Tari Balet, Klasik yang Mulai Digemari
10:44, 26/12/2010Banyak jenis tarian yang ada di dunia. Hampir semua tarian, membutuhkan kemampuan khusus dari si pelakunya untuk memadukan gerakan dan lagu. Salah satunya balet yang semakin banyak diminati masyarakat.
Seni menari indah seperti balet sudah banyak digemari perempuan di perkotaan, termasuk di Kota Medan. Tak hanya dapat menjaga tubuh tetap ramping, balet juga melatih orang untuk disiplin dan lebih percaya diri.
Meski berasal dari Perancis, balet ternyata sangat populer dan banyak diminati di Indonesia, terutama wanita. Ini terlihat dari banyaknya sekolah dan tempat latihan balet yang menawarkan pendidikan balet mulai usia dini hingga kelas dewasa. Begitu juga di Kota Medan, sanggar tari balet semakin tumbuh dan berkembang.
Tak heran, di perkotaan banyak anak kecil yang sudah piawai meliukkan badan melakukan gerakan balet yang atraktif.
Istilah ballo pertama kali digunakan oleh Domenico da Piacenza (dalam De Arte Saltandi et Choreas Ducendi), sehingga karyanya dikenal sebagai balleti atau balli yang kemudian menjadi ballet. Istilah balet itu sendiri dicetuskan oleh Balthasar de Beaujoyeulx dalam Ballet Comique de la Royne (1581) yang merupakan ballet comique (drama balet).
Pada tahun yang sama, Fabritio Caroso menerbitkan Il Ballarino, yaitu panduan teknis mengenai menari balet, yang membuat Italia jadi pusat utama berkembangnya tari balet.
Balet sendiri berakar dalam acara pertemuan para ningrat Italia di masa pencerahan. Selanjutnya, balet dikembangkan dalam ballet de cour, yaitu dansa sosial yang dilakukan bersama musik, pidato, berpuisi, nyanyian, dekor, dan kostum oleh para ningrat Perancis.
Balet kemudian berkembang sebagai bentukan seni tersendiri di Perancis pada masa pemerintahan raja Louise XIV yang sangat mencintai seni tari dan bertekad untuk memajukan kualitas seni tari pada masa itu.
Sang raja mendirikan Académie Royale de Danse pada tahun 1661, dan pada tahun yang sama, balet komedi karya Jean-Baptist Lully ditampilkan. Bentuk balet awal berupa sebuah seni panggung di mana adegan-adegannya berupa tarian.
Lully mendalami balet opera dan mendirikan sekolah untuk mendidik penari balet profesional yang berhubungan dengan Académie Royale de Musique. Di sekolah itu, sistem pendidikannya berdasarkan tata krama ningrat.
Kini tarian itu telah berkembang pesat di Indonesia. Sebut saja Sherina Munaf. Artis cilik yang namanya melejit sejak membintangi film “Petualangan Sherina” pada tahun 2000 itu kini sudah remaja. Selain lihai menyanyi dan bermain piano, Sherina juga dikenal pandai menari balet. Tak heran, gadis berusia 19 tahun ini tetap ramping, bugar, dan jauh dari kegemukan.
Suka atau tidak, tren baru tari balet mulai tumbuh. Tampak depan, wajah balet yang elegan tetap dominan. Banyak kalangan wanita dewasa di perkotaan menekuni tari balet untuk sekadar memperindah bentuk tubuh mereka.
Nah, salah satu sanggar tari balet di seputaran Jalan Sabaruddin Medan. Saat wartawan koran ini menyambangi lokasi ini, ada dua orang perempuan muda, serius mengikuti instruksi yang diberikan oleh pelatihnya. Plies, putaran fouettés, et pointe, dan sederet istilah balet lain dalam bahasa Perancis, harus diingat oleh Stefani Senjaya dan Cindy Senjaya, kakak beradik yang mencoba menekuni tarian yang berkembang sebagai bentuk seni tersendiri di Perancis ini.
Kedua penari membebat kepalanya dengan kain kelabu dan memakai tight dan leotard yang terbuka di bahu kiri. Gerakannya mengalir lancar berkelok-liku dengan goyang pelan pinggul yang erotis. Sesekali bahu kiri mendadak diangkat atau tangan kanan menusuk lurus ke atas.
Ada kalanya keduanya bergerak serempak, bergulung di lantai atau berhadapan bagai bercermin. Gerak balet sekali dua berkelebat: loncatan ringan, angkatan tubuh bak kapas, dan putaran berulang pada poros tubuh.
“Aku baru gabung selama 3 bulan di tempat les ballet Prience ini. Sebelumnya, enggak punya basic menari atau dance apa pun. Saya emang pengen belajar balet klasik dari dulu. Soalnya saya emang seneng yang klasik. Belajar piano pun memilih yang klasik,” kata Stefani, cewek kelas 9 yang sekolah di SMP Methodis II Medan ini.
