Sejak mendapat pengakuan dari UNESCO, batik Indonesia kian mantap menjadi warisan luhur dengan berbagai macam inovasi dan kreatifitas.

Keistimewaan batik tidak hanya digunakan saat acara-acara resmi tetapi juga untuk acara santai orang muda. Selama ini busana batik selalu diidentikkan dengan busana orangtua namun seiring perkembangannya, batik juga sangat pas digunakan oleh orang muda apalagi batik pun bisa digunakan untuk acara-acara santai.

Kecintaan akan karya seni busana yang tertuang pada kain batik pun hadir di hati generasi masa kini,  tentunya dengan tampilan yang lebih segar, dan dinamis.

Yup, batik kini sangat digemari berbagai kalangan dan usia, tak peduli tua muda, tak peduli untuk acara formal maupun non formal. Batik tetap menjadi busana pilihan pertama untuk dikenakan. Apalagi dengan dipilihnya batik sebagai seragam di berbagai kantor, membuat batik semakin popular.

Bila diamati, kini para anak baru gede (ABG) terlihat asyik berlenggak-lenggok dengan menggunakan batik di mal atau pusat-pusat perbelanjaan. Entah dengan model babydoll, jumper, kimono, sackdress. Sedang jenis batik yang dipakai ada berupa batik cap maupun tulis, hal ini  menandakan bahwa batik memang benar-benar telah  merakyat.
Di tengah gaya berbusana global yang masuk ke Indonesia, pemunculan batik dengan gaya trendi memang sangat menarik perhatian. Baju dari tekstil tradisional yang dirancang modis ternyata bisa tampil segar, ringan dan disukai orang muda.

Pandangan lama tentang batik kian berubah. Batik bergaya muda rupanya mengena di hati peminat mode. Peminatnya dari berbagai kalangan. Mulanya memang kelompok terbatas, para sosialita dan selebriti. Namun kini sudah mulai mewabah di kalangan umum.

Menariknya banyak orang muda yang berminat memakai gaun batik. Malah memunculkan beberapa ikon yang dalam kesempatan acara public kerap hadir mengenakan batik, seperti Dian Sastrowardoyo, Nia Dinata, Izabel Jahja dan Chitra Subijakto dan artis lainnya.

Melihat batik dipakai orang terkenal dan terpampang di halaman mode di majalah, awam pun mulai ikut tertarik pada tekstil khas Indonesia itu. Sebagian memburunya di berbagai ajang pameran. Dalam setiap pameran kerajinan, tampak gerai-gerai  batik selalu diserbu para pengunjung baik  tua dan muda. Mereka membeli kain batik yang nantinya mereka jahitkan menjadi gaun modis. Ada juga yang membongkar koleksi kain batik ibunya di lemari untuk mendapatkan batik lama.

Sekarang justru bertolak belakang, batik kembali dicintai sebagai gaun ringan sehari-hari yang nyaman. Apalagi dengan desain yang gaul, batik pun tak menjadi kuno lagi.

Misalnya saja di Toko Batik Chairul Anwar di kawasan Jalan DI Panjaitan no 78. Di toko ini, berbagai jenis batik tersedia, mulai dari batik Pekalongan, batik Cirebon serta berbagai kain batik dari daerah lainnya.
“Makin banyaknya pesanan terhadap bahan jadi batik berbentuk baju, maka yang sebelumnya hanya memesan bakal batik dari Cirebon dan Pekalongan, kini kami juga menggunakan jasa konveksi untuk membuat bahan jadinya,” akunya.

Modelnya pun beragam. Untuk pria, banyak menghadirkan berbagai kemeja batik dengan motif beragam. Model wanitanya, mulai dari baju lengan pendek, dress, blus, gamis, kain sepanjang 2 meter, kain sarung, serta selendang yang bermotifkan ukiran batik.

Harganya pun juga bervariasi, mulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu. “Aku suka pakai baju batik karena kainnya nyaman dan ringan. Desainnya juga modern dan gaul. Kan sekarang lagi tren baju batik,” ujar Romawati, mahasiswi USU saat berbelanja di gerai milik Anwar ini. (ila)