Shopaholic, Antara Keinginan-Kebutuhan

11:33, 22/11/2009

Shopaholic adalah kata yang berasal dari shop yang berarti belanja, dan aholic yang menandakan bahwa kebiasaan ini adalah suatu ketergantungan terhadap hal yang dilakukan dengan sadar atau tidak.

Jadi, shopaholic adalah sebutan umum dari setiap orang yang mempunyai kebiasaan belanja secara kontinu (terus menerus). Seorang shopaholic biasanya melakukan kebiasaan ini tanpa disadarinya. Dia akan mengaku suka dan pengkoleksi barang-barang yang sama, namun sebenarnya ini adalah gejala awal dari seorang pecandu belanja.

Meskipun para ahli mengatakan bahwa 90 persen dari shopaholic adalah wanita, tapi sebenarnya pria juga bisa ‘terjangkit’ penyakit ini. Sebagian besar dari lelaki tidak mau mengakui, tapi mereka berdalih kebiasaan berbelanja hanya sebagai hobi untuk dikoleksi. Misalnya, belanja telepon genggam, laptop, MP3 player, barang otomotif dan lainnya.

Bagi wanita yang kecanduan belanja, mereka menggunakan inisiatif melakukan kegiatan berbelanja untuk melupakan kesedihan atau menghilangkan rasa suntuk. Tapi, cara itu hanya penyembuhan jangka pendek dan justru makin membuat para perempuan tersebut tertekan. Apalagi berbelanja dengan menggunakan kartu kredit, akan membuat wanita gila belanja semakin menumpukkan hutangnya.

Seperti yang dialami salah satu pegawai bank swasta di Jalan Imam Bonjol Medan, Puspita Sari. Perempuan yang baru menikah dan tinggal di Kompleks Tasbih, Jalan Setiabudi Medan ini mengaku tidak bisa mengontrol kegiatan belanjanya. Padahal, belanjaan yang dibelinya belum terlalu dibutuhkan. Kegemaran belanja membuat ia dan suami yang juga berkerja di bank milik BUMN sering bertengkar. “Saya belanja menggunakan kartu kredit. Rasanya saya tidak mampu mencegah keinginan untuk berbelanja. Otak saya rasanya terus memerintahkan saya untuk belanja dan belanja. Kalau tidak belanja sehari, rasanya ada yang tak enak di diri saya,” ujar wanita yang akrab dipanggil Puput ini.

Puput mengakui, akibat kegemerannya belanja, ia pernah menghabiskan belanja dalam sebulan sebesar Rp25 juta menggunakan kartu kredit. “Padahal yang saya beli adalah barang-barang yang belum dibutuhkan. Paling mahal adalah membeli parfum, alat rias, sepatu, baju, perhiasan dan lainnya. Padahal barang-barang itu saya sudah punya banyak,” ujar Puput.

Hal ini diakui suaminya, Ari. “Waktu masih pacaran, saya tidak terlalu paham soal belanja perempuan. Saya pikir perempuan memang suka belanja. Tapi lama-lama setelah kami menikah, kok belanjanya jadi gila-gilaan. Gaji pun jadi habis nutup hutang kartu kredit,” aku Ari sambil melirik istrinya, Puput.

Psikolog, Indah Kumala Hasibuan menganggapi, kemudahan seseorang mendapatkan kartu kredit serta ramainya pusat-pusat perbelanjaan, telah menimbulkan satu penyakit baru yang disebut shopaholic atau gila belanja. 

“Bila tidak dikendalikan sejak dini, penyakit itu tidak hanya menggerogoti keuangan rumah tangga, tetapi membuat penderitanya jatuh miskin,” ujar wanita yang membuka biro konseling khusus persoalan rumah tangga ini. 

Kebiasaan ini banyak menyebabkan pernikahan hancur karena salah satu pasangannya mempunyai kebiasaan buruk ini. “Para ahli yakin bahwa kebiasaan ini adalah penyakit mental, bukan hanya sekadar hobi sesaat. Kebiasaan ini bahkan bisa berdampak sama atau mungkin malah lebih buruk jika dibandingkan dengan seorang pecandu alkohol, obat-obatan, ataupun berjudi,” kata Indah.

Disebutkannya, ketergantungan akan belanja sama halnya seorang alcoholic yang dulunya mulai minum karena pengaruh sosial dan ajakan teman saja, tapi kemudian menjadi rutinitas dan kebiasaan yang akhirnya menimbulkan dampak buruk. Sudah bisa diduga gaya hidup sang pencandu mulai tidak terkontrol.

