Pria Asal Aceh Jual Ginjal di Batam

11:01, 18/01/2011

Demi Biayai Keluarga

Robiah (30) istri Khairul Nizar warga Dusun Cibanjar, Desa Ruangtengah, Kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan terkejut setelah mendengar kabar suaminya ingin menjual ginjalnya di Batam demi membantu biaya anak-anak yang putus sekolah di kampung istri di Cibanjar.

Sinar matahari tak terlihat meski jam sudah menunjukkan pukul 09.00 WIB. Dengan suasana dingin, wartawan Radar Lamsel beranjak keluar rumah untuk menelusuri pemberitaan yang diterbitkan harian Radar Lampung (Grup Sumut Pos) edisi Minggu 16 Januari 2011 yang memberitakan ada warga Lamsel jual Ginjal ke Batam demi membiayai anak-nak putus sekolah.

Informasi dari koran, wartawan ini langsung mencari tahu alamat kampung Cibanjar untuk bertemu dengan keluarga Khairul Nizar. Untuk masuk ke perkampungan Cibanjar, ada dua jalan alternatif. Melalui jalan Desa Pasuruan dan Desa Kelaten, Kecamatan Penengahan jalan alternatif lainnya untuk bisa masuk ke Dusun Cibanjar yang merupakan dusun kantung dari Desa Ruangtengah adalah berputar melintasi jalan raya Palas dan masuk di Desa Sukaraja, Kecamatan Palas.

Awalnya, wartawan ini melintasi jalan alternatif melalui Desa Pasuruan dan melintasi Desa Kelaten. Namun kondisi jalan berbatu besar dan suasana pagi yang sepi melintasi lahan pertanian dan hutan, wartawan ini memutuskan untuk berbalik arah kembali ke awal.

“Kalau lewat jalan ini cukup jauh mas. Harus melintasi perkebunan dan hutan yang cukup panjang. Jalannya juga jelek (berbatu) dan melintasi aliran sungai. Kalau bagusnya lewat Desa Sukaraja, Kecamatan Palas. Tapi harus memutar, karena dusun itu (Cibanjar) merupakan dusun kantung Desa Ruangtengah,” saran seorang bapak itu.
Setelah mendapatkan saran, wartawan ini langsung menuju jalan alternatif yang dimaksud. Masuk melalui Desa Sukaraja, Kecamatan Palas, kondisi jalan masih sama yakni berbatu (Onderlagh). Bedanya dengan jalan alternatif pertama adalah masih ada rumah penduduk di pinggir jalan menuju perkampungan Cibanjar yang letaknya sekitar 10 Km dari jalan raya Palas.

Sekitar 1 jam mengendarai sepeda motor melintasi jalan berbatu itu, sampailah di perkampungan Cibanjar. Suasana di kampung yang dihuni sekitar 50 kepala keluarga (KK) cukup sepi. Mungkin warga setempat sudah berangkat ke kebun. Suasana mendung berubah menjadi hujan gerimis ketika sampai di salah satu rumah warga di dusun itu.  Setelah lama mencari informasi tentang Khairul Nizar, ada salah satu keluarga yang tak lain kakak dari istri Khairul Nizar, Robiah yakni Said (33) datang menghampiri.

Said sempat terkejut setelah mendengar suami adiknya itu akan menjual Ginjalnya untuk memperbaiki rumah tangganya dan keluarga di kampung Cibanjar. Keinginan suami istri itu pindah dari rumah orang tuanya di Cibanjar dan memilih mengontrak rumah di Desa Pasuruan sekitar komplek perumahan polisi Polsek Penengahan untuk membuka usaha kecil-kecilan.

“Saya dengar Khairul pernah bekerja di Batam. Khairul pernah bekerja di bagian ruang pendinginan. Karena itu, penyakit yang sekarang dideritanya terkadang tangannya keras dan kaku sulit digerakkan kalau lagi kambuh,”katanya.

Usai bercerita sekitar satu jam, wartawan harian ini berpamitan melanjutkan perjalanan menuju rumah kontrakan Robiah yang berada sekitar komplek perumahan polisi Polsek Penengahan di Desa Pasuruan. Setelah bertanya warga sekitar kom plek itu, di sebuah rumah kontrakan sederhana berdindingkan bata merah. Pintu rumah kontrakan itu tertutup. Tetangga kontrakan berkenan memanggilkan Robiah yang sedang di belakang rumahnya. Robiah muncul dari dalam rumahnya bersama seorang anaknya Sultan Arun (3).

Setelah berbasa basi menanyakan suaminya Khairul Nizar, Robiah mengatakan, suaminya sedang berada di Batam untuk mencari pekerjaan dan berobat atas penyakitnya yang sering kambuh. “Suami saya berangkat ke Batam sejak 16 Desember 2010. Dia bilang mencari kerjaan disana dan sambil berobat,”katanya se raya menyampaikan, “Saya nggak percaya kalau dia (suami, red) mau menjual ginjalnya. Buat apa menjual ginjal untuk memenuhi kebutuhan keluarga kalau harus mati. Aneh-aneh saja bapak mu itu nak-nak,” ujarnya, “Coba nanti saya telpon,” tambahnya. (jpnn)


YM

 
PLN Bottom Bar