Rakyat Sumbang Koin untuk Presiden
11:22, 24/01/2011Setelah SBY Mengeluh Gaji Kurang
JAKARTA-Keluhan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang sudah 7 tahun tak naik gaji, berkembang cepat. Dukungan, simpati, sindiran dan kritikan terhadap pernyataan yang dilontarkannya dalam pidato pada Rapim TNI dan Polri Jumat (21/1) terus mengalir.
Seperti halnya di situs microblogging Twitter, beberapa tweeps (pemilik akun twitter) memberikan komentar yang beragam. Hingga muncul lontaran ide untuk menggalang koin SBY.
Gagasan itu terkesan lucu sekaligus menyindir. Bahkan sebuah logo untuk menggagas ide koin presiden telah menyebar luas di twitter. Logo itu berbentuk persegi panjang dengan gambar sebuah tangan sedang memegang koin. Di bawahnya dilengkapi tulisan ”Koin Untuk Presiden”.
Selain itu, tepat di tengahnya tertulis kata-kata sindiran sarat makna ”Help Salary Presiden” dengan huruf agak besar. Logo berwarna paduan kombinasi kuning, hitam, dan putih.
Sepintas, logo tersebut mirip logo aksi ”Koin untuk Prita Mulyasari” yang sempat booming tahun 2010. Koin Keadilan Prita yang berjumlah ratusan juta itu merupakan hasil solidaritas masyarakat yang simpati kepada Prita. Belum diketahui pasti siapa yang mengupload logo itu pertama kali dan apa maksudnya.
Di Facebook, gerakan sejenis muncul Minggu (23/1) kemarin. Dengan nama grup ”Gerakan Rakyat Indonesia Galang Koin untuk Presiden SBY”, hingga kemarin sore anggota akun ini sudah mencapai 990 orang. Akun ini juga menulis visi dan misi: ”page ini hanya merupakan aspirasi rakyat, tidak ada maksud menghina, karena rakyat masih banyak yang gajinya di bawah presiden tercinta. Fasilitas rakyat juga masih banyak yang di bawah presiden tercinta. Jadikan kritikan rakyat untuk menjadi Indonesia yang lebih baik.”
Dalam pernyataannya, gerakan ini akan melakukan aksinya, Senin (24/1) di Bundaran Hotel Indonesia dan mengundang warga untuk bersama-sama menyumbangkan koin 100 untuk pemimpin yang sedang mengalami kesusahan.
Gerakan ini juga bekerja melalui BlacBerry Messenger dengan ikon ”Gerakan Sayang SBY”. Penerima pesan diimbau mengumpulkan koin Rp100 untuk membantu keluh kesah SBY soal gajinya yang belum naik selama tujuh tahun. ”Senin Tgl 24 Januari 2011 Tempat Bundaran Hotel Indonesia. Sebagai warga negara kita yang dipilih rakyat sedang mengalami kesusahan. Saatnya kita sebagai rakyat membantu kesulitan beliau dengan menyumbangkan koin cinta SBY Rp 100,” bunyi pesan dalam BBM.
Dituding Pengalihan Isu
Curhat Presiden SBY soal gaji presiden yang tidak pernah naik selama tujuh tahun, hanyalah akal-akalan untuk mengalihkan isu.
Presiden SBY dinilai mengalihkan isu 18 kebohongan pemerintah yang disampaikan para pemuka agama dan dugaan rekayasa atas mafia pajak Gayus Tambunan yang dilakukan oleh Satgas Pemberantasan Mafia Hukum(PMH).
Akhirnya opini tergiring ke soal gaji presiden dan meredakan wacana kebohongan dan testimoni Gayus. SBY sendiri seolah memimpin langsung pengalihan issu tersebut. Hal yang juga aneh, SBY mengundang anggota satgas PMH ke Cikeas.
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Institute Proklamasi Arief Rahman, Minggu (23/1). ”Ironis, di saat gelombang gerakan dan pernyataan seluruh elemen masyarakat mendesak dibubarkannya Satgas PMH serta diperiksanya Denny Indrayana dan Mas Ahmad Sentosa tapi SBY malah mendukung mereka,” kata Arief.
Menurut Arif, ada beberapa kejanggalan dalam pertemuan tersebut, diantaranya, mengapa klarifikasi Satgas PMH atas dugaan merekayasa kasus Gayus Tambunan disampaikan di kediaman pribadi SBY, bukan di Istana Negara. Seolah-olah kerja Satgas adalah menjalankan kepentingan pribadi SBY.
”Dengan begitu maka dugaan mengalihkan isu skandal Bank Century, rekayasa kasus Antasari Azhar oleh Satgas PMH selama ini dilakukan atas perintah Presiden?” kata Arief mempertanyakan.
Sementara peneliti Indonesian Corruption Watch (ICW) Febri Hendri berpendapat, keluhan SBY dengan alasan apapun, sangat tidak memenuhi rasa keadilan. ”Seharusnya Presiden rela berkorban dengan meningkatkan gaji guru, polisi dan aparat penyelenggara negara lainnya yang masih rendah,” ujar Febri Hendri, kemarin.
Sebagai pemimpin, katanya, Presiden SBY mestinya memberi contoh gaji bukan satu pendorong peningkatan kinerja. ”Gaji Presiden tidak perlu dinaikkan. Itu tidak memenuhi rasa keadilan,” katanya. (yan/wid/rm/jpnn)