Berangkat dari Simpang Jodoh dan Beras
10:33, 27/01/2011Riki Prandana Nasution, Pemilik 3 Swalayan dan 2 BPR
Simpang Jodoh bagi sebagian orang identik dengan dunia muda-mudi yang menawarkan panah asmara berterbangan di udara. Ya, kawasan yang berada di Pasar 7 Bandar Kalifah Kecamatan Percut Seituan tersebut memang dikenal sebagai tempat anak muda nongkrong. Namun, tidak bagi Riki Prandana Nasution (29), Simpang Jodoh adalah sebuah landasan untuknya mengarungi dunia usaha.
Tidak main-main, kini Riki telah memiliki tiga Swalayan dan dua Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Menariknya, swalayannya dilabeli dengan kata ‘Jodoh’ yang mengacu pada Simpang Jodoh.
Sayang, arti ‘Jodoh’ yang dimaksud Riki tidak sama dengan benak orang lain. Kata ‘Jodoh’ dia ambil memang bertolak dari kawasan tersebut, tapi bukan urusan muda-mudi. Bagi Riki, Simpang Jodoh adalah tempat bersejarah. Saat zaman penjajahan, kawasan itu terkenal sebagai pusat jajanan rujak. Namun, banyak orang yang salah paham dan mengaitkannya dengan Jodoh Center di Batam.
Nah, pusat janjanan yang berada di pinggir Jalan Tembung tersebut dipakai pejuang kemerdekan saling bertukar informasi serta mengatur strategi untuk mengatur perlawanan mengusir penjanjah Belanda.
Kegiatan berkumpul serta membicarakan strategi untuk melakukan penyerangan tidak pernah diketahui Belanda. “Padahal saat itu, pusat komando militer Belanda hanya berjarak sekitar satu kilometer dari sana,” ungkapnya.
Nah, dengan memanfaat lokasi terbuka dan tidak pernah disangka sebagai tempat berkumpulnya pejuang, Simpang Jodoh terus ramai. Bahkan berbagai kegiatan usaha lain bermunculan.
”Sebutan Jodoh sudah dekat dengan warga, makanya nama Swalayan Jodoh Center saya buat untuk usaha ritel yang kini saya tekuni,” tambah Riki.
Lalu, apakah usaha hanya berangkat dari romantika atau pemilihan nama semata? Riki menjawab, tentunya berhubungan dengan modal. Banyak orang takut membuka usaha karena terbentur dengan modal. Bahkan, ada yang berangapan modal adalah hal segala-galanya dalam mengembangkan usaha. Namun, bagi Riki, modal bukan satu-satunya alasan orang untuk berusaha. Baginya, modal sebenarnya adalah kemauan serta semangat.
Sekira tahun 1998 silam, Riki yang kala itu, masih duduk di bangku SMA, mengusulkan kepada orangtuanya H Ridwan Amir Nasution membuka usaha menjual beras. Kejeliannya, melihat peluang membuka usaha perlu diacongkan jempol.
Pasalnya membuka usaha menjual beras di atas mobil kijang pick up dilakoninya saat grosir beras di kawasan Tembung, Percut Seituan, tutup. Padahal dengan jumlah penduduk hampir sekitar 400 ribu jiwa kawasan Tembung memerlukan kebutuhan pokok cukup tinggi. Bermodalkan Rp15 juta, pria yang semenjak kecilnya bercita-cita menjadi pengusaha sukses itu membeli beras dari kawasan Kabupaten Langkat. Kemudian beras itu, dijual kembali. Menariknya, dalam tempo 15 menit berasnya ludes diborong warga.
Tingginya permintaan terhadap sembako. Merupakan peluang pasar yang perlu direspon dengan cepat serta dikelola dengan baik. Kesempatan itu, dimanfaatkanya untuk mengembangkan usaha sembakonya dengan mengontrak kios kecil yang berada di bilangan Tembung Gang Pandai Besi.
Bisnis yang dirintis bersama orangtuannya itu, berkembang bukan hanya sebatas menjual sembako. Bahkan, kebutuhan lainnya, berupa alat-alat pecah belah mulai dirambahnya. Sekitar tahun 2007, Riki memberanikan diri, mengkontrak 5 pintu kios di tempat yang sama. Usaha ritel yang dikelolanya dengan motto “Selalu Seyum Kepada Pelanggan” itu mulai berkembang dengan dibukanya tiga swalayan Jodoh Center di Kecamatan Percut Sietuan dan Batang Kuis.
Tak puas dengan usaha ritel yang masih tergantung dengan pemasok yang dikuasai pemain-pemain besar. Riki yang selalu melakukan “riset” mulai membuka usaha perbankan. Tidak tangung-tangung langsung membuka tiga Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan nama ‘Cerdas’. “Setiap tantangan merupakan peluang yang perlu dikelola dengan baik. Bahkan, pasar yang potensi untuk dikembangkan,” tegasnya. (btr)
–
Segera Mulai atau Jadi Penonton
Ketika ditanyakan, apa kiat usaha dimiliknya, Riki Prandana Nasution pemilik usaha Swalayan Jodoh Center, sangat enteng menjawabnya: lakukan. Hanya kata itu terlontar dari suami Titin Aswinta Indah Sari Sinaga (29) tersebut. Pas seperti kata orang bijak, jika tak dimulai, impian tak akan pernah diraih.
Tidak ada kiat mujarab untuk memulai usaha tanpa melakukanya. “Kan, bagaimana melakukan evaluasi atau meningkatkan usaha apabila tidak berani berbuat. Apa yang mau dikoreksi, bila hanya bertanya tanpa berbuat,” jawabnya lugas.
Nah selama ini, banyak kaum mudah takut serta ragu untuk mendirikan usaha. Tak perlu takut gagal, kata Rii, dan jangan pikirkan darimana modal. Modal utama untuk berusaha adalah pasar serta keberanian. Bila kedua unsur tadi telah ada, dijamin usaha yang dijalankan akan berjalan dengan lancar. Selanjutnya pemilik usaha tinggal melakukan “riset” membuka peluang dan pengembangan usaha. ”Bila mulai berkembang baru boleh pikirkan modal, biasanya perbankan memberikan pinjaman bukan melihat agunan, tetapi lancarnya pengembalian cicilan,” jelasnya.
Untuk itu, Riki menyarankan kepada pemuda jangan mau menjadi penoton. Pasalnya, Deli Serdang merupakan pangsa pasar yang sangat potensi. Hal itu, diungkapkan Riki dengan semakin maraknya unit-unit usaha yang berpusat di Pulau Jawa membuka cabang di wilayah Deli Serdang. “Kalau tahunya jual bakso, pecal, cendol, atau getuk jangan sungkan mengembangkanya. Pasalnya usaha yang sama dari Pulau Jawa mulai buka cabang di Deli serdang,” pungkasnya. (btr)