8 Tahun Menderita Penyakit Kulit Bersisik

09:25, 20/05/2010
8 Tahun Menderita Penyakit Kulit Bersisik

MEDAN- Sudah 8 tahun Januardin Surbakti alias Udin (30), warga Jalan Swadaya, Kelurahan Lalang, Medan Sunggal bergelut dengan penyakit aneh yang dideritanya. Putra kedua dari 6 bersaudara anak Martina Tanjung (55) yang menjadi tulang punggung keluarganya itu, hanya bisa pasrah tidur di atas tikar yang menjadi tempat tidur sehari-harinya sembari melawan penyakit yang mengelupas kulitnya di sekujur tubuh.

Untuk membeli obat-obatan yang harga cukup mahal, Martina harus mengemis di seputaran Terminal Terpadu Pinang Baris Medan. Selain obat yang harus dibeli untuk Udin, Martina Tanjung juga harus memikirkan biaya satu kamar yang mereka sewa senilai Rp150 ribu per bulannya.
Kemarin, wartawan Sumut Pos bertandang ke rumah semi permanen yang menjadi tempat tinggal Udin. Dengan mengenakan kain sarung dan baju lengan panjang, Udin terduduk lesu di atas bangku kayu. ‘’Sejak Udin mengalami penyakit aneh ini, dia tidak dapat lagi bejualan nasi di Terminal Pinang Baris Medan. Padahal Udin ini adalah tulang punggung kami untuk mencari makan sehari-hari,” kata Martina Tanjung kepada Sumut Pos sembari menyeka air matanya yang mulai menetes di kedua pipinya.

Sejak usaha nasinya mulai maju beberapa tahun lalu, sambungnya, disaat itulah penyakit kulit bersisik mulai menyerang Udin.Maklum Udin di kalangan para supir cukup terkenal, selain ramah, Udin juga rajin dalam segala hal membantu para supir.

‘’Kami tidak tahu apakah penyakit yang diderita Udin ini apakah buatan orang yang dengki atau ini murni penyakit yang diderita manusia,” ucap Martina.

Gejala penyakit aneh yang diderita Udin, katanya, bermula ketika Udin mengalami luka seperti penyakit kurap yang menempel di beberapa wilayah tubuhnya.

‘’Hari ke hari penyakit tersebut menyebar ke seluruh tubuh Udin, berbagai upaya telah diupayakan untuk mengobati penyakit yang diderita Udin, mulai mendatangi orang pintar (paranormal) sampai dengan berobat ke rumah sakit, namun hasilnya tak juga bisa sembuh,” kata Martina.
Akibat biaya obat yang cukup tinggi, beber Martina, harta yang diperoleh Udin dari hasil berjualan nasi yang disimpannya dari tahun ke tahun harus rela dia jual satu per satu untuk membiayai perobatannya.

‘’Semua barang-barang yang ada dari hasil berjual nasi yang didapat Udin, harus kami jual satu per satu untuk menutupi biaya berobatnya.Bahkan sampai sebidang tanah yang telah dibelinya terpaksa harus kami jual. Bukan itu saja barang-barang seperti panci, periok dan peralatan dapur lainnya terpaksa kami jual hingga barang kami habis dan sampai tidak ada lagi yang bisa kami jual,” bebernya.

Untuk membeli obat, sambungnya, dia harus rela harus minta-minta di Terminal Pinang Baris Medan kepada para supir.

‘’Penyakit kulit yang terdapat di sekujur tubuh Udin hingga kepala dengan kondisi kulit kering dan kasar. Apalagi tiba musim kemarau, udara panas kulit Udin gatal dan memerah,” sambung Martina sembari menangis.

Warga yang tinggal di Jalan Swadaya, Kecamatan Medan Sunggal ini mengaku, sudah beberapa kali berobat ke dokter spesialis kulit, namun tidak ada hasilnya.

“Kami sudah berobat ke dokter kulit, kata dokternya Udin menderita penyakit kulit kering dan bersisik, uang kami sudah habis berobat tapi tak sembuh juga, ya kami cuma bisa pasrah lah,” tambahnya.

‘’Kami hanya bisa berharap pada pemerintah untuk memberikan perhatian pada Udin, untuk dapat mengobati penyakit yang dideritanya. Sementara itu kami tidak dapat Jamkesmas dari kelurahanan atau kecamatan, ‘’ tegas Martina Tanjung. (rud)

[ketgambar]BERSISIK: Januardin Surbakti menunjukkan seluruh badannya yang bersisik sejak tahun 2002.//ANDRI GINTING/SUMUT POS[/ketgambar]


YM

 
PLN Bottom Bar