Dari BAIS ke Dan Lantamal

07:39, 18/07/2010
Dari BAIS ke Dan Lantamal
TEGAS: Syarif Husin (tengah) bersama anggotanya menunggu kehadiran tamu dari markas TNI AL (foto kiri) dan Syarif Husin diabadikan berdiri di kantor Lantamal I Belawan. //Adi candra Sirait/Sumutpos

Laksamana Pertama TNI Syarif Husin, Komandan Lantamal I Belawan

Tepat 15 September 2009, Laksamana Pertama TNI Syarif Husin resmi menjabat sebagai Komandan Lantamal I Belawan. Tugas itu bertambah berat, karena harus membawahi empat pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) mulai dari Sabang hingga Dumai.

Sepuluh bulan bertugas, Syarif Husin merasakan hal  yang beda dengan tugas sebelumnya sebagai Komandan Lantamal II Padang. Dia mengaku lebih sibuk karena tugas semakin berat.

Lalu lintas laut di wilayah kerja Lantamal I Belawan juga cukup padat sehingga menyita perhatian dan konsentrasi yang cukup.Selama bertugas di TNI Angkatan Laut, Syarif Husin banyak merasakan asam garam pekerjaan, apalagi ayah lima anaknya itu sudah bolak- balik pindah tugas dari divisi yang satu ke divisi lain. Baginya tugas di TNI Angkatan Laut adalah amanah yang harus diemban dengan baik, sejak lulus AKABRI tahun 1976 silam.

Berbagai jabatan-jabatan stategis hingga menjadi Komandan Lantamal (Dan Lantamal) pun sudah dilaluinya. Berikut petikan wawancara wartawan koran ini Adi Candra Sirait dengan Komandan Lantamal I Belawan, Laksamana Pertama TNI Syarif Husin di Pangkalan TNI AL I Belawan, Jumat 16 Juli 2010.

Apa kesan Anda selama menjabat Dan Lantamal I Belawan?
Wah biasa saja, tapi tugas menjadi Dan Lantamal I Belawan semakin berat. Lihat saja, jadwal wawancara kita pun sampai terganggu, gara-gara sibuk. Saya harus ke sana kemarin menghadiri undangan, baik sebagai Muspida Plus Sumatera Utara maupun sebagai prajurit di kalangan TNI Angkatan Laut. Belum lagi tugas keseharian saya yang secara umum menjaga keamanan sekaligus pertahanan NKRI (Negara Kesatuan RI) dari sisi maritim.

Jadi kalau dikaji-kaji tugas kami berat, bayangkan saja jika dalam satu hari tidak ada anggota saya yang di laut, mungkin para nelayan tidak aman dalam melakukan aktivitasnya. Pencurian di mana-mana, penjarahan di mana-mana. Intinya kondisi maritim tidak aman. Seperti inilah terus aktivitas kami, sibuk dan terus sibuk dan bahkan sampai-sampai waktu untuk keluarga bisa tersita demi tugas.

Lantas bagaimana Anda memandangnya?

Biasa saja seperti air mengalir. Tugas adalah amanah dan amanah itu harus dikerjakan dengan baik dan profesional. Tidak ada terlintas sedikit pun di dalam benak saya menyesal jadi anggota TNI Angkatan Laut, yang ada hanyalah perasaan senang bisa bekerja dan menjalankan tugas dengan baik.

Aktivitas saya setiap pagi harus ke kantor dari rumah dinas di Jalan Jenderal Sudirman ke Belawan. Ini saya lakukan demi tugas, tetapi kadang kala harus pintar-pintar membagi waktu untuk keluarga. Dan bahkan saat ada tugas ke Jakarta, saya selalu melihat anak saya yang menimba ilmu pendidikan di Jakarta. Anak-anak saya tidak mau ikut ke Medan, mereka memilih tinggal di Jakarta biar mandiri.

