Suami Meninggal, Buka Kursus di Kontrakan

08:03, 20/12/2009
Suami Meninggal, Buka Kursus di Kontrakan
Suami Meninggal, Buka Kursus di Kontrakan

Annette Frambach; Dari Belgia, 35 Tahun Tularkan Ilmu Olah Vokal di Indonesia

Awalnya Annette Frambach tinggal di Indonesia karena ikut suami pada 1960. Empat belas tahun kemudian, sang suami meninggal dunia. Meski demikian, perempuan asal Belgia itu tak kembali ke negaranya.

LUCKY NUR HIDAYAT, Jakarta

Sejak itulah aktivitasnya sebagai guru olah vokal dimulai, hingga melahirkan murid-murid berprestasi di tanah air.  Umur Annette hampir berkepala delapan. Tepatnya 77 tahun. Tapi, dia masih energik. Bicaranya lantang dan sangat fasih berbahasa Indonesia. Di usianya yang sudah tergolong senja itu, Annette tinggal sendirian di kawasan perumahan elite, kompleks Sentul City, Bogor.  Rumah itu bertipe 65 dan ada kolam renangnya yang menghadap langsung ke rimbunnya lahan hijau.

“Tiap hari saya selalu berenang. Dua kali sehari. Pagi satu jam, sore sekitar setengah jam saja. Untuk menjaga kebugaran,” katanya kepada Jawa Pos (Sumut Pos) yang mengunjungi rumahnya kemarin (19/12).

Tinggal sendiri di perumahan dilakoni Annette sejak delapan tahun lalu. Anak-anak dan cucu-cucunya tinggal di tempat lainn
Jawa Pos sempat menyatakan keheranannya mengapa dia tinggal sendiri. “Apanya yang aneh kalau orang tua seperti saya tinggal sendiri?” kata wanita bernama asli Anne Marie Frambach ini santai. “Di Indonesia mungkin aneh. Tapi, di luar negeri, orang tua tinggal sendirian itu biasa,” lanjut ibu tiga anak, empat cucu, dan dua cicit ini.

Meski tinggal sendiri, Annette tak merasa kesepian. Padahal, dia sudah tak punya aktivitas di luar. Di rumah pun, selain membaca, aktivitasnya juga berenang. “Saya tak pernah merasa kesepian. Kalau kesepian, saya ke rumah anak saya,” katanya. Dari ketiga anaknya, satu tinggal di Amerika, satu di Jakarta, dan satu lagi di Bogor. “Rumah anak saya ada yang dekat. Sekitar dua kilometer dari sini,” katanya.
Annette lantas menceritakan bagaimana awalnya dia tinggal di Indonesia. “Saya ke sini karena ikut suami,” kata sulung dari tiga bersaudara ini, mengawali ceritanya. Itu terjadi pada 1960.

Suryanto, suami Annette sebelum pulang ke Indonesia, adalah pegawai di perusahaan minyak di London. Di negara itulah Suryanto bertemu Annette, hingga keduanya menikah. Saat itu usia Annette 23 tahun.

Setelah empat belas tahun tinggal di Indonesia, musibah itu datang. Saat itu, 1974, suami Annette meninggal karena sakit. Ditinggal suami, Annette sempat kelimpungan. Apalagi, ketiga anaknya masih kecil-kecil. Karena dituntut harus mencari nafkah, Annette pun memutuskan mencari pekerjaan. Kerja apa? Karena satu-satunya keahliannya adalah menyanyi dan mengajar vokal, pekerjaan Annette tak jauh-jauh dari itu.

Dunia musik dan tarik suara bagi Annette bukan hal asing. Sejak umur enam tahun, dia mengenal musik dari sang nenek. Di tempat asalnya, ketika umurnya 20 tahun, Annette pernah manggung di opera Liege, Belgia. Dia juga jebolan sekolah tinggi musik Conservatoire Royal di Liege, Belgia. Berbekal latar belakangnya ini, sepeninggal suami, Annette lantas membuka kursus vokal. Awalnya dibuka di rumah kontrakan di daerah Kebayoran, Jakarta Selatan. Itu terjadi pada 1974, beberapa bulan setelah sang suami meninggal. “Selain mengajar di rumah kontrakan, saya mengajar keliling,” kata wanita yang juga piawai bermain piano ini.

