Anggota Dewan Bukan Pencari Kerja
10:11, 30/05/2010Ir H Chaidir Ritonga MM, Wakil Ketua DPRD Sumut
Ir H Chaidir Ritonga MM adalah sosok yang cerdas, memiliki intelektual tinggi dan selalu bekerja sesuai aturan. Berangkat dari kualitas dan integritas seperti itu, dia akhirnya mampu duduk sebagai salah satu unsur pimpinan di DPRD Sumut yakni, Wakil Ketua DPRD Sumut.
Ada yang menarik dari pria kelahiran 13 Januari 1962 ini, yaitu prinsip “Berusaha dan Berusaha, Karena Tidak Ada Yang Tidak Bisa di Dunia Ini”. Prinsip itu tercermin dari perjalanan hidupnya. Sejak kecil ia harus berjibaku dengan waktu untuk membiayai hidup dan sekolahnya. Dari menjadi seorang penjual rokok dan permen pada saat masih duduk di bangku kelas 4 Sekolah dasar (SD), hingga akhirnya bisa menerima beasiswa Supersemar dari pemerintah untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan negeri terkemuka di Indonesia yaitu Institut Pertanian Bogor.
Pergolakan hidup sesungguhnya mulai dihadapi Chaidir Ritonga pada saat ia menjadi mahasiswa. Pada tahun pertamanya di IPB, Chaidir Ritonga harus melakukan pekrejaan sambilan sebagai guru honor, petugas asuransi dan sejumlah kegiatan lainnya.
Di IPB jugalah Chaidir Ritonga menjejakkan kaki di dunia politik praktis kampus sewaktu menjadi aktivis pada beberapa organisasi kemahasiswaan di kota hujan itu mulai dari pers Kampus, HMI, dan beberapa organisasi lainnya.
Perjalanan hidupnya kemudian mengalir bak air, mengikuti perkembangan zaman. Chaidir Ritonga sempat menjadi manager di sebuah perusahaan agrobisinis Thailand, menjadi pengusaha tambak dan kini, anak pasangan Alm. H Sutan Muda Ritonga dan Hj Nursaum Siregar ini menjadi seorang wakil rakyat di DPRD Sumatera Utara.
Bukan sekedar wakil rakyat, putra asli Tapanuli Selatan ini malah memperoleh jabatan strategis di DPRD Sumut karena Chaidir Ritonga menjadi salah satu pucuk pimpinan dewan dengan duduk sebagai Wakil Ketua DPRD Sumut dari Fraksi Golkar.
Dari perjalanan hidup itu, banyak sekali suka duka yang terekam, menjadi kenangan tak terlupakan. Maka layaklah jika Chaidir Ritonga dijadikan sebagai sosok yang patut diperbincangkan dan dicontoh.
Berikut ini adalah petikan wawancara wartawan Sumut Pos Ari Sisworo dengan Chaidir terkait eksistensi dan pandangannya atas rakyat Sumatera Utara dan Indonesia pada umumnya.
Bagaimana perasaan Anda saat menjadi anggota DPRD Sumut dan malah menjadi Wakil Ketua DPRD Sumut?
Ini adalah berkah dan rahmat dari Allah SWT. Sebuah hasil pencapaian yang tidak pernah diperhitungkan dan dicita-citakan sama sekali. Namun, apa yang saya emban sekarang adalah sebuah amanah yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak. Untuk itu, tidak ada kata lain selain melaksanakan amanah ini sebaik mungkin. Agar kiranya duduknya saya di dewan dan menjadai Wakil Ketua akan bermanfaat bagi Sumatera Utara dan Indonesia pada umumnya.
Bagaimana ceritanya Anda bisa nyemplung menjadi politisi atau anggota DPRD Sumut dan bahkan menjadi Wakil Ketua DPRD Sumut?
Benar istilah yang mengatakan, “kehidupan itu pasti berulang”. Kisah yang berulang itu adalah saat menjalin hubungan percintaan dengan Susi Mahdarwati Napitupulu (istri, red), yang merupakan anak dari politisi senior Partai Golkar kala itu yaitu alm Burhanuddin Napitupulu.
Dengan jalinan yang harmonis, akhirnya semangat adventure dalam politik bangkit. Hubungan itu membuat saya akrab dengan alm Burhanuddin Napitupulu. Sering diajak mendampingi almarhum berkampanye. Waktu itu sekitar tahun 1980-an.