Apakah jadi TNI Angkatan Laut cita-cita Anda?
Betul. Bapak saya dulu anggota TNI Angkatan Darat dan pensiun pangkat Letnan Satu. Saya anak kedua dari tujuh bersaudara yang mewarisi pekerjaan orangtua. Saat duduk di bangku SMA niat untuk menjadi tentara muncul, tetapi kala itu saya tidak memfokuskan diri apakah masuk TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Udara atau pun TNI Angkatan Laut.

Secara kebetulan TNI Angkatan Laut buka pendaftaran terlebih dahulu hingga akhirnya saya memutuskan untuk mendaftar di TNI Angkatan Laut dan Alhamdulillah diterima. Saya masuk AKABRI tahun 1972 Angkatan XX, saat mendaftar ke TNI Angkatan Laut pun saya sendirian tidak ditemani anggota keluarga dari kampung di Desa Kedung Arung Kabupaten Kuningan.

Waktu itu tesnya di Bandung dan saya harus bolak-balik Jakarta -Bandung. Tapi semangat saya sebagai anak kolong untuk masuk TNI sudah bulat, apalagi saya terobsesi dengan masuknya ke TNI, maka saya akan berjuang demi bangsa dan negara ini. Selain itu penampilan tentara juga terlihat gagah, apalagi saat mengenakan baju dinas TNI.

Bagaimana lika-liku perjalanan karir Anda?
Layaknya anggota TNI Angkatan Laut lainnya, karir saya pun pindah dari satu divisi ke divisi lain. Tahun 1976 hingga 1988 saya pernah dinas di kapal-kapal perang armada RI. Saat itulah saya banyak mendapat pengalaman tugas di laut. Bahkan kapal yang saya tumpangi pernah terkena angin tipon. Angin yang tergolong dahsyat dan dapat membahayakan pengemudi kapal.

Tapi lagi-lagi saya hanya niat menjalankan pekerjaannya dengan tulus dan iklas untuk mengerjakan tugas negara. Selain angin tipon, ada juga ombak yang sangat dahsyat. Selain itu, saya juga pernah ikut berlayar di kapal Samratulangi, kapal perang yang sangat besar dan memiliki penumpang ratusan orang. Pokoknya pengalaman itu sudah banyak saya dapatkan.

Tahun 1988 hingga 2008 saya juga pernah bertugas di Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI Angkatan Laut. Tugas ini sangat berat dan membutuhkan konsentrasi yang cukup. Namanya saja sudah BAIS, makanya, kita harus bekerja menjaga kerahasian negara khususnya di bidang maritim. Bahkan yang menarik lagi adalah menjadi atase di negara orang.

Apa rencana Anda ke depan?
Ya, menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya. Di tengah luasnya wilayah kerja Lantamal I Belawan, saat ini kami memiliki dua pulau terluar yakni Pulau Rondo (Sabang) dan Pulau Berhala di Kabupaten Serdang Bedagai.
Kini kedua pulau tersebut ditempati marinir kita sehingga kedua pulau tersebut tetap terjaga dari berbagai ancaman. Sementara itu untuk tugas rutin, lewat komandan Lanal saya selalu memonitor setiap peristiwa yang terjadi. Dan InsaAllah hingga saat ini kondisi keamanan di laut masih tetap terjaga.

Sejauh ini apa yang menjadi hambatan Lantamal I Belawan?
Saya rasa secara khusus tidak ada. Namun begitu dengan luas dan padatnya aktivitas di laut maka kami juga semakin ekstra untuk melakukan penjagaan. Selain itu dalam tugas kesehariannya, kami juga selalu bekerja sama dengan beberapa instansi terkait dalam mengamankan situasi laut semisal ada Imigrasi, Bea dan Cukai, PT Pelabuhan dan beberapa instansi pemerintah dan BUMN lainnya. Intinya bagaimana TNI Angkatan Laut dalam menciptakan kondisi aman di Laut.

