Kepada pembaca, relasi dan pemasang iklan, Sumut Pos tidak terbit pada edisi 1-2 Januari 2011, sehubungan libur Tahun Baru 2011.
Kami akan hadir kembali pada Senin, 3 Januari 2011. Terimakasih Penerbit

Resepsi di Balai Pengobatan, Biaya dari Uang Saku

11:47, 24/12/2009
Resepsi di Balai Pengobatan, Biaya dari Uang Saku
Resepsi di Balai Pengobatan, Biaya dari Uang Saku

Cinta Lokasi di Tanah Suci, Dua Petugas Haji Menikah di Masjidilharam

Suud Ibrahim bin Haji Rahim dan Miftahul Jannah adalah sama-sama petugas haji. Sejak mengikuti pelatihan di Jakarta, Suud sudah akrab dengan Miftahul. Keakraban itu terus berlanjut hingga ke tanah suci. Akhirnya pada Senin malam lalu (21/12), mereka menikah di Masjidilharam.

BAEHAQI, Mekkah

Senyum Suud terus mengembang ketika dia melafalkan kalimat-kalimat akad nikah. “Qobiltu nikahaha, wa tazwijaha, bil mahril madzkur…,” Duduk tak jauh dari Suud, wajah Miftahul tampak berseri-seri. Seusai akad nikah, Suud menyematkan cincin ke jari manis pengantin perempuan. Selanjutnya, mereka meluapkan kegembiraan dengan memotong kue tar bersama. Itulah suasana akad nikah mempelai Suud dan Miftahul di Masjidilharam, Senin malam lalu waktu setempat (21/12), tepatnya habis salat Isya Suud dan Miftahul mengikat janji suci sehidup semati di depan Kakbah. Akad nikah malam itu dipimpin KH Ahmad Jamhuri yang dipercaya sebagai wali nikah. Pengantin laki-laki mengenakan pakaian khas Arab Saudi: baju gamis dan surban kotak-kotak hitam. Sedangkan pengantin perempuan memakai baju terusan kuning gading dan kerudung sewarna bermotif manik-manik.

Akad nikah tersebut menarik perhatian beberapa pengunjung Masjidilharam lainnya. Saat itu sudah tidak ada jamaah haji Indonesia. Sebagian besar sudah pulang ke tanah air, dan sebagian lagi berada di Madinah. Tetapi, Masjidilharam masih cukup ramai. Masih ada jamaah dari negara-negara lain.

Setelah akad nikah, acara dilanjutkan dengan walimatulursh atau resepsi yang dihelat di Kantor Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPIH), Jalan Sheikh Ash-Hasan Masahat, Kholidiyah. Acara ini sekaligus perpisahan petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi di Mekkah. Hadir antara lain Ketua PPIH Syairozi Dimyathi, Ketua BPHI Barita Sitompul, dan Kepala Daerah Kerja Mekkah Subakin Abdul Muthalib.

‘’Ini kali pertama ada petugas haji Indonesia menikah di Mekkah. Sejak 1986 sampai sekarang belum pernah ada,’’ kata Syairozi yang juga konsul haji pada Konjen RI di Jeddah. Yang terjadi sebelumnya, cinta lokasi bersemi di tanah suci, pernikahan dilakukan di tanah air.

Suud adalah keturunan Bone, Sulawesi Selatan. Namun, dia lahir dan besar di Tobelo, Maluku Utara. Di Mekkah, pria 25 tahun tersebut ditugaskan di tim kesehatan sektor 8 Bakhutmah. Sedangkan Miftahul Jannah asli Samarinda dan tinggal di Tarakan, Kalimantan Timur. Wanita 28 tahun tersebut bertugas sebagai apoteker di BPHI Kholidiyah.

Mereka bertemu saat pelatihan petugas haji di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta. Selama sepuluh hari pelatihan itulah muncul benih cinta yang kemudian tumbuh subur. Padahal, awalnya, Suud menganggap Miftahul adalah wanita cerewet. Umurnya tiga tahun lebih tua dibanding dirinya. Namun, di sisi lain, Suud menilai, Miftakhul juga pintar. ‘’Agak sebel juga. Tapi, lama-lama berubah,’’ katanya.

Perubahan itulah yang membuat Suud semakin terkesan. Perbedaan usia dan tempat tinggal tak menjadi halangan. ‘’Hingga pada suatu sore saya memberanikan diri ‘’menembak’’ dia,’’ tuturnya kepada Media Center Haji di Kantor Teknis Urusan Haji Jeddah sore sebelum akad nikah.
Ceritanya, sore itu Suud masih menyempatkan diri berkonsultasi dengan pimpinannya, Barita Sitompul, di ruang kerja Wakil Ketua PPIH Bidang Pelayanan Kesehatan.

