Al Quran Lama dengan Bentuk Sederhana
09:49, 05/10/2010Pameran Bersama Islam dalam Budaya Sumut
Museum bukan hanya sebagai koleksi benda-benda antik dan bersejarah belaka. Museum ternyata juga berperan dalam pembentukan karakter sebuah bangsa.
INDRA JULI, Medan
Tidak seperti biasanya, Senin (4/10) Museum Negeri Sumatera Utara yang terletak di Jalan HM Joni Medan tampak ramai. Irama keyboard pun terdengar dari salah satu teratak yang dikeliling papan bunga dengan ucapan selamat. Masyarakat dari berbagai lapisan hingga pelajar juga meramaikan kegiatan yang bertajuk Pameran Bersama Islam Dalam Budaya Sumut.
Ternyata keramaian itu bukan tanpa sebab. Semua hiburan dan pernak-pernik yang ada hanyalah pelengkap dari kehadiran Wakil Gubernur Sumatera Utara, H Gatot Pujonugroho dan Kementerian Budaya dan Pariwisata Dirjen Sejarah dan Arkeologi Direktorat Museum, Dra Intan Mardiana N MHum.
Dan seluruh pengun jung pun sudah bisa dipastikan merupakan undangan dari pihak museum sebagai pelaksana.
Suasana yang sengaja diciptakan, bukan karena ke sadaran akan pentingnya kebudayaan sebagai jati diri bangsa khususnya etnis yang ada di Sumatera Utara.
Padahal di bawah kepemimpinan Dra Sri Hartini, Museum Negeri Sumut sudah melakukan berbagai pembenahan supaya anggapan masyarakat bahwa museum selalu gelap, kotor dan membosankan berubah menjadi sarana wisata sejarah yang mengasyikkan. Yang paling tampak adalah tampilan museum yang berubah total.
Masuk dari pintu utama memang masih belum terlihat perubahan mencolok. Namun semakin ke dalam, pemandangan yang lebih menarik pun terlihat. Tidak hanya pada bentuk lemari penyimpanan benda-benda budaya yang diterangi dengan pencahayaan demikian rupa. Juga terpasang penjelasan tiap bahagian dalam bentuk pamplet sehingga lebih jelas terbaca.
Seperti yang terdapat di bahagian kebudayaan Islam yang pernah ada di Sumut. Di awali dengan penjelasan masa kebudayaan Islam di Sumut, di situ dapat kita lihat Al Quran yang masih berbentuk sederhana, lukisan tokoh penyebar Agama Islam di Sumut, hingga maket Masjid Raya. Betapa kebudayaan Islam juga berperan dalam pembentukan sejarah di Sumut.
Pemandangan yang sama menariknya pun akan kita temui pada bahagian lain museum. Bagaimana benda-benda milik kebudayaan suku bangsa di Sumut seperti kuburan kayu pada suku bangsa Nias, kuburan batu pada suku Batak. Demikian pula patung-patung unik namun mengandung beragam filosofi yang menjadi pedoman suku bangsa tersebut.
Uniknya kebudayaan yang dimiliki masing-masing suku bangsa pun menarik perhatian Wagubsu Gatot Pujonugroho. Bagaimana cara tradisional yang digunakan dibawa dalam canda yang disambut tawa pengunjung yang mendengar. “Kabarnya campurannya ini pakai ludah, lho. Jadinya kuat,” ucap Gatot.
Di bahagian sejarah kemerdekaan dapat kita saksikan bagaimana peralatan yang digunakan untuk memperebutkan kemerdekaan masih sederhana. Namun dari penjelasan yang terpasang terlihat semangat seluruh masyarakat merupakan kekuatan yang melebihi senjata apapun. Di situ juga kita dapat melihat bagaimana resep tradisional digunakan tenaga medis untuk menangani prajurit yang terluka.
“Kita tengah melakukan pembangunan di lantai dua. Nantinya itu kita khususkan untuk seluruh etnik yang ada di Sumut. Jadi kunjungan nanti seperti bercerita dari masuk sampai keluar ke bahagian perjuangan kemerdekaan ini,” jelas Sri Hartini.
Keberadaan Museum Nasional Sumut saat ini pun mendapat aplaus dari 96 siswa/i SMP TPI Jalan Pelajar Medan yang menjadi undangan pada kegiatan itu. Tinggal dibutuhkan pendekatan kepada siswa untuk menjadikan museum sebagai wadah edukasi sejarah. “Cukup baik ya, layanannya juga sudah lebih bagus. Kalau seperti ini anak-anak bisa tahu cerita sejarah di Sumut ini,” ucap guru pendamping rombongan, Dra Suyantina.
Kementerian Budaya dan Pariwisata Dirjen Sejarah dan Arkeologi Derektorat Museum, Dra Intan Mardiana Mhum pun mengatakan bahwa revitalisasi museum sangat dibutuhkan untuk membangkitkan jati diri bangsa. Namun, mengingat besarnya kebutuhan untuk itu, peranan pemerintah pun mutlak dibutuhkan.
“Pembangunan museum ini juga harus disertai dengan Sumber Daya Manusianya. Karena peranan kurator dan konservator sangat dibutuhkan dalam menata maupun perawatan yang berbeda. Sasarannya jelas untuk menarik minat masyarakat untuk berkunjung sebagai proses pembelajaran,” ucap Dra Intan Mardiana N Mhum.
Untuk menarik minat berkunjung dari masyarakat, Intan pun mengimbau agar pihak museum aktif menggelar kegiatan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian dengan melibatkan pihak akademisi. Semua itu nantinya demi mewujudkan Museum Nusantara yang merupakan kajian dari berbagai daerah di Indonesia.
Sementara itu pada kata sambutannya, Wagubsu Gatot Pujonugroho menyampaikan apresiasi terhadap Museum Negeri Sumut yang menjadi referensi bagi museum lainnya. Ke depan hal itu agar dipertahankan dan terus ditingkatkan. “Sejarah menyimpan kisah sukses dan kegagalan yang dapat dijadikan acuan untuk kesuksesan di masa yang akan datang. Pendiri bangsa ini juga sudah mengingatkan untuk tidak meninggalkan sejarah,” pungkasnya. (*)