Korut Mengancam Dunia

11:16, 20/06/2009

Mengakhiri Mei lalu, tepatnya tanggal 25, Korea Utara kembali mengejutkan masyarakat internasional. Negara berpaham sosialis itu tiba-tiba melakukan uji coba peledakan nuklir bawah tanah, sekaligus meluncurkan peluru kendali jarak menengah. Ini kedua kalinya dalam 2,5 tahun terakhir.

MESKIPUN program itu masih dalam taraf pengembangan, uji coba itu secara inheren sangat signifikan karena dapat memunculkan ketegangan baru di Semenanjung Korea. Bukan hanya itu, uji coba itu merupakan bukti kegagalan diplomasi Barat menekan Korea Utara.

Satu-satunya strategi yang tersisa bagi masyarakat internasional adalah ‘coercive containment’ dan kesabaran (The Times, 27/5). Korea Utara adalah salah satu negara di dunia yang telah melakukan uji coba peledakan nuklir sebanyak dua kali dalam abad ke-21 ini. Sebelumnya, uji coba detonasi nuklir dilakukan oleh India dan Pakistan pada 1988.

Uji coba itu menjadi tantangan besar Presiden AS Obama di saat Washington mencoba melibatkan semua negara nuklir dalam upaya pengurangan senjata nuklir di dunia. Uji coba itu, yang dianggap sebagai sebuah pelanggaran terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB, juga memancing reaksi keras dari Jepang, Korea Selatan, dan Uni Eropa.

Korea Selatan bahkan melihat aksi Korea Utara itu sebagai tindakan ‘ceroboh’. AS di bawah Obama sepertinya harus mulai merancang cara-cara yang lebih baru untuk mengatasi krisis nuklir Korea Utara.

***
KETIKA Korea Utara meluncurkan roketnya ke orbit satu bulan yang lalu, Jepang sempat mengusulkan sidang darurat Dewan Keamanan.

Belum sempat sidang darurat itu digelar, Korea Utara telah melakukan uji coba pada Senin (25/5) lalu. Karena itu, masyarakat internasional mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengeluarkan resolusi baru yang lebih keras.
Dalam situasi demikian, peran Tiongkok dan Rusia diperlukan untuk membujuk Korea Utara. Sikap lunak kedua negara ini terhadap Korea Utara hanya menjauhkan Korea Utara dari sanksi-sanksi baru. Ini memberi ruang lebih besar lagi kepada Korea Utara untuk melanjutkan kebijakan uji coba nuklirnya.
Keputusan Korea Utara menguji coba nuklir itu bisa jadi merupakan cara untuk menjamin agar negaranya tetap menjadi perhatian Washington, yang dalam pandangan pemimpin Korea Utara akan memberi perhatian lebih besar kepada Afghanistan dalam beberapa bulan mendatang.

Uji coba itu juga dilihat sebagai cara Korea Utara menawarkan kepada calon-calon pembeli rudal dari Timur Tengah yang mungkin tertarik kepada produk-produk teknologi terbaru Korea Utara. Teknologi yang dipakai Korea Utara itu dapat dipakai untuk meluncurkan senjata, termasuk kepala nuklir.

Februari lalu, Iran meluncurkan rudal yang sama dengan rudal yang pernah diluncurkan oleh Korea Utara. Para ahli mencurigai bahwa kedua negara ini saling bekerja sama untuk mengembangkan teknologi nuklir. Iran bahkan dilaporkan mendekati kemampuan untuk memproduksi kepala nuklir buatan sendiri.
Mungkin karena alasan ini, Amerika Serikat di bawah George Bush waktu itu memberi julukan kepada Korea Utara dan Iran sebagai ‘poros setan’.
Pemimpin Korea Utara hanya berpikir mengenai kelangsungan hidup negaranya dan mempertontonkan kekuatannya kepada rakyatnya, uji coba dan peluncuran rudal jarak menengah itu telah menimbulkan persepsi yang semakin kuat bahwa Korea Utara adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari klub pemilik senjata nuklir.
***
MENYUSUL uji coba peledakan nuklir dan peluncuran rudal Korea Utara itu, kawasan Semenanjung Korea kelihatannya akan memasuki era baru permusuhan dan ketidakstabilan yang tajam. Ini bukan hanya akan menjadi tantangan besar Presiden Korea Selatan Lee Myung-Bak, yang sejak dilantik mengambil sikap keras terhadap rezim di Pyongyang, tetapi juga Sekjen PBB Ban Ki Moon yang berasal dari Korea Selatan.

