Mana Anakku, Mana Anakku…

11:00, 07/01/2011
Mana Anakku, Mana Anakku…
TERENDAM AIR: Rumah-rumah di Kelurahan Sungai Mati terendam air Kamis (6/12). Banjir juga menggenangi ribuan rumah lain di wilayah lain di Kecamatan Medan Maimun, Medan bagian utara dan Kecamatan Medan Sunggal.//Ramadhona/Sumut Pos
  • Banjir hingga 5 Meter, Ribuan Rumah Terendam
  • Terparah di Medan Setelah 9 Tahun

MEDAN-Ribuan warga Kecamatan Medan Maimun tersentak dari tidurnya. Tiba-tiba air Sungai Deli meluap. Dalam hitungan menit, air sudah setinggi lutut. Dalam waktu 15 menit, air sudah melewati pintu rumah.

Peristiwa itu terjadi Kamis dini hari (6/1) sekira pukul 01.30 WIB. Pantauan wartawan koran ini di lokasi, warga tampak hiruk-pikuk menyelamatkan diri dan keluarganya.

Sebagian besar barang-barang berupa surat-surat penting, perabot dan barang elektronik tak sempat diselamatkann
Sebagian warga hanya fokus teringat mengamankan kendaraan bermotor dan langsung dikendarai, sebagian lain hanya membawa pakaian yang melekat di tubuh. Dalam kondisi panik, sebagian besar warga mengungsi ke Jalan Brigjen Katamso, menyemut di sepanjang jalan.

Sekira pukul 03.00 WIB, permukaan air makin tinggi. Kondisi diperparah dengan hujan deras yang terus mengguyur. Kedalaman air rata-rata 1-4 meter. Dari lima kelurahan di Medan Maimun, yang paling parah direndam banjir adalah kelurahan Sei Mati, Aur dan Sukaraja. Di kelurahan ini ketinggian air rata-rata mencapai 4-5 meter. Sementara di Kelurahan Hamdan, Jati dan Kampung Baru, rata-rata ketinggian air mencapai 2-3 meter.

Banjir kali ini terbilang mendadak. Biasanya banjir datang perlahan, sehingga warga di bantaran sungai punya waktu mengevakuasi barang-barang miliknya. Namun kebiasaan warga menghadapi banjir semacam, tak berlaku lagi. Bahkan karena panik, ada sejumlah orangtua berteriak-teriak mencari anaknya.

“Mana anakku, mana anakku,” teriak seorang ibu mencari anaknya di tengah kepungan banjir. “Sudah dibawa ke atas,” jawab warga lainnya. Ternyata anak yang dimaksud telah diungsikan ke sekitar badan Jalan Brigjen Katamso yang topografinya lebih tinggi.

Sekira pukul 02.30 WIB, sempat tersiar kabar ada warga yang tewas tenggelam di Gang Merdeka. Wartawan koran inipun menuju ke lokasi. Untungnya, informasi itu negatif. Memang ada seorang ibu yang syok dan pingsan, digotong ke tempat yang lebih tinggi.

Hingga pukul 04.30 WIB, tak ada bantuan datang, baik dari Tim SAR maupun dari Pemko Medan. Hanya beberapa kepling yang terlihat sibuk, mondar-mandir sambil menenteng HT.

Bantuan justeru berasal dari para keluarga korban yang berdatangan ke lokasi banjir. Rata-rata warga yang datang itu membawa 2-3 ban ukuran besar untuk pelampung.

Dari data sementara yang diperoleh Pemko Medan diperkirakan sebanyak 1.200 rumah terendam air. Jumlah tersebut tersebar di Medan Polonia yakni, Kelurahan Suka Damai sebanyak 85 rumah, Kelurahan Polonia 300 rumah dan Kelurahan Anggrung 33 rumah serta Kelurahan Sari Rejo 19 Rumah.

Kemudian di Kecamatan Medan Sunggal banjir terparah terjadi di Kelurahan Kampung Lalang yang merendam 460 rumah, Kelurahan Sunggal 180 rumah. Selain itu juga terdapat 20 unit sepeda motor, 4 unit mobil dan 1 unit angkot terendam air.

Sementara itu di Kecamatan Medan Helvetia, banjir merendam 400 rumah di Kelurahan Cinta Damai, dan 250 rumahdi Kelurahan Tanjung Gusta.

Laporan lain yang diperoleh Pemko Medan, banjir terparah terjadi di Kecamatan Medan Deli, yakni di Kelurahan Titi Papan, Kelurahan Tanjung Mulia dan kelurahan Kota Bangun. Diperkirakan ada sebanyak seribuan rumah terendam banjir. Bahkan, luapan air Sungai Deli menggenangi badan jalan sepanjang satu kilometer dari Simpang Dobi hingga Simpang Titi Papan, dimana tinggi air sampai selutut orang dewasa.

Banjir juga melanda dikawasan Medan Labuhan. Diantaranya kelurahan yang terandam banjir diantaranya, Kelurahan Besar, Kelurahan Pekan Labuhan dan Kelurahan Martubung.Sejak 10 tahun lalu, terhitung ada dua kali banjir besar melanda pemukiman penduduk di bantaran Sungai Deli, pada 2002 dan 2006. Banjir kali ini terhitung paling parah dalam 9 tahun terakhir.

Sebagaimana diketahui, Kota Medan dilalui dua sungai besar, yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura. Kedua sungai ini beserta anak-anaknya melintasi 11 kecamatan. Dari seluruh kecamatan ini, Kecamatan Medan Maimun merupakan kondisi terparah.

