Agar Istri Tak Khawatir

10:36, 21/11/2010
Agar Istri Tak Khawatir
Haryanto Chandra, Director of Sales & Logistic PT Lafarge Cement Indonesia.//Laila Azizah/Sumut Pos

Istri manapun tentu mengharapkan suaminya pulang kerja dalam keadaan selamat. Apalagi, bagi suami yang bekerja di tempat yang beresiko terjadi kecelakaan kerja.

Sebab, jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan, baik resiko di tempat kerja maupun di jalan, tentu sangat rawan kehilangan nyawa. Karena suami adalah tulang punggung bagi keluarganya.
“Keselamatan kerja adalah hal paling penting yang harus diterapkan di setiap perusahaan yang tingkat resikonya sangat tinggi. Tapi di PT Lafarge Cement Indonesia, kami sangat mengutamakan keselamatan kerja agar istri tak khawatir menanti suaminya pulang ke rumah,” ujar Haryanto Chandra, Director of Sales & Logistic PT Lafarge Cement Indonesia.

Menurut pria yang masih melajang ini, di PT Lafarge Cement Indonesia yang memproduksi semen Andalas, selalu memberikan informasi dan sosialisasi keselamatan kerja tak hanya kepada karyawannya saja, tapi juga kepada para istri karyawan melalui sosialisasi. “Kami kumpulkan para istri karyawan pabrik kami, lalu kami sosialisasi keselamatan kerja. Nah, tujuannya agar si istri secara terus-menerus mengingatkan suami mereka untuk tidak lupa memakai alat keamanan kerja sekecil apapun di pabrik ,” kata Haryanto, anak ke dua dari lima bersaudara ini.
Selain itu, sambung pria yang fasih berbahasa Sunda dan Jepang ini, mereka juga memberikan sosialisasi keselamatan di jalan raya kepada karyawannya. “Menjaga keselamatan di jalan raya juga sangat penting. Ini menjadi rangkaian dari keselamatan karyawan agar mereka benar-benar selamat sampai di tujuan atau di rumah. Kecuali jika sudah kehendak Tuhan,” kata pria yang pernah menimba ilmu di Negeri Sakura (Jepang) ini.

Kemudian, lanjut pria yang suka musik dan hobi renang ini, para istri karyawan pabrik mereka juga diberikan izin untuk melihat kondisi suaminya saat sedang bekerja. “Ini untuk meyakinkan si istri untuk melihat langsung kalau keamanan kerja suami mereka sangat kami jamin,” tambah pria kelahiran Bandung, 1 September 1965 ini.
Bukan tanpa alasan kalau Manajemen PT Lafarge Cement Indonesia tetap memprioritaskan keselamatan kerja karyawan dan pihak yang terlibat di perusahaan itu, meski sejak 2,5 tahun lalu tercatat sudah mampu mencapai zero accident (nol kecelakaan).

“Pengomunikasian tentang penerapan standar keamanan, termasuk pemberian penghargaan kepada karyawan yang benar-benar mematuhi aturan keamanan dan sanksi bagi yang tidak menerapkannya rutin dilakukan mulai dari top manajemen hingga bawahan,” bilangnya.

Nyatanya, kata dia, tindakan manajemen itu positif, dimana kesadaran seluruh karyawan termasuk pekerja pihak ketiga semakin tinggi, yang ditandai dengan angka kecelakaan kerja yang menurun tajam sejak 2005.
“Meski sudah zero accident, manajemen tetap saja fokus pada penjagaan keselamatan kerja, mengingat sebagai pabrik semen resiko kecelakaan kerja bisa saja terjadi,” katanya.

Bahkan, sambungnya, persoalan kesehatan juga menjadi tanggungjawab perusahaan mereka dengan memberikan sosialisasi kesehatan mulai dari bahaya nyamuk demam berdarah dan kesehatan lainnya. “Begitu juga soal kebersihan. Kalau pekerja pabrik PT Lafarge Cement Indonesia di Lhoknga-Banda Aceh, si istri wajib membersihkan sepatu kerja suaminya. Kalau masuk ke kantor sepatu si suami dalam keadaan kotor, kita akan menegurnya. Tentu yang malu nanti si istri,” ujarnya tersenyum.

Tak hanya memberikan keyakinan terhadap para istri karyawan dengan keselamatan kerja, PT Lafarge Cement Indonesia juga tidak memberlakukan gender dalam perusahaan.

“Setiap kami membuka lamaran kerja, tidak pernah ada kata mengutamakan pria atau wanita. Kami tidak pernah membolehkan gender berlaku. Bahkan, kami membuka peluang bagi karyawan perempuan yang berprestasi. Buktinya, pimpinan pabrik di Aceh dipimpin wanita,” pungkasnya. (ila)


YM

 
PLN Bottom Bar