Menurut instruktur balet Ms Yuni, untuk menguasai tarian jenis ini (misalnya balet anak) dengan baik, sebetulnya tidak harus dimulai sejak usia balita. “Memulai dari usia dini itu baik, tapi jika di usia belasan masih ingin mencoba, nggak masalah juga. Kelenturan itu bisa dilatih, kok. Menurut pengalaman saya, umur 10-11 tahun, orang masih bisa jika ingin belajar atau les ballet,” jelasnya.
Jadi balet anak itu sangat bermanfaat. Lihat aja Stefani, walau nggak mengejar target untuk menjadi penari balet profesional, belum terlambat untuk belajar tarian yang meliputi mime, akting, musik, dan tarian itu sendiri.
Di Prience Ballet, setiap murid yang ingin belajar atau les balet, akan mendapatkan kurikulum yang dibuat demikian rupa. “Semua tingkatan, ada silabusnya. Jadi enggak sembarangan pelajaran yang dikasih, semuanya sesuai dengan kurikulum yang ada,” lanjut Ms Yuni lagi. Tiap ujian kenaikan tingkat pun, pengujinya bisa saja didatangkan langsung dari luar negeri.
Sekilas memang, tarian yang dilakukan terlihat indah. Padahal terdapat tingkat kerumitan yang tinggi dalam mempelajari balet ini. Begitu pun ada banyak yang bisa kamu dapetin jika tekun mempelajari balet. “Balet itu bisa ngebentuk tubuh, jadi badan akan lebih bagus. Lalu, melatih imajinasi kita. Selalu ada roleplay waktu latihan. Plus, jadi lebih peka terhadap musik, terutama musik klasik, musik pengantar balet,” ucap Ms Yuni.
Hal itu dibenarkan Meidira (35) yang mengaku sudah memasukkan putrinya, Keisha (5 tahun) ke sanggar balet yang tidak jauh dari kediamannya tersebut. Meidira pada awalnya hanya ingin menjadikan Keisha mempunyai aktivitas yang menyenangkan. Ia juga mempercayai dengan rutinnya Keisha menjalani balet, dapat membuat tubuh anaknya jadi lentur dan proporsional.
Dengan manfaat yang ditawarkan dari berlatih ballet, tidak heran jika kini sanggar tari balet semakin diminati. Untuk itu, sanggar menawarkan kelas untuk berbagai usia, mulai usia dini sampai kelas untuk orang dewasa. Seperti di sanggar balet Prience Jalan Sabaruddin Medan ini. Sanggar ini menyediakan kelas untuk anak-anak yang berusia 3-6 tahun. Pada tingkatan ini, anak diperkenalkan gerakan kreatif yang sesuai untuk seusianya, dengan tatap muka berlangsung satu kali seminggu. Ada pula tingkat general graded syllabus, dengan durasi latihan meningkat menjadi dua kali dalam seminggu.(jul/ila)
Perlu Disiplin dan Mental
Ballet (baca: ba–le) adalah sebuah seni tari istimewa yang ditarikan dengan cara khusus di atas panggung sehingga berbeda dengan tarian pada umumnya menggunakan langkah, gerakan, musik, kostum dan tata rias, serta set panggung untuk bercerita dan membakar imajinasi penonton.
Untuk dapat menarikan jenis tari yang telah berumur lebih dari 400 tahun ini memerlukan latihan yang tidak ringan untuk mencapai kesempurnaan namun menyenangkan dan spektakuler untuk disaksikan. Semua balet terdiri dari kombinasi tarian-tarian solo (menari sendiri), pase deux atau duet (menari berdua), dan tarian bersama (menari dengan jumlah penari yang banyak) yang para penarinya tergabung dalam corps de ballet.
Kita menyebut menari dengan memakai pointe shoes berpita sebagai balet. Untuk dapat menari balet, baik wanita maupun pria, membutuhkan kerja keras dan waktu yang lama untuk mencapai kesempurnaan teknik, kekuatan fisik, dan musikalitas.
Selain itu yang lebih penting adalah diperlukannya disiplin tinggi serta mental yang kuat. Yang membuat balet spektakuler dan berbeda dari jenis tari lain adalah para ballerina-nya memakai pointe shoes atau toe shoes saat menari.
Menari sambil berjinjit dengan mengenakan sepatu yang keras membuat balet menjadi spektakuler. Tentu saja menari dengan mengenakan pointe shoes harus ditunjang dengan bentuk kaki yang lurus serta teknik yang tinggi. Ballet danseur atau penari ballet pria tidak memakai sepatu jenis ini, sejak mula hingga seterusnya mereka memakai soft shoes yang lebih fleksibel. (ila)