SBY Minta Suporter Indonesia Sportif
10:56, 27/12/2010Insiden penggunaan laser suporter Malaysia atas pemain timnas Indonesia disikapi serius Presiden SBY. Secara khusus dia meminta suporter Indonesia tidak meniru aksi tidak terpuji suporter Malaysia.
“Kalau menjadi suporter jangan seperti yang ditunjukkan Malaysia tadi. Mari kita menjadi bangsa yang sportif,” kata SBY usai nonton bersama di kediaman pribadi di Cikeas, Bogor, tadi malam.
Dia menjelaskan, suporter Indonesia jangan seperti Malaysia yang mengganggu selama pertandingan, hingga laga dihentikan karena insiden laser tersebut.
“Jadilah suporter sportif dengan semangat persaudaraan, gigih berjuang Insya Allah kekalahan adalah kemenangan tertunda, tetap beri dukungan,” kata SBY.
Pada 29 Desember mendatang di Stadion GBK, Timnas Indonesia akan menghadapi leg kedua Piala AFF melawan Timnas Malaysia. Pada leg pertama yang baru saja selesai digelar Indonesia menderita kekalahn 3-0 atas Malaysia.
“Saudara-saudara tidak perlu berkecil hati. Jangan salah menyalahkan, pasti Timnas kita juga ingin berbuat yang terbaik, masih ada hari esok. Tetap beri dukungan kepada Timnas kita,” urainya.
Timnas, lanjut SBY, sudah berjuang hingga sampai ke babak final. “Kita harus sportif, timnas kita kalah, tapi kita tidak boleh patah semangat, jangan saling salah menyalahkan. Masih ada pertandingan di Jakarta, saya ingin masyarakat tetap memberikan dukungan. Kepada Timnas tidak perlu gentar. Konsolidasi dan konsentrasi buat meraih kemenangan kembali,” tutupnya.
Sementara Alfred Riedl menegaskan, teror sinar laser bukanlah penyebab kekalahan Indonesia dari Malaysia pada leg pertama final Piala AFF. Tim Merah Putih kalah karena kesalahan individu seorang pemain.
“Ini bukan soal laser, tetapi kesalahan individual dari satu pemain. Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan pemain setelah gol pertama, tetapi itu titik baliknya. Saya akan mendiskusikan itu dengan pemain besok,” tambahnya.
Fasilitas Stadion pun Rusak
Kericuhan, rupanya, tak pernah bisa dilepaskan dalam penjualan tiket leg kedua final Piala AFF 2010 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Bedanya, kemarin (26/12) kerusuhan semakin parah karena juga berimbas pada rusaknya fasilitas stadion termegah di Indonesia tersebut.
Penyebabnya, kebijakan penjualan tiket kategori III berubah dan berbeda daripada penjualan tiket ketegori I dan II pada 23-24 Desember lalu. Kemarin panitia mengalihkan penjualan tiket sampai ke dalam stadion.
Awalnya penjualan hampir sama dengan hari-hari sebelumnya. Namun, antusiasme calon pembeli yang semakin besar membuat panitia berpikir ulang. Sempat terjadi beberapa kericuhan di beberapa titik loket yang dibuka.
Bahkan, karena tingginya animo, beberapa calon pembeli mengantre sejak Sabtu lalu (25/12). Mereka rela menginap di depan loket agar tidak kehabisan tiket. Keributan mulai terjadi sejam sebelum loket dibuka pada pukul 10.00.
Saat itu para calon pembeli tiket terlihat mendapatkan kupon antrean dahulu. Tapi, jumlahnya kurang dari jumlah para pengantre. Kendati demikian, penjualan tiket tetap dilanjutkan sampai terjual beberapa ratus lembar.
Nah, saat ada beberapa penonton yang merasa bakal tak kebagian tiket, mulai terjadi aksi dorong. Tak ayal, beberapa orang lemas karena terjepit sehingga memilih keluar dari antrean walaupun sudah menunggu mulai malam.
