskusi bedah buku tersebut menampilkan pengarang novel “Sang Pencerah”, Akmal Nasery Basral, dan diselenggarakan di kampus FEUI serta dihadiri para mahasiswa FEUI.
Menurut Mukhlis Yusuf, novel itu juga memiliki relevansi dengan studi ekonomi masa kini, karena konsep spiritualitas ternyata saat ini menjadi dasar dari konsep kemampulabaan (profitablity) bagi suatu badan usaha.
Dikatakannya bahwa riset yang dilakukan ekonom dunia Robert Kaplan dan David Norton (1997) menunjukkan kemampulabaan hanya dapat terwujud bila terdapat kebahagiaan atau kepuasan pelanggan.
Sementara, kepuasan pelanggan dapat diwujudkan jika terdapat proses bisnis yang baik.
Proses bisnis yang baik itu sendiri, kata dia, terwujud berkat pertumbuhandan pembelajaraan yang tinggi. Dalam berbagai riset lain, pembelajaraan lebih efektif bila dilakukan denganspiritualitas yang kuat sesuai dengan penelitianDanah Zohar.
“Jadi, mahasiswa studi ekonomi punakan mendapatkan banyak manfaat dengan membaca novel itu,” kata Mukhlis Yusuf.
Hal senada dikatakan Ketua PEBS FEUI Mustafa Edwin Nasution yang mengatakan, situasi ekonomi pada periode perjuangan KH Ahmad Dahlan saat mendirikan Muhammadiyah antara tahun 1904-1912 ternyata dalam banyak hal masih banyak kesamaannya dengan situasi saat ini.
“Ambil contoh pada masa kehidupan Ahmad Dahlan, banyak permasalahan ekonomi masyarakat, seperti kemiskinan, riba (membungakan uang dengan persentase tinggi), serta wakaf (hibah). Inilah potret masyarakat Indonesia 100 tahun lalu yang masih ada hingga saat ini. Kenapa kita tidak bisa menarik pelajaran dari masa lalu?” kata Mustafa.
Semntara itu, Akmal Nasery Basral mengatakan bahwa novel “Sang Pencerah” dibuat berdasarkan skenario film “Sang Pencerah” yang dibuat sutradara Hanung Bramantyo.
Dikatakannya bahwa pada April 2009, Hanung datang ke penerbit Mizan membawa draf pertama skenario film “Sang Pencerah”.
Dia kemudian minta dibuatkan novel untuk melengkapi film tersebut. Pihak Mizan lalu mengontak Akmal Nasery yang saat itu masih sebagai wartawan di harian Koran Tempo.
Setelah Hanung melakukan penyempurnaan skenario film hingga draf ke-12 pada Mei 2010, Akmal akhirnya mengerjakan novel tersebut berdasarkan skenario film yang ada sekaligus memperkaya bahan tulisan melalui riset kesejarahan KH Ahmad Dahlan. (net/jpnn)