Lagi, Bom Bunuh Diri di Iraq 15 Orang Tewas
10:27, 20/01/2011BAQUBA-Serangan bom bunuh diri yang menarget pasukan keamanan kembali terjadi di Iraq. Sehari setelah ledakan maut di pusat rekrutmen kepolisian Kota Tikrit, ledakan bom bunuh diri mengguncang markas Force Protection Service (FPS) di Kota Baquba, Provinsi Diyala. Akibat ledakan tersebut, sedikitnya 13 orang tewas.
Kali ini, ledakan itu berasal dari sebuah ambulans. Pelaku sengaja menabrakkan ambulans sarat bahan peledak tersebut ke markas FPS pada pukul 10.00 waktu setempat atau sekitar pukul 14.00 WIB. Selain meluluhlantakkan markas pasukan keamanan yang khusus menjaga fasilitas pemerintah itu, ledakan merusak gedung-gedung di sekitarnya. Termasuk, Rumah Sakit Ibu dan Anak Al Batool serta sebuah TK.
“Sejauh ini, kami sudah menerima kiriman 13 mayat dan merawat sekitar 64 korban luka,” terang Firaz al-Dulaimi, dokter yang bertugas di Rumah Sakit Baquba, seperti dikutip Agence France-Presse. Tiga balita dari TK di sebelah markas FSP dan guru mereka juga menjadi korban luka dalam insiden tersebut. Kini, keempatnya mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit Baquba.
Pasca ledakan tersebut, pemerintah memberlakukan larangan berkendara. Tidak ada sebuah mobil pun yang boleh masuk dan keluar atau bahkan melintas di Baquba. Untuk memudahkan investigasi, polisi mengisolasi lokasi ledakan. Sembari mengevakuasi korban, petugas juga berusaha mengidentifikasi tubuh pelaku ledakan di dalam ambulans yang hangus terbakar.
Menurut salah seorang pejabat FPS, markasnya menerima telepon dari seorang pegawai dinas kesehatan provinsi terkait dengan serangan bom bunuh diri tersebut. “Saat itu, penelepon mengimbau agar FPS mewaspadai ambulans yang berada di sekitar markas. Sebab, seorang pelaku bom akan memanfaatkan kendaraan tersebut untuk menyerang markas,” kata Mayor (polisi) Ghalib al-Karkhi.
Investigasi awal menyebutkan bahwa serangan di markas FSP dilancarkan oleh dua orang. Awalnya, keduanya berada di dalam ambulans. Tapi, di pintu gerbang, seorang pelaku turun dari ambulans. Dengan senjatanya, sang pelaku menembaki para petugas yang berjaga di pos keamanan. Pelaku yang lain nekat mengemudikan ambulans, menerobos pintu gerbang, dan meledakkannya di halaman FSP.
Selang 90 menit setelah insiden di markas FSP, sebuah bom bunuh diri kembali meledak. Serangan yang menyasar jamaah Syiah itu terjadi di Kota Ghalbiyah. Sedikitnya dua orang tewas dalam ledakan yang berasal dari mobil pelaku tersebut. “Ledakan itu mengakibatkan 16 orang terluka. Termasuk, seorang pejabat provinsi setempat,” kata seorang petugas keamanan dalam wawancara dengan Diyala TV kemarin.
Pejabat yang dimaksud adalah Wakil Gubernur Sadiq al-Husseini. Tiga pengawal pribadinya juga terluka dalam insiden tersebut. Saat ledakan terjadi, Husseini dan para pengawalnya sedang duduk bersama jamaah Syiah lainnya untuk memperingati Hari Arbain. Yakni, hari ke-40 kematian Imam Hussein yang merupakan pemuka Syiah pada abad ke-7. Ledakan bom mobil itu juga memicu kebakaran di sebuah SPBU.
Sementara itu, ledakan bom bunuh diri yang menewaskan sedikitnya 50 orang di Kota Tikrit Selasa lalu (18/1) berdampak buruk bagi Kolonel Ibrahim al-Juburi. Kemarin dia dicopot dari jabatannya sebagai kepala polisi Tikrit. Selain Juburi, pemerintah memecat Kepala Unit Reaksi Cepat Tikrit Brigjen (polisi) Mohammed Majeed. Provinsi Diyala dan Provinsi Salahuddin yang letaknya tidak jauh dari Provinsi Baghdad memang dikenal sebagai sarang militan Sunni Iraq.
Bahkan, pada 2008, Al Qaidah Iraq alias AQI menjadikan Diyala sebagai benteng pertahanan mereka. Perdana Menteri (PM) Iraq Nuri al-Maliki yakin, serangan bom bunuh diri di tiga kota dalam dua hari terakhir itu dilancarkan teroris AQI atau kelompok afiliasinya. (hep/c6/dos/jpnn)