Pembukaan loket juga sempat tertunda karena di sekitar loket ada seorang laki-laki yang ditemukan tewas. Namun, identitasnya tidak diketahui. Diduga, dia adalah salah seorang pengantre tiket. Sebab, saat ditemukan, dia memakai baju tim nasional. Tapi, Uceng, salah seorang petugas kemanan di stadion, menyangkal. Dia mengatakan bahwa lelaki yang berusia sekitar 50 tahun tersebut pemulung.
“Saya kira dia pemulung. Itu lihat di sampingnya, ada karung berisi botol plastik bekas,” katanya meyakinkan.
Meskipun demikian, para pengantre tidak terganggu dan tetap berkonsentrasi untuk mengantre. Puncaknya, mereka meneriakkan cacian kepada PSSI dan aksi lempar botol mineral pun terjadi.
Saat suasana semakin tidak kondusif, panitia akhirnya mengambil inisitif memecah kerumunan massa. Caranya, calon pembeli yang sudah mendapatkan kupon antrean langsung diarahkan untuk dapat membayar tiket di dalam area SUGBK melalui pintu VIII.
Melihat panjangnya antrean, panitia mengubah kebijakan, satu penonton hanya dapat membeli satu tiket dari yang awalnya bisa membeli lima. Penjualan pun mulai dilakukan dengan posisi pembeli ditempatkan di tribun sektor 19 dan penjual tiket berada di balik pagar alias sisi dalam stadion.
Karena khawatir tidak kebagian tiket, calon pembeli tidak sabar. Mereka merengsek ke pagar dan berebut untuk mendapatkan tiket terlebih dahulu. Pagar akhirnya jebol karena dorongan yang begitu kuat. Kontan para calon pembeli langsung semburat. Beberapa pengantre bahkan berhasil merampas sekantong tiket dari penjual yang diserbu.
Sebagian lagi yang kesal karena tidak mendapatkan tiket melapiaskannya dengan masuk ke lapangan dan meminta panitia segera mengakomodasi mereka. Kericuhan baru bisa dihentikan setelah petugas kemanan masuk stadion dan menertibkan para pembeli tiket. Di sisi lain, panitia menjamin bahwa tiket masih ada.
Karena aksi brutal calon pembeli tiket tersebut, 30 ribu tiket yang akan dijual akhirnya tidak bisa disebar seluruhnya. “Total hanya sekitar 18.000-19.500 yang terjual hari ini (kemarin, Red). Jadi, sisa lebih dari 10 ribu lembar lainnya akan langsung kami distribusikan untuk fans (kelompok suporter) saja,” terang Joko Driyono, ketua panpel lokal.
Dia menolak disalahkan jika langkahnya, yakni membagi tiket sampai ke dalam SUGBK, menjadi penyebab kerusuhan. Malah, dia menganggap bahwa calon pembeli yang tidak tertib dan mengabaikan aturan panitia membuat suasana tidak kondusif.
“Kami ingin memecah antrean karena bisa membuat pengantre berbahaya karena berdesak-desakan. Ternyata mereka tetap saja seperti itu,” ujar pria berkacamata tersebut.
Terancam Sanksi AFF
Selain beban defisit tiga gol, Indonesia terancam sanksi dari AFF (Federasi Sepak Bola Asia Tenggara) seiring dengan rusuhnya penjualan tiket di Jakarta kemarin. Bukan tidak mungkin Indonesia kehilangan kesempatan menjadi tuan rumah.
“Kami mengimbau semua pihak agar membantu menciptakan situasi kondusif. Apabila hal-hal tidak baik ini berlanjut, AFF pasti memindahkan pertandingan final kedua ke tempat netral,” kata Nurdin Halid, ketua umum PSSI.
“Kami memohon kesabaran dan pengertian masyarakat Indonesia. Jangan berbuat anarkistis dan merusak fasilitas. Bila tidak memenuhi syarat, pertandingan final leg kedua akan dipindahkan oleh AFF,” ujar pria yang pernah berjanji mundur jika Indonesia gagal juara Piala AFF itu.
Nurdin menyatakan bahwa PSSI sudah mendapat peringatan keras dari AFF. “Jika pihak keamanan tidak bisa mengatasi permasalahan seperti ini, pertandingan bisa dipindahkan ke tempat netral,” cetusnya. (aam/c10/diq/jpnn)