Banyak yang Menyerah, Frustrasi, Pindah dan Jual Rumah

10:43, 10/01/2011

Empat hari pasca banjir besar yang merendam lima kelurahan di Medan, masih menyisakan duka. Meski tak tercatat ada korban jiwa, bencana itu mengakibatkan kerugian materil yang sulit dihitung serta,
dampak traumatik.

”Selama ini sering banjir, tapi tak separah ini. Selama ini kita menganggap banjir sudah biasa, tapi tidak kali ini. Aduh, lumpurnya luar biasa. Sebelumnya banjir hanya membawa lumpur setebal beberapa centimeter, tapi kali ini ketinggian lumpur di atas setengah meter

Saya menyerah juga akhirnya, gak tahan, dalam dua hari ke depan saya akan cari kontrakan baru di daerah lain yang tak kena banjir,” ujar Muhammad Ansari (50), warga Sei Mati kepada wartawan koran ini sambil membersihkan halamannya dari lumpur, Minggu (9/1).

Ansari telah tinggal 30 tahun di Sei Mati. Selama itupula dia telah mengalami ratusan kali diterjang banjir. Namun banjir kali ini mengalahkan ‘semangatnya’ untuk tetap tinggal di kawasan itu. “Sudahlah, kita cari tempat tinggal baru, tetangga baru, lingkungan baru, kita mulai semuanya dari nol,” katanya mengeluh. Di depan rumahnya terhampar puluhan jenis barang rumah tangga yang lebih mirip sampah karena rusak dan penuh lumpur. Kondisi yang sama terlihat di semua gang di lima kelurahan hingga ke Kelurahan Aur.

Kata menyerah tak cuma keluar dari mulut Ansari, Bukhari Lubis (37), warga yang sama juga mengungkapkan hal yang sama. Dia mengaku segera menjual rumahnya dan mencari lokasi baru. “Tolong bantu carikan orang yang mau beli rumah saya. Nanti komisi kubagi. Mau kujual, gak tahan lagi, kalau banjir seperti ini datang lagi. Cukuplah, jangan lagi. Solusinya memang harus pindah dari sini,” ujarnya kepada wartawan koran ini yang membantunya menjemur buku-buku sekolah anaknya yang masih bisa diselamatkan.

Soal pindah dan menjual rumah memang menjadi isu penting dalam dua hari terakhir. Semuanya mengaku sudah kehabisan akal. Semua harta yang dikumpulkan dengan memeras keringat, harus terbuang begitu saja. “Tiap tahun beli kulkas, tiap tahun beli perkakas, siapa yang tahan. Solusinya memang pindah rumah, jual yang di sini, beli di daerah lain,” ujarnya.
Warga yang frustasi juga banyak. Pantauan wartawan koran ini, dalam satu gang setidaknya ada dua atau tiga rumah yang begitu saja ditinggalkan pemiliknya. Sampah dan lumpur tebal dibiarkan mengering di dalam dan halaman rumah. Barang-barang rumah tangga terlihat berserakan. Ada juga yang tetap tegak, namun separuhnya telah direndam lumpur yang mulai mengering. Diperkirakan ada ratusan rumah yang dibiarkan begitu saja oleh pemiliknya.

“Biarlah. Biar begitu saja. Mau bagaimana lagi,” kata Redihman (40), warga Kampung Baru. Dia mengaku tak memiliki tenaga untuk membersihkan rumahnya. Melihat kondisinya saja dia mengaku frustasi. Saat ditanya sampai kapan rumahnya itu dibiarkan? Lelaki yang berprofesi sebagai pengusaha konveksi ini hanya menggelengkan kepala. “Gak tahulah,” jawabnya dengan nada frustasi.
Namun banyak juga yang mengaku tetap akan bertahan. Mereka mengaku tidak ada pilihan selain tinggal di kawasan itu. “Mau kemana lagi, cuma ini rumah yang kami punya. mau dijualpun siapa yang beli. Kalaupun laku kurasa murah. Biarlah kami tahankan sampai mati,” ujar Lamsidar pasrah. “Kau enaklah, punya rumah baru, jadi bisa pindah,” ujarnya. (her)


YM

Kata kunci pencarian berita ini:

 
PLN Bottom Bar