Menilik Kelahiran Bahasa

10:34, 03/01/2011

Ketika orang-orang Yunani-Latin seperti Plato dan Aristoteles, berbicara tentang bahasa, manusia sudah mengenal masyarakat, sebagaimana yang kita kenal sekarang. Pada waktu itu, 2500 tahun yang lalu, mereka sudah membicarakan dan membahas bahasa mereka sendiri, bahasa manusia.

Salah satu pertanyaan mendasar dalam filsafat yang mereka bahas ialah apakah bahasa itu, lalu bagaimana bahasa itu terbentuk, atau bagaimana bahasa itu lahir.

Tampaknya sulit disangkal bahwa bahasa lahir dan hidup bersama masyarakatnya. Pertanyaan yang belum bisa dijawab secara pasti ialah kapan masyarakat itu ada dan terbentuk, serta kapan mereka mulai memiliki bahasa. Yang pasti, masyarakat manusia, apa pun bentuknya, selalu memerlukan alat atau cara untuk berkomunikasi di antara sesama warganya. Mungkin kita bisa membayangkan bagaimana masyarakat itu, ketika kita belum mempunyai bahasa, saling berkomunikasi.

Sangat mungkin mereka berkomunikasi dengan “bahasa gerak” yakni gerakan tangan, mata, bibir, ekspresi wajah, jari, dan sebagainya. “Bahasa gerak” itu sampai saat ini kita pakai untuk menyertai pengungkapan bahasa. Kita memanggil dengan menggerakkan tangan, mengiyakan dengan menganggukkan kepala, menolak dengan menggelengkan kepala, dan sebagainya. Dari sini kita tahu bahwa suatu gerak adalah tanda dan tanda ini mempunyai makna tertentu.

Tanda dan makna, serta hubungan antara keduanya jelas merupakan hasil kesepakatan mereka bersama.
Aspek lain yang patut diperhatikan ialah bahwa semua bahasa manusia selalu melibatkan bunyi, bahkan dapat dikatakan bahasa itu tediri dari bunyi. Berbicara tentang “bunyi bahasa” tentu tidak dapat dilepaskan dari manusia yang membentuk dan menjadi warga masyarakatnya. Masyarakat memang terbentuk dari sekumpulan individu-individu manusia. Tiap manusia memiliki organ-organ yang dapat menciptakan bunyi, dan bunyi itu bisa terjadi karena ada udara. Banyak orang tidak pernah memperhatikan nafasnya sendiri, mungkin bahkan tidak menyadari bahwa di dalam rongga dada ada udara, yang masuk melalui lubang hidung. Udara ini bisa dikeluarkan melalui rongga mulut, dan “pintu” keluarnya deretan gigi dan kedua bibir, sementara lidah ikut mengatur lalu lintas keluarnya udara itu.

Pada suatu saat tertentu, pada zaman lampau, manusia, sesuai dengan perkembangan fisik dan organ-organ tubuhnya, mampu menghasilkan bunyi-bunyi sebagaimana yang kemudian dikenal sekarang dengan bunyi bahasa. Dengan membuka mulut, manusia dengan mudah menghasilkan apa yang sekarang disebut bunyi-bunyi vocal, seperti /a/, /u/; dengan merapatkan gigi-giginya manusia dapat menghasilkan bunyi desis; dengan menutup bibir-bibirnya manusia bisa menghasilkan bunyi-bunyi /b/ dan /p/. ilmu fonologi atau tata bunyi sekarang mampu mengidentifikasikan bagaimana tiap-tiap bunyi bahasa itu dihasilkan oleh organ-organ tubuh manusia. (bersambung)


YM

 
PLN Bottom Bar