Setialah dengan Pasangan
10:25, 16/01/2011Menyandang status janda dan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS), bukan hal yang mudah. Dengan kedua status itu, Maria Lili, memiliki harapan yang besar untuk bisa memberikan yang terbaik buat dirinya, anaknya dan orang lain.
Maria adalah salah satu dari sekian ODHA yang terinfeksi penyakit itu dari suami. Dengan status ODHA, bukan berarti Maria menjadi pesimis menghadapi hidup, ia justru semakin bersemangat menjalani kehidupan sehari-harinya.
“Ya, cukup berat juga membesarkan kedua anakku dengan status ODHA-ku ini. Tapi semua itu ku serahkan kepada Tuhan. Tuhan tak mungkin membiarkan umatnya menderita. Apalagi aku orangnya nggak mau terlalu memaksakan diri. Ku jalani hidupku dengan ikhlas, yang penting anakku bisa sekolah, aku bisa berbuat kebaikan kepada keluarga dan orang lain,” ujar wanita kelahiran 27 Desember 1975 silam ini.
Awalnya, Maria tak pernah menyangka kalau dirinya menjadi ODHA. Sebab, ia adalah ibu rumah tangga yang baik, patuh kepada suami dan tak pernah menyentuh narkoba jarum suntik. “Suamiku meninggal karena HIV/AIDS pada 2007 silam. Aku tertular dari suamiku sendiri dan bukan karena ulahku,” cerita wanita berdarah Thionghoa ini.
Namun, Maria sendiri tak tahu kalau suaminya meninggal akibat HIV/AIDS karena tak ada dilakukan pemeriksaan darah terhadap almarhum suaminya. Ia baru menyadari kalau suaminya meninggal karena terinfeksi penyakit itu ketika kondisi tubuh dirinya sendiri mengalami drop. “Beberapa bulan setelah suamiku meninggal, aku ngerasa tubuhku tak sehat. Setiap buang air besar selalu disertai diare sampai berat badanku turun 7 kilo. Aku lalu memeriksakan penyakitku ke RSU Pirngadi Medan dan memeriksakan darahku. Nah, dari RSU Pirngadi itulah aku didiagnosa terinfeksi HIV/AIDS,” kata Maria.
Saat mengetahui dirinya terinfeksi, hati Maria langsung hampa. Dunia rasanya seperti terbalik. “Saat divonis terinfeksi HIV/AIDS, aku langsung lari menangis di kamar mandi rumah sakit itu. Saat itu hidup terasa hampa. Aku langsung berdoa kepada Tuhan meminta ampunan dan meminta untuk memberi kesempatan hidup untukku,” ujarnya. Syukurlah, keluarga Maria tidak mengasingkan dirinya (stigma) meski dia terjangkit penyakit itu. Keluarganya mendukung penuh dan memberikan motivasi sehingga mampu menguatkan dirinya untuk bisa bangkit. “Aku lalu bergabung di Medan Plus, tempat berkumpulnya ODHA. Di tempat inilah semakin membuat hidupku bersemangat. Aku bisa sharing, aku dapat pengalaman dan teman senasib serta menjalani trapi hidup sehat. Aku tak pernah malu untuk mengakui diriku ODHA agar masyarakat tidak melakukan stigma kepada kami. Jauhi penyakitnya, bukan orangnya, itu harapan kami,” tutur wanita bertubuh gempal ini.
Ya, Maria adalah salah satu ODHA yang ditularkan dari suami. Apalagi, berdasarkan data Medan Plus, tren ibu rumah tangga tertular HIV/AIDS dari suami meningkat. “Setialah pada pasangan, dalam hal ini istri. Kalau epidemi HIV, laki-laki merupakan mata rantai penyebaran HIV secara horizontal. Suami beristri akan menularkan HIV kepada istrinya, atau selingkuhannya, istri mudanya, atau pekerja seks komersial (PSK). Jika istrinya tertular, maka ada risiko penularan HIV dari ibu ke bayi yang dikandungnya kelak,” kata Maria.
Kata Maria, penularan dan penyebaran virus HIV/AIDS tak pernah memandang jenis kelamin, usia dan status seseorang. Siapa saja bisa tertular dan terjangkit. Namun, dari semua kalangan yang ada, ibu rumah tangga (IRT) menjadi kelompok pertama yang paling rentan tertular penyakit ini.
“Bagi pria yang suka jajan di luar, disarankan untuk berhati-hati atau paling aman berhentilah jajan. Jangan bawa penyakit kepada istri Anda yang setia menunggu di rumah. Kalau tak bisa setia, setidaknya pakailah kondom demi aman saat melakukan hal bejad jajan itu,” seru Maria.
Memang, ibu rumah tangga merupakan kelompok paling besar atau sekitar 80 persen yang paling rentan tertular virus HIV/AIDS. IRT yang tertular mayoritas perempuan baik-baik yang tidak pernah selingkuh. Mereka terjangkit dari suaminya sendiri, yang kerap berganti pasangan dan berhubungan seks di luar rumah.
Data itu berdasarkan penelitian Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) terhadap 2.800 pasien HIV/AIDS perempuan berbagai profesi selama 10 tahun terakhir di Indonesia yang dilakukan sejak tahun 1999-2009. Dari data itu, ada 8 juta pembeli seks di Indonesia, hanya 10 persen yang memakai kondom. Artinya, 7 juta sisanya tidak memakai sehingga berisiko tinggi menulari anggota keluarga mereka. Semoga ini jadi renungan pria hidung belang! (laila azizah)