Lemang dan Tape Diaduk Menjadi Satu

10:42, 24/10/2010
Lemang dan Tape Diaduk Menjadi Satu

Lemang dan tape merupakan makanan khas Indonesia, satu diantaranya merupakan makanan khas Sumut. Makanan yang berbahan baku pulut ini mampu membuat orang ketagihan dan memang menjadi satu makanan favorit. Apalagi jika sudah dipadukan dengan temannya tape ketan.

Tak hanya sekadar rasa, tapi cara mengonsumsinya juga menjadikan lemang tape ini diganderungi. Menurut Yuni, seorang pedagang yang sempat berjualan lemang di Jalan Gatot Subroto Medan, mengatakan ada dua cara mengonsumsi lemang tape. “Diaduk menjadi satu seperti makan kolak. Tape ketan hitamnya langsung dicampurkan dengan lemang dan diaduk rata,” terangnya kepada wartawan, Jumat (22/10).

Cara kedua, lanjut Yuni, dapat dinikmati seperti makan rujak. “Dicocol aja. Lemang yang sudah dipotong atau diiris langsung dicocol ke tapenya. Perpaduan air tape serta gurihnya lemang memberikan sensasi rasa tersendiri,” katanya.

Yuni yang kini hanya memproduksi lemang dan tape jika ada pesanan dari tetangganya ini mengatakan, lemang lebih menonjolkan rasa gurih.

“Sedangkan tape lebih mendominasi rasa asam. Sensasinya, tanya aja sama penikmatnya, pasti mereka juga tak bisa membayangkan, sangking enaknya,” ujarnya. Yuni yang memang telah berjualan lemang dan tape sejak remaja sambil membantu orangtuanya ini juga menjelaskan, lemang tape ini merupakan satu makanan tradisional khas Sumut.

“Lemang ini terbuat dari ketan putih, di sekelilingnya dibungkus daun pisang. Rasanya sangat gurih lantaran terbuat dari campuran santan kental yang dimasak melalui proses pemanggangan,” paparnya, seraya mengatakan, proses memanggangnya memakan waktu hingga lima jam, untuk memastikan agar ketan dan santan tercampur rata.
Nah, sambungnya, menu pelengkapnya menurut Yuni yang paling tepat adalah tape ketan hitam tadi. “Semua juga tahu, tape lebih didominasi rasa asam sekaligus manis yang didapat dari gula saat pencampuran ragi. Jika keduanya sudah siap, barulah nikmat disantap,” jelasnya. Menurut Yuni, jika konsumen menikmati lemang tape dengan cara mencampurkan langsung berarti rasa yang menonjol adalah rasa asam dari tape. Rasa gurih baru akan keluar pada kunyahan-kunyahan berikutnya.

“Pada kesan gigitan pertama, pasti yang timbul duluan adalah rasa asam,” ujarnya. Tapi, lanjut Yuni, jika dicocol yang lebih mendominasi adalah rasa gurih dari lemang. “Nah, untuk rasanya, tentunya akan tergantung bagaimana konsumen memakannya. Mau yang gurih duluan atau asam. Pokoknya rame rasanya,” tuturnya sambil tertawa.
Yuni bercerita, saat bulan Ramadan merupakan saat dirinya mendapatkan orderan dari para tetangga dan sanak saudara. “Apalagi menjelang hari raya. Tiap 15 bambu lemang saya mendapatkan hasil hingga Rp300 ribu. Satu batang bambu dijual Rp40 ribu dengan panjang 40 centi meter. Atau pelanggan bisa juga membeli dalam bentuk irisan dua hingga empat irisan. Kalau diiris dua harganya Rp20 ribu kalau empat berarti Rp10 ribu,” paparnya. Tentunya, kata Yuni, harga tersebut belum termasuk tape ketan hitam yang satu porsi berharga Rp10 ribu. “Kalau mau beli per paket juga bisa. Harganya Rp20 ribu hingga Rp30 ribu per porsi,” ujarnya. (saz)


YM

Kata kunci pencarian berita ini:

 
PLN Bottom Bar