Annete yang merupakan anak pemilik toko dan bengkel alat musik di Belgia itu juga aktif menggelar konser bersama beberapa muridnya di gereja-gereja di sekitar Jakarta. Namanya mulai melambung ketika seorang muridnya, Prawaningrum Katamsi, menggondol predikat juara Bintang Radio beberapa kali.

Prawaningrum yang asal Jogja saat itu juga dikenal sebagai Ibu Seriosa-nya Indonesia. Dia sukses menyabet gelar Juara Bintang Radio pada 1965, 1966, 1968, 1974, 1975, dan 1980. Saat itu, ajang Bintang Radio memiliki gengsi tinggi di dunia vokal tanah air.

Sejak saat itu banyak murid Annette menyusul menjuarai ajang tersebut, termasuk Johnson Hutagalung yang menjuarai Festival Bintang Radio dan Televisi tingkat nasional pada 1988, 1990, dan 1992. Salah satu muridnya yang juga terkenal adalah Doddy Keswara Kartikajaya atau yang dikenal sebagai Doddy Katamsi, yang tak lain anak kedua Prawaningrum.

Murid-murid lain Annette adalah grup acapella Jamaica Caf’ dan Takako Leen, penari keturunan Jepang asal Surabaya. “Sayang saya sudah tak ingat semua. Uh, terlalu tua untuk mengingat itu. Jumlahnya (pemenang ajang Bintang Radio, Red) juga banyak. Ada puluhan orang,” ujar Annette disambung dengan senyuman.

Pada pertengahan 1992, wanita yang dikenal memiliki head voice bagus itu dipinang Pranadjaja. Dia pemilik sekolah musik tersohor saat itu, yakni Bina Vocalia. Annette ditawari mengajar di sekolah itu. “Selain itu, saya ada tugas khusus. Yakni, mengajar anak Pak Pranadjaja, Citra Pranadjaja,” tutur pengagum Luciano Pavarotti ini.

Di sekolah itu pun Annette tak berhenti mencetak bintang-bintang radio dan televisi baru. “Saya merasa bangga dan berhasil jika murid sukses. Awalnya hanya cari uang. Tapi, semakin lama saya jadi cinta dunia olah vokal,” ungkap wanita yang memiliki jenis vokal soprano lirico ini.
Kemudian, sekitar 2006, dia bergabung dengan sekolah musik Gladi Resik bersama musisi kenamaan lain, seperti Gilang Ramadhan, Benny Likumahuwa, Donny Suhendra, Todung Panjaitan, dan Krisna Prameswara. Setelah sekitar satu tahun mengajar, dia memutuskan berhenti. “Saya kasih kesempatan untuk yang muda. Supaya ada regenerasi,” jelas wanita yang berhenti menjadi solist saat usianya 67 tahun itu.

Annete yang masih menyimpan obsesi memiliki murid yang bisa go international itu tak ingin tiga anak mengikuti jejaknya. Menurut dia, di Indonesia sulit hidup dengan mengandalkan penghasilan dari musik, terutama musik klasik. “Musik ini kurang komersial, terutama di negara ini. Tetapi, ini harus dimaklumi karena ini bukan budaya dari negara ini juga,” tutur nenek model, pemain sinetron, bintang film, dan presenter TV kondang Nadia Mulya itu.

Wanita yang mengaku berteman akrab dengan pelatih vokal Indonesian Idol Catherine Leimena ini bahkan banyak menemui anak muda yang tak mau belajar vokal secara serius walau memiliki modal talenta. Apalagi, mendalami musik klasik. “Karena itu, mending saya pensiun dan mensyukuri anak-anak saya yang telah menjadi profesional,” tuturnya. “Kini saya fokus untuk mempersiapkan koper besar dan isinya untuk bekal perjalanan yang panjang setelah hidup di dunia,” ungkapnya. (kum/jpnn)

annet-frabach

[ketgambar]ASRI: Annet Franbach saat ditemui di rumahnya yang asri di Sentul City, Bogor. // Lucky Nur Hidayat /  Jawa Pos/jpnn[/ketgambar]


YM

Kata kunci pencarian berita ini:

 
PLN Bottom Bar