Usaha AFA dan Pemerintah pun tak Berhasil

10:11, 30/12/2010

Lima Klub Elite Argentina Rugi Besar dan Terjerat Utang

Eksistensi lima klub elite Argentina musim ini berada dalam ancaman. Akibat krisis finansial dan mismanajemen, mereka menelan kerugian besar dan terancam tidak bisa membayar utang-utangnya.
Pada awal musim lalu, dengan terpaksa terpaksa AFA (asosiasi sepak bola Argentina) menunda bergulirnya kompetisi di Liga Argentina. Semula laga perdana dijadwalkan pada 14 Agustus 2009, tapi akhirnya harus dimulai pada 21 Agustus 2009.

Kompetisi terpaksa ditunda lantaran utang klub-klub Argentina yang menggunung dan berpotensi gagal membayarnya. Setidaknya 20 klub yang berkompetisi di Liga Argentina berutang sebesar 700 juta peso atau setara Rp1,57 triliun.

AFA dan pemerintah Argentina akhirnya turun tangan mencari solusi dari masalah itu. Akhirnya, AFA bernegosiasi ulang dengan stasiun televisi untuk mendapatkan tambahan hak bayaran dari siaran langsung. Masalah itu akhirnya teratasi.

Roda kompetisi pun bergulir. Ternyata, itu tak menyelesaikan masalah yang dialami sederet klub elite Argentina. Faktanya, setahun berselang lima klub elite Argentina kembali terseret masalah yang sama. Mereka menelan rugi besar dan menunggak utang.

Lima klub elite yang mengalami masalah finansial tersebut antara lain River Plate, Boca Juniors, Independiente, Racing Club, dan San Lorenzo. Total lima klub itu menunggak utang sebesar 650 juta peso atau setara Rp1,4 triliun.
Berdasarkan surat kabar lokal The Tiempo Argentino, klub yang alami kerugian paling besar tahun ini adalah raksasa Argentina River Plate. Klub berjuluk Los Millonarios itu merugi sebesar 80 juta peso atau setara Rp179 miliar.
Selain itu, mereka juga masih punya utang sebesar 216 juta peso atau setara Rp463 miliar dan sebesar 190 juta peso atau setara Rp427 miliar akan jatuh tempo dalam 12 bulan ke depan. Akibat krisis finansial tersebut prestasi mereka juga melorot.

Pada Liga Apertura Argentina yang baru saja berakhir, River finis di posisi keempat, Racing pada posisi keenam, Boca pada posisi ke-11, San Lorenzo pada posisi ke-13 dan yang paling parah Independiente yang finis di dasar klasemen.

Penyebab utama dari kerugian dan utang besar yang dialami klub-klub elite Argentina itu tidak lepas dari semakin tingginya gaji pemain dan juga pendapatan dari penjualan pemain kian menurun. “Penjualan pemain selalu jadi pemasukan utama,” kata Julio Grondona, presiden AFA.

Ketergantungan terhadap pendapatan dari penjualan pemain membuat klub-klub Argentina kesulitan apabila tak ada transaksi yang mereka lakukan selama bursa transfer dibuka. “Ada yang salah dengan cara mengelola klub,” kritik Grondona.

Ya, biasanya kompetisi di Liga Argentina selalu dipenuhi dengan fans yang menyaksikan di setiap laga. Namun, pemasukan dari tiket tetap saja rendah. Berdasarkan analisa beberapa media di Argentina, situasi itu akibat keganasan Barra Bravas.

Barra Bravas adalah suporter garis keras. Mereka terbiasa melakukan kekerasan dalam memberikan dukungan. Mereka juga terkadang meminta bagian dari penjualan tiket dengan dalih dana keamanan. Akibatnya, potensi pemasukan klub berkurang.

Selain itu sikap brutal Barra Bravas membuat banyak penonton umum enggan datang menonton langsung di stadion. Mereka juga tanpa ragu mengancam petinggi klub dan pemain menggunakan cara-cara kekerasan bila tuntutannya tidak terpenuhi.

“Selama 40 tahun terakhir kekerasan di sepak bola Argentina selalu terjadi dan itu telah menjadi isu sosial. AFA harusnya memberikan perhatian lebih kepada masalah tersebut. Sebab, itu jelas merugikan banyak pihak,” ujar Raul Gamez, konsultan olahraga. (ham/jpnn)


YM

Kata kunci pencarian berita ini:

 
PLN Bottom Bar