Selain itu, dalam rangka mengamankan laut, TNI Angkatan Laut juga sering melakukan patroli bersama dengan melibatkan instansi terkait. Sebagai contoh dalam beberapa hari ini TNI Angkatan Laut melakukan patroli gabungan di sekitar Selat Malaka. Ini juga bagian dari upaya TNI Angkatan Laut dalam mengamankan laut. Selain patroli gabungan beberapa instansi, TNI Angkatan Laut juga kerap melakukan patroli bersama negara-negara tetangga semisal Malaysia dan beberapa negara tetangga lainnya.

Terakhir apa pesan Anda?
Kepada semua lapisan masyarakat khususnya para nelayan harus bisa menjaga keamanan laut dengan baik. Sementara itu kepada para prajurit TNI Angkatan Laut khususnya di wilayah Lantamal I Belawan agar bekerja profesional dan tanggap dalam menyikapi segala hal. Saya ingin aktivitas yang dilakukan Lantamal I Belawan bisa diketahui masyarakat, untuk itu harus ada kerja sama yang baik antara TNI Angkatan Laut dengan media.   (*)

———

Maghrib Wajib di Rumah

Syarif Husin punya kebiasaan tersendiri dalam hidupnya. Ketika waktu salat Magrib tiba, dia sudah harus berada di rumah kumpul bersama keluarga.
“Memang, Magrib saya upayakan sudah di rumah, meskipun di rumah yang tinggal hanya saya dengan ibu,” ungkap Syarif Husin di kantornya Pangkalan TNI Angkatan Laut I Belawan.

Dia mengatakan, saat ini kelima anaknya tinggal di Jakarta. Sebab ada sebagian yang masih menempuh pendidikan di bangku SMA. “Anak saya itu pada saat saya jadi Dan Lantamal I Belawan tidak mau pindah dari Jakarta ke Medan. Ya, terpaksa lah mereka tinggal di Jakarta,” ungkapnya.

Hidup di Medan kata Syarif Husin tentulah sepi, karena harus tinggal berdua. Untuk mengatasi hal itu tentulah dengan melakukan berbagai aktivitas yang dapat menghilangkan kejenuhan.

“Kalau saya jelas aktivitas saya padat, demikian juga dengan ibu di rumah. Selain mengurusi Yayasan Hang Tuah, ibu juga aktif di kegiatan darma wanita TNI Angkatan Laut. Pokoknya kami berdua sama-sama sibuk,” ungkapnya. Lantas bagaimana komunikasi dengan anak-anak? Ditanya begitu Syarif Husin menjawab kalau komunikasi via telepon tidak pernah putus. Apalagi zaman sekarang yang serba canggih dengan kehadiran telepon genggam (HP). “Kalau rindu-rindu tinggal HP saja,” katanya.

Selain itu, saat acara kedinasan di Jakarta Syarif Husin dan istri selalu melihat anaknya di Jakarta. Itu pun harus pandai-pandai membagi waktu. Tapi sejauh ini Syarif Husin mengaku bersyukur karena kelima anaknya tidak ada yang manja, semuanya bisa hidup mandiri.

Syarif Husin menambahkan, di hari-hari libur dia bersama istri menyempatkan waktu makan malam bersama. Soal tempat tergantung selera. Ini juga merupakan bagian dari menghilangkan rasa jenuh setelah  beraktivitas. Bagaimana hobi? Ditanya begitu Syarif menjawab hobi olahraga. “Apa pun itu jenis olahraganya tenis, golf, badminton dan lain sebagainya saya suka,” pungkasnya. (dra)


YM

Comments (2)

  1. adam ridwan says:

    itu semua benar data2 dan saya bangga punya paman walau semua di tempuh dengan niat yang ikhlas,dari kuningan cirebon

  2. adam ridwan says:

    mang jangan lupa ama sholat ya

 
PLN Bottom Bar