Apalagi saya memiliki pengalaman berorganisasi, sehingga tidak sulit mengikuti perkembangan politik kala itu. Dari sosok almarhum mertua saya itulah pada akhirnya saya mendapat pengetahuan luas tentang Partai Golkar. Awalnya saya berpikir Golkar adalah partai rezim orde baru dengan segala kebobrokannya. Namun ternyata almarhum Burhanuddin Napitupulu bisa mengubah stereotif itu. Hal yang sangat fundamental saya dapatkan dari sosok alm Burhanuddin Napitupulu adalah bahwa Golkar bukanlah partai orde baru. Golkar adalah partai yang benar-benar membela rakyat, ingin membawa perubahan. Hal itu tergambar jelas dari keseharian alm mertua saya yang agamis, reformis, dermawan dan banyak hal-hal yang bisa digali dari sosoknya. Dari pergulatan saya dengan almarhum, akhirnya saya memtuskan bergabung dengan Golkar. Namun karena ada kesibukan bisnis, maka diawal-awal tahun 1990-an belum bisa intens. Baru ditahun 1998 total berkecimpung di Partai Golkar menjadi Wakil Bendahara Partai Golkar Sumut. Dan pada tahun 1999, lolos menjadi anggota DPRD Sumut dari dapil Tapanuli Selatan. Hanya saja, pada saat itu ada kebijakan partai yang menyatakan untuk memberikan kursi kepada yang lebih senior. Karena loyal terhadap partai, maka keputusan itu saya ikuti dengan hati tulus. Dan Alhamdulillah, setelah menunggu selama 10 tahun, ternyata pada Pemilu Legislatif 2009 lalu saya terpilih menjadi salah satu anggota DPRD Sumut dan tanpa diduga bisa menjadi anggota salah satu jajaran pimpinan DPRD Sumut
Apa yang telah Anda lakukan bagi rakyat?
Secara konseptual, fungsi dewan adalah legislasi, anggaran dan pengawasan. Namun sebenarnya fungsi dewan sangat luas. Ada tiga fungsi dalam terjemahan saya yakni, yang pertama berbicara, kedua berbicara dan yang ketiga juga berbicara.
Pengertian dari fungsi berbicara yang pertama adalah adalah fungsi dewan secara konseptual itu tadi. Ketiga fungsi tersebut harus benar-benar dijalankan semua anggota dewan. Karena selama ini sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak anggota dewan yang awalnya hanya mencari pekerjaan di dewan ini. Bukan karena benar-benar memiliki niat memperjuangkan hak-hak rakyat. Makanya, tidak bisa dipungkiri sampai sejauh ini peran dewan khususnya DPRD belum maksimal. Misalnya, seharusnya dana APBD yang begitu besar bisa membangun Sumatera Utara lebih baik. Contohnya masalah infrastruktur jalan yang masih miris dilihat. Serta masalah-masalah lain yang masih menumpuk dan belum terselesaikan sampai detik ini. Untuk fungsi berbicara yang kedua adalah berbicara kepada eksekutif. Melakukan negosiasi secara arif dan bijaksana kepada pemerintah setempat agar kiranya terus menggenjot pertumbuhan pembangunan. Sinergitas antara kedua fungsi itulah yang bisa dijadikan patokan menilai sebuah pertumbuhan dan pembangunan di suatu daerah dan Negara. Intinya, jika hubungan itu harmonis maka akan tercipta sebuah hasil maksimal demi kepentingan rakyat. Untuk fungsi berbicara yang ketiga adalah hubungan antara anggota dewan dengan para konstituennya. Fungsi ketiga ini menjadi acuan apakah kinerja dewan dan pemerintah sudah berhasil atau belum. Nah, jika dalam lima tahun ini rakyat Sumatera Utara masih tidak merasakan perubahan apa-apa, itu artinya pukulan telak bagi pemerintah dan DPRD Sumut. Sejauh ini, merasa puas adalah sebuah jawaban yang tidak realistis bagi anggota dewan.
Jadi, anggota dewan sekarang tidak bekerja secara maksimal?
