Bisa Senasib Sarkozy

10:20, 30/03/2010
Bisa Senasib Sarkozy
Bisa Senasib Sarkozy

Ketika Negara Dominan di Tangan Ibu Negara

Pengakuan jujur dilontarkan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy saat memperingati ulang tahun pertama pernikahannya dengan Carla Bruni pada 2 Februari 2009.

Dia (Carla) adalah penentu karir saya. Saya memberikan perhatian penuh pada apa  yang dia katakan. Pandangannya memperluas perspektif dan pikiran saya,” kata Sarko-sapaan akrab Sarkozy-seperti dikutip Daily Telegraph. Tak heran kalau kemudian di sepanjang 2009, apapun yang diminta wanita Italia yang dipacarinya selama 80 hari itu, sepertinya selalu dipenuhi Sarko. Tak peduli betapa kontroversial permintaan tersebut sekalipun.
Mulai mempertahankan Menteri Kebudayaan Frederic Mitterand yang diguncang skandal pedofilia sampai memecat Menteri Kehakiman Rachida Dati yang dicemburui Bruni memiliki hubungan khusus dengan Sarko. Sejumlah rekan sayap kiri model sekaligus penyanyi itu juga duduk dalam pemerintahan Sarkozy. Salah satunya adalah Raphal Enthoven yang merupakan ayah biologis putra semata wayangnya, Aurlien.
“Dia (Bruni) punya kuasa dan pengaruh yang luar biasa atas suaminya,” terang Jo’lle Garriaud-Maylam, salah seorang senator Prancis, kepada koran Inggris The Times.

Persoalannya, terlalu besarnya pengaruh si first lady alias ibu negara Prancis itu ternyata berbuntut negatif. Warga Prancis yang jengah dengan takluknya Sarko kepada Bruni dan juga kegagalan politikus Partai Uni Gerakan Populer (UMP) itu mengangkat perekonomian, langsung menghukumnya.

Jelas itu bisa menjadi pelajaran bagi pemimpin negara atau pemerintahan lain: otoritas dan kewibawaan pemerintahan harus dijaga betul dari segala intrusi yang bersifat pribadi, termasuk yang datang dari balik kelambu.

Tapi, tentu itu tak mudah. Lihat betapa bergantungnya Perdana Menteri Inggris Gordon Brown kepada sang istri, Sarah. Lewat aktivitas sosialnya dan kedekatannya dengan publik yang dijalin via jejaring sosial, Sarah berhasil menyelamatkan sebagian reputasi sang suami yang kerap melakukan blunder politik.

Barack Obama bahkan tak akan pernah bisa maju sebagai kandidat presiden Amerika Serikat kalau saja belahan jiwanya, Michelle, tak mengizinkan. Menurut Mark Halperin, penulis buku The Race of a Lifetime yang bercerita tentang perjalanan kampanye Obama, Michelle baru luluh setelah sang suami berjanji tak akan merokok lagi.

Ketika Obama sudah bertakhta? Tetap saja pengaruh itu sangat terasa. Satu contoh kecil dialami Oprah Winfrey. Pembawa acara bincang-bincang terkenal itu shock karena Michelle memutusnya dari pergaulan lingkar dalam Obama. Gara-garanya? Seperti dilansir National Enquirer, Michelle tak senang karena Obama terlalu antusias terhadap ide-ide yang dilontarkan Oprah.

Mengambil contoh kasus di AS, Ginia Belafante, reporter politik The New York Times, menulis kalau para ibu negara mulai menunjukkan peranan penting dalam karir politik sang suami sejak 1960an. Itu juga yang diakui mendiang Presiden AS Richard Nixon saat pemakaman sang istri, Thelma Catherine Ryan yang lebih dikenal sebagai Patricia atau Pat pada 1993 lalu.

Dia mengatakan bahwa popularitasnya tidak pernah bisa mengungguli almarhumah istrinya tersebut. 
Mungkin itu pula yang bisa menjelaskan mengapa Imelda Marcos bisa tetap populer sampai sekarang. Kendati bergelimang tudingan korupsi, janda mendiang diktator Filipina Ferdinand Marcos yang kini maju dalam pemilihan anggota kongres itu tetap populer. Dia dikenal royal, meski duit yang dia bagi sebagian besar hasil korupsi. (hep/ttg)

any-yudhoyono

[ketgambar]IBU NEGARA: Para ibu negara berfoto di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Pittsburgh, Amerika Serikat, 25  September 2009.     //REUTERS/Jim Young [/ketgambar]


YM

Kata kunci pencarian berita ini:

 
PLN Bottom Bar