Koleksi Piso Halasan, Tukkot Panaluan hingga Alat Tukar

12:04, 18/01/2011
Koleksi Piso Halasan, Tukkot Panaluan hingga Alat Tukar
DIRESMIKAN: Museum Batak di areal TB Silalahi Center di Desa Pagar Batu, Balige yang akan diresmikan hari ini (18/1)//laila ajizah/sumut pos

Museum Termegah, Kumpulkan Bukti Sejarah-Budaya dari Dalam dan Luar Negeri

Museum Batak yang pembangunanya diprakarsai Letjend (purn) TB Silalahi melalui TB Silalahi Center akan memuat sejumlah benda budaya dan bersejarah yang merekam perjalanan budaya Batak.

Peresmian Museum Batak di TB Silalahi Center di Desa Pagar Batu, Balige mendapat apresiasi positif dari akademisi. Antropolog yang juga Guru Besar tetap USU Profesor Robert Sibarani mengatakan, kehadiran Presiden Susilo Bambang Yuhdoyono (SBY) ke Tanah Batak merupakan bukti penghargaan kepada keberadaan suku Batak dan sejarah dan budayanya.

Profesor Robert Sibarani juga memberi apresiasi khusus bagi TB Silalahi sebagai pemrakarsa pembangunan museumn
“Kita sangat berterimakasih kepada beliau yang telah memberikan sumbangsihnya untuk pelestarian budaya Batak, baik dari tanah hingga aset yang diberikannya untuk membangun museum ini,” ujarnya.

Di museum ini, lanjutnya, koleksi yang terdapat di sana adalah peninggalan nenek moyang dari 6 sub etnik Batak. “Museum ini terbagi dua bagian dalam satu gedung. Yang satu mengulas secara umum, dan yang satu bagian gedung lagi mengulas secara mendetail tentang peninggalan leluhur tadi,” jelas pria yang juga Rektor Universitas Darma Agung ini.

Melalui Museum Batak ini diharapkan nilai-nilai yang belakangan ini mulai pudar kembali jelas.
Karenanya, Profesor Robert menganggap wajar bila warga Angkola sebagai subetnis Batak menganugerahkan gelar kehormatan kepada SBY. “Untuk menghargai SBY enam sub etnik Batak di Danau Toba memberikan ulos atau cinderamata. Karena di Balige etnik Toba, maka SBY diapakaikan cinderamata adat Toba. Sedangkan cinderamata dari sub etnik lain hanya diserahkan. Nah, misalnya untuk etnik Mandailing memberikan pin. Sedangkan subetnik Angkola memberikan ‘nama’ bukan gelar ataupun marga,” katanya.

Sejarahwan Unimed Dr Phill Ichwan Azhari Marpaung juga melihat kehadiran Museum Batak sebagai sebuah wadah yang bisa merekam perjalanan peradaban suku Batak. Meski demikian, Ichwan Azhari memberi kritik membangun terkait kedatangan ke Museum Batak. “Di Sumut ini sangat banyak museum yang sangat memprihatinkan,” kata Dr Phill Ichwan.

Sebagai Ketua Asosiasi Museum Sumut, Dr Phill Ichwan berharap pemerintah turut memperhatikan musem-museum lain. Ia mencontohkan, ada Museum Simalungun di Siantar yang sangat memprihatinkan, Museum ’45 Medan, Museum TNI Medan, dan banyak lagi. “Saya berharap sepulangnya dari Sumut. SBY bisa lebih memperhatikan banyak museum di Sumut ini,” jelasnya.

Terkait pro dan kontra pemberian gelar kehormatan subetnis Angkola, menurutnya, ada dimensi politik yang melingkupi budaya melalu intensitas TB Silalahi. “Mau gak mau, atau secara tak langsung ini membesarkan nama Batak melalui politik,” katanya.

Ichwan berharap SBY dan TB Silalhi mampu menghapus stigma politisasi budaya dengan peresmian museum dan pemberian gelar kehormatan ini. “Dengan pemahaman ini, seolah-olah orang Batak patut mendukung SBY. Jadi sekarang ini politik yang memiliki arena budaya,” jelasnya kembali berharap hal tersebut tidak menjadi opini yang berkembang di masyarakat.

Dalam keterangan persnya disebutkan, pembangunan museum yang disebut termegah di Indonesia ini sebagai bentuk tanggung jawab TB Silalahi sebagai bagian anak bangsa dalam rangka untuk melestarikan budaya Batak yang mulai hampir punah digerus oleh dunia modern. TB Silalahi juga berharap dengan adanya musem ini, budaya persatuan dan kesatuan adat dan masyarakat  Batak menjadi kuat sebagai bagian dari etnisitas suku Batak.

Terkait koleksi di Museum Batak, Pimpinan TB Silalahi Centere, Masrina Silalahi melalui selulernya mengatakan, museum akan menyimpan berbagai artefak dan koleksi sejarah dan budaya Batak yang dikumpulkan dari dalam negeri mupun dari luar negeri. Seperti piso halasan, tukkot panaluan, perabot, pakaian, alat tukar yang dipakai suku Batak tradisional dan alat peraga ritual lainnya. “Yah kalau museum itu menyimpan koleksi sejarah Batak lah,” ucap Masrina Silalahi.

Saat peresmian nanti, panitia rombongan akan langsung melihat patung Si Raja Batak yang berukuran besar berdiri gagah dengan latar belakang Danau Toba. Panitia juga menempatkan slide yang akan berfungsi menampilkan berbagai jenis koleksi dari museum tersebut. Tujuannya, mempermudah penggunjung untuk melihat beberapa koleksi museum. Dan di depan gedung terlihat berdiri.(saz/jul/cos/smg)


YM

 
PLN Bottom Bar