Berhenti Kuliah Karena Keasyikan Cari Uang

10:53, 04/07/2010
Berhenti Kuliah Karena Keasyikan Cari Uang
KEGIATAN SOSIAL: Shyntha (kiri) saat mengikuti kegiatan sosial di Kota Medan. //Istimewa

Syntha, Pemilik Seni Ukir Jalan Teuku Umar Medan

Bisnis seni ukir yang digeluti Syntha bisa dikatakan melejit. Tidak hanya pasar Medan, pasar internasional juga dikuasai perusahaan keluarga ini, dan bahkan sudah membuka cabang di negeri jiran Malaysia.

Syntha merupakan anak bungsu dari delapan bersaudara yang diamanahkan saudara-saudara dan kedua orangtuanya untuk meneruskan usaha yang dibuka tahun 1979 ini.

Entah kenapa jiwa bisnis orangtuanya menurun kepada Syntha. Sampai-sampai kuliahnya di Fakultas Teknik Elektro Universitas HKBP Nommensen (UHN) Medan tak kunjung kelar hingga saat ini, padahal sudah hampir finish. Belakangan Syntha mengaku ‘keenakan’ bekerja dan mendapatkan uang  dengan cepat ketimbang menimba ilmu di bangku kuliah.

Baginya tidak ada titel yang paling tinggi terkecuali almarhum (Alm) dan tidak ada pula jabatan yang tertinggi terkecuali hasil karya kita sendiri. Pada dasarnya, orang pun menempuh pendidikan tujuan akhirnya mencari kerja dan mendapatkan uang. Syntha berprinsif konsep hidup yang didapatnya dari kegiatan seminar dan mengikuti acara-acara motivasi yang dibawakan motivator asal Jakarta dan lain sebagainya di luar kampus selama ini, lebih dari cukup sebagai pondasi dalam mengarungi kehidupan. Berikut petikan wawancara wartawan koran ini, Adi Candra Sirait dengan Syntha di Toko Seni Ukir Jalan Teuku Umar Medan, Rabu 30 Juni 2010.

Apa yang Anda rasakan terhadap pekerjaan Anda saat ini?
Biasa saja. Saya bekerja seperti biasa, memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen. Nah, seperti ini kadang kala kita sebagai pengusaha sebel dan jengkel kepada konsumen sudah disepakati untuk membuat desain tertentu, tetapi beberapa jam kemudian desain itu tiba-tiba berubah. Belum lagi konsumen yang memburu waktu harus selesai tempahan cendera mata atau lain sebagainya dalam waktu singkat. Tetapi semua ini merupakan bunga-bunga pekerjaan yang harus saya terima dengan ikhlas dan sabar. Bagi saya memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen merupakan wujud profesionalisme pekerjaan yang saya geluti.

Memang bisnis ini cita-cita Anda dari kecil?

Tidak. Saya pun tidak tahu, tiba-tiba karena asyik bekerja di toko orangtua akhirnya saya ketagihan. Muncul sari patinya gitu lho, mungkin. Ketika saya duduk di bangku SMP Kalsa Medan tahun 1988 ketika pulang sekolah langsung ke toko Seni Ukir di Medan Plaza. Apalagi waktu itu baru buka cabang baru di Medan Plaza.
Dulu pekerjaan saya di toko banyak, bisa menjuali barang-barang, mendesain dan lain sebagainya. Pokoknya apa pun saya bisa, bagi saya selain membantu orangtua di toko, bekerja juga merupakan bagian dari hiburan. Maklum di era saya pada waktu itu sekitar tahun 80-an yang namanya heand phone (HP) tidak seperti sekarang ini.
Bisa saling teleponan, sms dan bahkan internetan dari HP. Paling pun kalau mau cari hiburan ke mall dan nonoton di biokop. Makanya saat jaga toko di Medan Plaza tanpa sengaja itu merupakan bagian dari hiburan. Saya juga sesekali memanggil teman-teman saya untuk ngobrol bersama di Medan Plaza, jadi asyik kan, sambil bantu orangtua dapat hiburan lagi.

Apa cita-cita sesungguhnya?
Jujur dari kecil saya ingin jadi pilot, tapi pilot lulusan Australia. Saya tertarik untuk kuliah pilot di Australia karena banyak teman-teman sekolah dan sepergaulan saya kulih di negeri kanguru itu. Bagi saya penampilan seorang pilot gagah dan bisa terbang kebelahan dunia. Tapi itu cita-cita, saat minta izin dengan orangtua, mereka tidak mengabulkannya dengan alasan orangtua tidak mau pisah dengan putri bungsunya. Akhirnya saya pun mengalah. Selanjutnya saya berdiskusi dengan teman-teman sekolah dan hingga akhirnya mendaftar ke Fakultas Elektro UHN.

Kenapa tidak memilih di Seni Ukir sehingga nyambung dengan pekerjaan di rumah?
Entahlah. Dipilihnya Fakultas Elektro UHN secara kebetulan saja karena banyak teman-teman saya yang mengambil jurusan itu. Coba-coba ikut ujian tes tiba- tiba diterima dan aktif kuliah tahun 1988. Kenapa saya tidak memilih Seni Ukir, itu saya tidak tahu, semuanya ikut teman. Teman waktu itu banyak yang testing di Fakultas Teknik Elektro saya pun ikut. Tahun-tahun pertama saya rajin kuliah, tetap aktivitas pulang kuliah langsung ke toko bantu orangtua. Inilah rutinitas saya hingga akihirnya menjelang finish saya diminta oleh kakak saya untuk menemaninya di Malaysia.
Kala itu kakak saya menikah dengan orang Malaysia dan kakak saya pun jadi penduduk Malaysia. Nah, di Malaysia usaha mereka juga bergerak di bidang seni ukir dan saya membantu kakak saya lebih kurang tiga bulan. Dari sinilah saya mulai agak malas kuliah, mata kuliah di kampus banyak yang ketinggalan dan lain sebagainya. Sampai sekarang ini, saya belum menammatkan kuliah saya. Padahal kalau saya mau mungkin tiga tahun yang lalu saya sudah tamat dan bisa mendapat gelar sarjana teknik elektro.

