Antara Prestasi dan Hiburan

11:16, 20/11/2009

Tren Main Biliar di Kalangan Remaja

Tak dapat dipungkiri, olahraga biliar telah menjadi sebuah gaya hidup remaja metropolitan. Terlebih setelah olahraga satu ini resmi masuk kategori olahraga prestasi, yang ramai diperlombakan di berbagai ajang. Olahraga satu ini pun gampang menggaet sponsor, utamanya rokok dan minuman beralkohol.

SYAIFULLAH, Medan

Karena gampang menggandeng sponsor, turnamen biliar pun banyak digelar. Di Kota Medan, turnamen biliar bisa dibilang rutin digelar. Dalam satu tahun, sejumlah rumah biliar di Medan menggelar lebih dari sekali turnamen. Pesertanya jangan tanya. Dalam setiap even, ratusan peserta siap adu tangkas menyodok bola.

Kamis (19/11), Sumut Pos bertandang ke salah satu rumah biliar di kawasan Dr Mansyur Medan. Sebuah lokasi kafe bernama Joglo Kantino Bilard dan Café, menyediakan beberapa meja biliar dan saban harinya ramai dikunjungi remaja yang doyan biliar, baik pria maupun wanita.
Bagi yang doyan menyodok bola biliar, Joglo menyediakan 12 meja ukuran kecil. Meski tidak menyediakan meja ukuran standar, namun para penikmat olahraga satu ini ramai saja yang berdatangan. Sekali main, petugas jaga biasanya menyediakan 10 koin di atas meja. Per koin harganya Rp1.000. Kebanyakan rumah biliar kecil memberlakukan tarif per koin, bukan per jam seperti rumah biliar besar.

“Kami punya 12 meja. Pada jam-jam tertentu seluruh meja pasti penuh. Kadang ada juga yang antre,” terang petugas jaga Joglo Kantino yang tak mau namanya dikorankan, alasannya takut dengan atasan.

Memang, di kawasan Dr Mansyur Medan tidak banyak rumah biliar. Kalaupun ada, jumlah meja yang disediakan sedikit. Beda halnya di beberapa kawasan di dekat kampus, seperti Unimed, walau saat ini sudah diratakan oleh Pemkab Deli Serdang. Di kawan ITM juga ada beberapa rumah biliar yang beroperasi dan selalu dipenuhi kawula muda. 

“Biliar ini selalu punya anggapan negatif di sebagian masyarakat kita. Padahal kalau hanya sebatas hiburan, saya rasa tidak masalah. Terlebih kalau kita mampu berprestasi di cabang olahraga satu ini dan bisa membawa nama daerah atau bangsa di kejuaraan dunia, pasti sangat membanggakan,” terang Awi salah satu atlet biliar Medan.

Memang, cabang olahraga satu ini terkadang dianggap meresahkan. Penyebab utamanya adalah identiknya biliar dengan judi. Berbicara mengenai biliar, olahraga satu ini ternyata sudah ditemukan pada abad ke 15 di benua biru Eropa. Baru pada abad ke 19 olahraga ini masuk ke negeri Paman Sam Amerika.

Dalam kurun waktu delapan tahun sejak tahun 1808 pertama kali diperkenalkan biliar di sana, di Amerika hanya ada 24 meja biliar. Setelah tahun 1840 barulah biliar begitu populer di sana, setelah salah seorang pemilik rumah biliar bernama Michael Phelan jor-joran mempromosikan biliar lewat beragam turnamen yang digelarnya sepanjang tahun.

Di Indonesia sendiri, atlet biliar sudah cukup berkibar di pentas dunia. Salah satu yang cukup disegani adalah Ricky Yang. Di samping itu, atlet biliar muda wanita bernama Angeline Magdalena Ticoalu berhasil meraih medali emas pada SEA Games 2007 lalu. (*)

biliar
[ketgambar] MENYODOK: Seorang pemain biliar sedang menyodok bola biliarnya di Joglo Kantino Bilard dan Café, Jalan Dr Mansyur Medan.//SYAIFULLAH/sumut pos[/ketgambar]


YM

 
PLN Bottom Bar