Wartawan koran ini memantau secara khusus di Medan Maimun. Di kecamatan yang memiliki enam kelurahan ini, hampir keseluruhan daerahnya direndam banjir, pasalnya kebanyakan rumah berada di bantaran Sungai Deli dan rawan banjir sejak 1980-an. Di kecamatan, ada 2.823 unit umah terendam, dua diantaranya rubuh, tepatnya di Kelurahan Hamdan dan Kelurahan Sukaraja. Selain kerusakan rumah, banyak diantara warga mengalami kerusakan perabotan rumah serta barang elektroniknya.

Di kawasan banjir Kecamatan Medan Maimun, kondisi terparah terjadi di Kelurahan Sei Mati, Jalan Brigjend Katamso Gang Merdeka. Di wilayah yang sering disebut sebagai “kuali” banjir Sungai Deli di Kota Medan menyisahkan banyak cerita miris.

Sementara itu, puluhan mobil yang parkir di basement Komplek Multatuli Indah di Jalan Multatuli, Medan Kota, terendam air. Setelah dinding bagian belakang gedung jebol akibat hantaman arus Sungai Deli.
Rusman, sekuriti Komplek Multatuli Indah, mengungkapkan peristiwa itu terjadi sekitar pukul 08.00 WIB ditandai dengan suara runtuhan dinding. Ketika itu arus air yang tengah meluap akibat hujan deras langsung masuk ke bagian basement hingga merendam puluhan mobil yang sedang terparkir.

“Banyak juga orang di dalam basement, semuanya berhamburan keluar, “ cetus Rusman.
Dikatakannya, di antara puluhan mobil itu terdapat tujuh unit mobil perusahaan rekanan pengantar uang ke bank. Namun belum bisa dipastikan apakah tujuh unit mobil itu berisi muatan uang. Hingga siang ini lokasi basement yang berada persis di gedung Hotel Medan Ville itu masih dikerumuni masyarakat. Petugas komplek tengah berjuang untuk menerobos masuk ke dalam air untuk memastikan apakah terdapat korban jiwa.

Selain Sungai Deli, Sungai Babura juga meluap. Dampaknya, sedikitnya 25 Kepala Keluarga di Kampung Mandailing, Kelurahan Darat, Kecamatan Medan Baru yang sudah puluhan tahun tinggal di bantaran sungai, mengungsi sejak pukul 06.00 WIB. Banjir bercampur lumpur dengan ketinggian 1,5 meter akhirnya merendam rumah hingga pukul 14.30 WIB.

Menurut Hj Yusni Zahara (80) yang sudah tinggal 60 tahun lebih di Kampung Mandailing, banjir kali ini cukup tinggi hingga warga sempat panik. “Banjir kali ini menyerupai banjir tahun 1990 lalu, hingga hampir seluruh warga sempat mengungsi,” kata Hj Yusni.

Kepala Lingkungan III Kelurahan Darat Nurdin Lubis mengatakan, puluhan rumah dan satu masjid di wilayah terendam air. “Syukurlah warga saya selamat semua, tapi kalau rumah dan barang-barang banyak yang terendam,” ujarnya sambil menyebut, rumah dan harta bendanya juga ikut terendam.
Siang harinya, bantuan kemanusiaan dari partai dan organisasi lainnya mulai berdatangan. “Kita juga sudah membuat dapur umum untuk korban banjir,” ujar Nurdin Lubis.
——
Sedangkan luapan Sungai Sunggal —sebagai terusan kedua sungai yang bertemu di kecamatan Medan Barat itu— menggenangi ribuan rumah penduduk di seputaran Kampung Lalang Medan. Pemandangan tersebut menarik perhatian pengguna jalan sehingga melumpuhkan arus lalulintas di Jalan Gatot Subroto Medan. Banjir juga menutupi jalan raya sehingga arus lalulintas sempat terganggu, baik dari Binjai-Medan mupun Medan-Binjai.

Menurut seorang warga Jalan Abadi Sunggal Murni, air setinggi pinggang orang dewasa menggenangi rumah penduduk pada pukul 04.00 WIB. Hingga pukul 09.30 WIB ketinggian air masih mencapai betis orang dewasa. “Pagi tadi datangnya sampai setinggi pinggang. Itu masih ada bekas genangan airnya,” ucap Murni seraya menunjuk salah satu tembok rumah penduduk.

Puluhan keluarga mengungsi untuk menyelamatkan diri. Warga terpaksa menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi dan dianggap aman sekaligus membawa perabot rumah tangga, seperti kursi dan lemari, serta surat-surat penting. Salah satunya di SPBU KM 10,1 Kampung Lalang.

Seorang warga Dusun II Kampung Lalang, Ferdy Siallagan (32), mengatakan, warga terpaksa meninggalkan rumah karena banjir semakin tinggi. Saat ini saja ketinggian air sudah mencapai 70 sentimeter. “Kok tiba-tiba saja itu bisa meluap. Padahal selama ini sungai tersebut tidak pernah meluap sekalipun sedang hujan deras,” katanya.
Ia memprediksi banjir yang melanda warga Kampung Lalang itu merupakan banjir terbesar kedua setelah yang terjadi 2001 silam. Sekalipun belum dipastikan keberadaan korban jiwa, dipastikan kerugian materi warga cukup besar pada kejadian itu. (her/ril/jul/mag-11/amru/smg)


YM

 
PLN Bottom Bar