Sekarang Anda tidak menyesal?
Tidak. Itu tadi bagi saya tidak ada titel abadi kecuali (Alm) dan jabatan abadi keculi hasil karya sendiri. Selama ini saya pun tidak pernah menyesali diri saya karena salah mengambil jurusan. Kata orang salah jurusan gitu lho, kerja di Seni Ukir , kuliah di Teknik Elektro. Bagi saya apa pun yang diperbut selama di bangku kuliah semuanya ada manfaatnya. Paling tidak pembentukan karakter saya dapatkan, sebab selama saya kuliah saya aktif di berbagai kegiatan semisal menghadiri seminar sebagai peserta dan lain sebagainya. Dari seminar inilah saya banyak mendapatkan masukan dan pengetahuan tentang arti kehidupan yang sesungguhnya. Jadi apa yang mau disesali, semuanya ada hikmahnya. Toh saat ini meskipun saya tidak tamat dari Fakultas Teknik Elektro saya bisa sukses denga usaha yang saya geluti saat ini.

Apa rencana Anda selanjutnya?
Ya. Yang namanya usaha keluarga saya tetap menjalankannya dengan baik. Abang dan kakak saya juga ikut nimrung di usaha ini. Ibarat ungkapan, Toko Seni Ukir ini tidak akan hidup tanpa saya dan begitu juga sebaliknya Toko Ukir ini tidak ada bisa hidup tanpa tujuh orang keluarga saya itu. Jadi kesimpulannya satu sama lain saling membutuhkan dengan peranannya masing-masing. Ada yang mengelola penjualan, mencari bahan baku dan lain sebagainya. Dalam benak saya juga sudah terlintas untuk memperlebar usaha lain atau paling tidak mencari jenis usaha lain yang prospek di tengah kondisi ekonomi yang semrawut seperti ini. Pikiran saya sempat terlintas untuk ekspansi ke bisnis proferti, bangun rumah gitu lalu dijual. Tapi sampai sekarang belum dimulai, mungkin belum tepat waktunya kali.

Jadi masih fokus di seni ukir?

Betul. Saya akan bekerja secara profesional. Kepuasan pelanggan tetap saya upayakan sampai-sampai harus bekerja ekstra demi konsumen. Tapi ini bagian dari resiko pekerjaan yang harus diterima dengan lapang dada. Saya yakin usaha ini tetap menjadi primadona, apalagi yang namanya cendera mata sudah menjadi kebutuhan dan hal yang wajib jika ada sebuah acara. Kita lihat saja jika ada pejabat yang serahterima pasti ada cendera mata, makanya  usaha ini tidak ada matinya. Harapannya Seni Ukir yang saya geluti ini berkembang hingga ke belahan dunia.(*)

Suka Jalan-jalan

Di tengah kesibukan mengurusi Toko Seni Ukir, Syntha menyempatkan waktu mengunjungi tempat-tempat wisata di Sumatera Utara. Bagi dia, liburan hal yang penting untuk menghilangkan kepenatan pekerjaan.

“Pekan lalu saya dan suami baru pulang dari Tongging (Karo), air terjun dan danaunya indah sekali,” ungkap Synta.
Hanya saja jalannya kurang nyaman menuju objek wisata di Sumatera Utara. “Kalau lah ada jalan tol, mungkin saya akan sering mengunjungi tempat wisata,” ungkapnya.

Syntha menuturkan, selain mengunjungi objek wisata, dia bersama suami juga sering makan malam di mall dan aktivitas fitnes setiap hari. Soalnya pekerjaan, hiburan dan olahraga harus diselaraskan.
Tiap pagi Syntha fitnes di rumah dengan menggunakan delapan alat fitnes yang dimilikinya. Biasanya sekali fitnes membutuhkan waktu 1,5 jam hingga 2 jam. “Wah sehabis fitnes enak rasanya, badan pun bugar. Kalau tidak mana bisa saya memiliki tubuh seperti ini,” ungkapnya.

Selain fitnes di rumah, Syntha sesekali ikut fitnes di club berbaur dengan teman-temannya. Sebab kalau fitnes di rumah murah bosan karena tidak banyak teman. “Kalau di club, teman banyak dan bisa sambil ngerumpi dan mandi sauna,” ungkapnya.

Bagi Syntha menjalani hidup harus apa adanya, sehingga pikiran pun jadi rileks dan segar. Bahkan kegiatan-kegiatan sosial juga banyak dilakukan Syntha semisal ikut bakti sosial, sumbangan kemasyarakatan dan kegiatan sosial lainnya.

“Tapi itulah saya, ketika ada kegiatan saya tidak suka dipublikasi, prinsip saya memberi tangan kanan tetapi tangan kiri jangan tahu,” ujarnya.

Dari kegiatan-kegiatan inilah Syntha banyak memiliki teman, dan dia aktif mengikuti berbagai kegiatan di luar pekerjaan rutin. (dra)

Biodata:

Nama
Syntha
Tempat/Tanggal Lahir
21 Juli 1974
Nama Suami
Umar
Pekerjaan
Pemilik Seni Ukir Jalan Teugku Umar


YM

Comments (1)

  1. soni jordan samosir says:

    wah pengen juga jd spti ibu soalnya saya jg pernah kuliah di fak teknik jurusan sipil di unika st thomas medan hanya sampai semester akhir aja tdk selesai

 
PLN Bottom Bar