Suud menceritakan, saat break pelatihan di Asrama Haji dia mengajak Miftahul jalan bareng ke kantin. Hatinya berdebar-debar. Namun, keyakinannya sangat kuat. ‘’Bismillah, saya teguhkan niat. Saya ungkapkan maksud saya,’’ kata petugas bidang anastesi dan UGD Rumah Sakit Islam Ternate tersebut.

Bagi Miftahul, ungkapan hati Suud menjelang senja tersebut bagai petir menyambar. ‘’Saya kaget. Tapi, saya anggap dia cuma bercanda, cuma main-main,’’ katanya. Hari-hari berikutnya dia tetap fokus mengikuti pelatihan petugas haji dari pagi sampai malam. Dia pun nyaris melupakan keinginan Suud.

Perjaka tersebut tidak menyerah begitu saja. Untuk membuktikan keseriusannya, pegawai Departemen Kesehatan itu memesan cincin untuk melamar Miftahul. Dia pun berkonsultasi kepadai Khosiyah, petugas pelayanan kesehatan di Sektor 8 yang sudah dia anggap sebagai ibu angkatnya.

Pada 12 November, saat mereka sudah 22 hari di Mekkah, Suud mengajak Miftahul salat di Masjidilharam. Sore itu Mekkah diguyur hujan deras. Guyuran air dari langit itu cukup lama. Baru setelah sekitar pukul delapan malam, mereka bisa berangkat. Pelataran Masjidilharam masih basah kuyup. ‘’Usai salat saya katakan lagi niat saya sambil menunjukkan cincin,’’ katanya.

Hujan yang sangat langka di Makkah itu membawa berkah. Miftahul, yang semula menganggap Suud main-main, mulai menanggapi dengan serius. Wanita itu minta waktu untuk berpikir dan memohon petunjuk kepada Yang Mahakuasa. Dia terus berdoa supaya mendapat pilihan terbaik.
Suud dan Miftahul sempat ragu untuk menikah di Masjidlharam. Alasannya, beberapa selebriti Indonesia malah bercerai setelah menikah di sana. Namun, Barita Sitompul, atasan keduanya, meyakinkan bahwa hal itu tidak bisa dipakai sebagai rujukan. ‘’Banyak orang yang menikah di Masjidilharam dan alhamdulillah tetap langgeng,’’ kata Barita.

Setelah agak mantap, Miftahul menelepon orangtuanya di Tarakan. Gayung bersambut. Ayahnya mereaksi dengan mengatakan bahwa semua itu bukan kebetulan. Itu merupakan petunjuk Allah. ‘’Setelah itu, lamaran Suud baru saya terima,’’ ceritanya lantas tersenyum. Ayahnya pula yang menunjuk KH Ahmad Jamhuri, mukimin di Mekkah, sebagai wali nikah.

Keluarga Suud juga setuju pernikahan dilaksanakan di Mekkah. Teknisnya diserahkan kepada kedua mempelai. Suud dan Miftahul pun sepakat melangsungkan pernikahan secara sederhana. Hanya teman-teman dekat yang diundang. Biaya ditanggung renteng dari uang saku masing-masing.

Kepala Sektor 8 Bakhutmah Ahmad Danial Hafidz sempat terkejut ketika diberi tahu bahwa ada petugas haji mau menikah di Masjidilharam. Dia menyarankan agar meminta izin terlebih dahulu kepada Kepala Daker Mekkah Subakin A.M. Ketika dimintai izin itu, Subakin malah menganggapnya sebagai surprise. Sebab, sejak dirinya bertugas sebagai panitia haji pada 1986, baru kali ini ada petugas haji yang menikah di Mekkah.

Permasalahan sempat muncul. Kabar akan menikahnya Suud dan Miftahul beredar luas dalam sekejap. Semua petugas PPHI ingin datang. ‘’Jadi sempat bingung juga. Semua teman ngotot minta diundang,’’ cerita Suud.

Lagi-lagi Suud dan Miftahul beruntung. Menjelang pernikahan, pemilik hotel yang dijadikan markas BPHI menawarkan syukuran petugas haji. Barita mengungkapkan, acara itu bisa dimanfaatkan untuk pesta pernikahan mereka. Semua pihak setuju. Semua itu merupakan berkah bagi kedua mempelai. (kum/jpnn)

cinlok-haji

[ketgambar]MENIKAH: Suud Ibrahim bin Haji Rahim (kiri) dan Miftahul Jannah (kanan).   //BAEHAQI/JAWA POS/jpnn [/ketgambar]


YM

 
PLN Bottom Bar