Bukan tidak maksimal, tapi belum maksimal. Seperti yang saya ungkapkan tadi, seharusnya anggota dewan itu adalah orang yang benar-benar memperjuangkan hak-hak rakyat. Bukan orang-orang yang mencari kerja. Karena jika kebanyakan orang berorientasi mencari kerja maka akan selalu berbicara untung dan rugi. Jadinya, urusan bagi rakyat menjadi yang nomor dua.
Instruksi atau tindakan apa yang harus dilakukan anggota dewan lainnya?
Ini adalah masalah fungsi rekrutmen partai politik yang harus lebih dimaksimalkan untuk mendudukan calonnya di legislatif. Harus lebih selektif, menilai bibit, bebet dan bobotnya serta orientasinya.
Setelah anda tidak lagi menjadi anggota dewan, apa yang akan anda lakukan?
Legislatif adalah sarana atau alat yang sangat riil untuk menciptakan perubahan, pembangunan dan kesejahteraan bagi rakyat. Selain menjadi legislasi, duduk sebagai eksekutif juga pada dasarnya lebih memiliki peran mewujudkan itu. Namun biarlah berjalan sebagaimana mestinya. Dan ke depan, menjadi pengusaha juga bukan pilihan yang buruk. Karena dengan menjadi pengusaha, membuka lapangan pekerjaan juga bisa membantu rakyat. Merekrut pekerja secara otomatis bisa mengurangi angka pengangguran dan bisa mengangkat perekonomian rakyat dari keterpurukan. Karena pada prinsipnya, untuk membangun bangsa dan Negara ini bisa dari segala bidang dan semua sektor. (*)
—
Guru Politik Sejati
Sosok alm Burhanuddin Napitupulu adalah tokoh yang sangat dikagumi Chaidir Ritonga. Perjalanan kariernya banyak terinspirasi dari perjalanan hidup sang mertua.
Ada satu wejangan yang tetap diingat Chaidir Ritonga dari alm Burhanuddin Napitupulu. Wejangan itu berbunyi “Chaidir, kau adalah orang yang memiliki kemampuan. Maka, manfaatkanlah itu dengan sebaik-baiknya. Dan ingat, harus tetap melihat ke bawah!”
Kalimat itu menjadi inspirasi dan motivasi Chaidir untuk melakukan segala sesuatu secara maksimal. Maka, bukan berlebihan jika sosok Chaidir Ritonga adalah sosok yang low profile. Sosok yang down to earth.
Selain Burhanuddin Napitupulu, Chaidir Ritonga juga mengidolakan Baharudin Jusuf Habibie (Presiden ketiga RI). Sampai-sampai nama anaknya yang ketiga mengadopsi nama Habibie yakni, Rais Muda Habibi Ritonga.
Tokoh lain yang menjadi idolanya adalah Sam Welton. Seorang pengusaha supermarket terbesar di Dunia yakni Walmart. Sam Welton juga menginspirasi Chaidir Ritonga menjadi seorang pengusaha besar tatkala ia sudah tidak lagi menjadi anggota dewan. (*)
—
Data Pribadi
Nama:
H. Ir. Chaidir Ritonga MM
Tempat/Tanggal Lahir:
13 Januari 1962
Pekerjaan:
Wakil Ketua DPRD SUMUT
Nama Istri:
Hj. Susi Mahdarwati Napitupulu
Anak 3 Orang:
1. Raisa Ritonga
2. Rieska Ritonga
3. Rais Muda Habibi Ritonga
—–
Pendidikan:
- SDN 5 Padang Sidempuan 1968/1974,
- SMPN 2 Padang Sidempuan 1975/1977,
- SMA N 3 Padang Sidempuan 1978/1981,
- ITB Jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan 1981/1985,
- Pasca Sarjana USU jurusan Agribisnis 1999/2001, Pasca
- Sarjana USU jurusan Perencanaan wilayah 2004/2006.
Karier organisasi:
- Wakil Ketua Kadin Sumut 1998/2009,
- Sekjen Gapensi Sumut 1998/2007,
- Ketua Himpunan Alumni IPB 2004/sekarang,
- Wakil Ketua Hipmi Sumut 1999/2004,
- Bendahara Kahmi Sumut 2004/2008,
- Ketua 1 PBSI Sumut 1997/1998
[ketgambar]Ir H Chaidir Ritonga MM, Wakil Ketua DPRD Sumut//istimewa[/ketgambar]