Menurut Indah, keinginan dan kebutuhan adalah dua hal yang sangat berbeda. Tapi sayang sekali keduanya sulit dibedakan oleh pecandu shopping. Bahkan terkadang shopaholic selalu bingung karena orientasinya sudah ‘bercabang’. “Sebagai seorang shopaholic yang ingin mengubah gaya hidupnya, harus belajar untuk bisa membedakan dua kategori itu. Jangan sampai keduanya dijalankan karena sangat berbahaya dan menjadi candu dan sulit untuk diobati,” pungkas Indah. (ila)

Rencanakan Pengeluaran

Istri Anda shopaholic? Kalau Anda sampai terheran-heran dengan belanjaan istri, sudah saatnya suami bicara  tentang pengelolaan keuangan keluarga sebelum jatuh miskin atau hutang menumpuk dari kartu kredit .

Menurut para periset, gila belanja adalah gangguan yang mendorong orang untuk membeli barang-barang yang tidak perlu. Gangguan ini bisa terjadi akibat stres, masalah keuangan atau masalah sosial. Gangguan gila belanja ini kebanyakan penderitanya adalah wanita.
Shopaholic biasanya digolongkan sebagai penyimpangan obsesif-kompulsif yang dapat disembuhkan dengan bantuan psikolog. Dengan kesabaran, ketekunan serta bantuan dari pihak profesional, seorang shopaholic dapat kembali mengendalikan hidupnya.

Bagi Anda yang taraf gila belanjanya belum terlalu parah, segeralah mengatur strategi untuk tidak terlanjur menjadi shopaholic.
Menurut Psikolog RSU Pirngadi Medan, Indah Kumala Hasibuan, ada beberapa cara untuk menghindari gila belanja. Caranya sangat sederhana, yaitu membuat perencanaan keuangan. Rencanakan pemasukan dan pengeluaran uang serta buat anggaran itu untuk diri sendiri.
“Tuliskan kapan Anda akan menerima pemasukan, dan apa saja pengeluaran-pengeluaran yang akan Anda lakukan dari pemasukan tersebut. Lalu tuliskan pos-posnya dan tuliskan jumlahnya. Hanya dengan cara seperti itu bisa mendeteksi apakah pengeluaran akan melebihi pemasukan atau tidak,” ujar Indah.

Dikatakan Indah, jika Anda pemegang jenis kartu pembayaran (kartu kredit atau kartu bank), hendaknya mulai belajar untuk bertanggung jawab dalam menggunakannya. “Mulailah dengan menetapkan budget setiap minggu atau bulan. Tulislah kebutuhan primer terlebih dahulu, seperti kebutuhan makanan. Setelah itu baru diikuti dengan kebutuhan sekunder, misalnya, pulsa telefon, baju, sepatu dan lainnya,” bilanmg Indah.
Selain itu, sediakan waktu dalam satu minggu untuk menulis kategori tersebut menjadi sebuah daftar yang dapat memudahkan untuk belajar membedakannya.

Tujuan dari langkah ini untuk menghindari kebiasaan membeli barang tanpa sadar berdasarkan dengan daftar yang kita buat tadi.
Sedangkan suami, lanjut Indah, hendaknya memberi penjelasan kepada istrinya bahwa pendapatan Anda selama sebulan tidak seimbang dengan apa yang dibelanjakannya.

Jangan terlalu didiamkan karena bisa jadi istri malah semakin berlama-lama dengan posisi seperti itu. “Kalau suami diam, istri akan menganggap suaminya setuju dengan tindakannya selama ini,” tambah Indah.

Untuk itu, ajak istri menghitung pengeluaran. Ajak istri menentukan besar uang yang harus disisihkan dan berapa sisa yang dapat dibelanjakan. Dengan cara ini, istri dapat mengerem keinginannya belanja. Ajaklah istri berpikir rasional.

“Kalau Anda keras menegurnya bisa jadi ia malah melawan. Mulailah dengan diskusi, bukan berkelahi. Saling mendengarkan pendapat itu paling tepat untuk mencari solusi,” pungkas Indah. (ila)

shopaholic

[ketgambar]GILA BELANJA: Seorang wanita shopaholic (gila belanja) duduk di antara tumpukan belanjaannya.// net[/ketgambar]


YM

 
PLN Bottom Bar