Dia kembali minta kepada Korea Utara kembali kepada mekanisme pembicaraan enam pihak untuk menyelesaikan kasus ini. Kalau saja Korea Utara itu “naik kelas” menjadi negara pemilik senjata nuklir, hal itu akan menunjukkan lahirnya Korea Utara sebagai kekuatan destruktif baru yang tidak pernah disaksikan sebelumnya.
Dalam perspektif masyarakat internasional, uji coba dan peluncuran rudal itu adalah sebuah kesalahan yang spektakuler yang akan memunculkan kecaman yang sama spektakulernya dan universal.

Meskipun program nuklir Korea Utara sebenarnya hanyalah sebuah ‘diplomatic gambit’ dan ‘kebijakan asuransi’ untuk mendapatkan konsesi. Ancaman melakukan serangan terhadap negara-negara tetangganya bukan sesuatu yang bisa dicegah. Jika asumsi itu benar, ada alasan masyarakat internasional khawatir atas keamanan dunia. Bagi mereka, mencegah proliferasi senjata nuklir adalah penting, terutama jika senjata penghancur massal itu jatuh ke rezim yang sulit diprediksi perilakunya. Bahaya lain adalah munculnya rezim yang tidak stabil di Korea Utara.
itu menyuplai persenjataan nuklir kepada pihak ketiga. Fakta menunjukkan bahwa Korea Utara memiliki reputasi buruk dalam proliferasi teknologi rudal.

***
MENYUSUL uji coba nuklir Korea Utara itu, apa yang kita saksikan di Semenanjung Korea adalah sebuah permainan yang melibatkan Korea Utara, Rusia, dan Tiongkok di satu pihak dan Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang di pihak lain. Rusia dan Tiongkok mengambil sikap keras terhadap kasus uji coba rudal Taepodong 2 Korea Utara tahun 2006. Kini kedua negara itu dihadapkan pada kondisi yang serupa.

Menteri Luar Negeri Rusia dilaporkan menyatakan resolusi Dewan Keamanan yang lebih keras sulit dihindari karena otoritas Dewan Keamanan dipertaruhkan. Tiongkok sepertinya tidak akan mendukung resolusi yang lebih keras lagi terhadap Korea Utara, karena resolusi semacam itu dikhawatirkan akan mengakibatkan arus pengungsi Korea Utara ke perbatasannya dengan Korea Utara.

Bisa dipastikan bahwa Dewan Keamanan PBB tidak akan menjatuhkan sanksi baru karena faktor Tiongkok tersebut, sebuah kebijakan yang membuat rezim di Korea Utara berada dalam posisi yang menguntungkan.

Sementara itu, Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan beranggapan bahwa peran Rusia dan Tiongkok dibutuhkan untuk memengaruhi sikap politik Korea Utara. Uji coba itu dapat mendorong Jepang memperpanjang sanksi ekonominya terhadap Korea Utara.

Uji coba itu telah menempatkan Seoul berada dalam risiko yang sulit dihindari. Seoul berada di wilayah dengan konsentrasi artileri, roket artileri, dan rudal balistik jarak menengah Korea Utara yang sangat tinggi.

Jadi dapat dikatakan bahwa nuklir Korea Utara itu, seperti yang disaksikan oleh dunia saat ini, tidak cukup dianggap sebagai faktor tunggal yang dapat memunculkan ketidakstabilan, kalau bukan perang baru di Semenanjung Korea.

Meskipun Korea Utara telah melakukan uji coba nuklir dan peluncuran rudal-rudal jarak menengahnya, bisa dipastikan bahwa tidak ada satu negara pun yang akan melakukan invasi terhadap Korea Utara atau serangan militer terbatas terhadapnya, sebagai aksi pre-emptive.

Mereka juga tidak akan melakukan itu sekalipun setelah Korea Utara melakukan uji coba berikutnya. Jadi, Korea Utara ?dengan atau tanpa senjata nuklir? kelihatannya tetap aman dari kemungkinan invasi. Dengan atau tanpa senjata nuklir, Korea Utara tetap merupakan negara pariah dan terisolasi dari masyarakat internasional. (net/jpnn)


YM

 
PLN Bottom Bar