Si Kecil Jadi Dermawan

11:44, 04/09/2009

Kedermawanan tidak tumbuh dengan sendirinya pada diri seorang anak. Namun juga butuh pembiasaan sedari kecil. Ketika anak mulai memasuki usia balita, biasanya ia mulai mengerti tentang apa itu ‘milik’. Dia mulai memahami, ada barang-barang miliknya, ada barang milik orang lain.

Namun kesadaran tentang milik terkadang sering disertai berkembangnya sifat pelit. Ada rasa keberatan bila dia harus memberikan sebagian miliknya kepada orang lain atau barang miliknya sekadar dipegang, dipinjam atau digunakan oleh orang lain. Yang seperti ini kadangkala menjadi biang pertengkaran si anak dengan saudara atau teman sepermainannya.

Keadaan seperti ini tentu tak dapat dibiarkan, karena sifat buruk ini bisa jadi akan terus berkembang dan melekat pada pribadi anak. Tentu kita tak ingin anak kita menjadi anak yang bakhil (pelit). Like son like father, begitu pepatah barat mengatakan. Tentu pepatah itu berlaku umum, artinya orangtualah yang sangat berperan mendidik anak secara langsung maupun tidak langsung sifat dan karakter anak-anaknya, hasilnya bisa positif dan bisa negatif.

Pendidikan anak sejak dini secara langsung, tentu saja dilakukan secara sengaja dengan mengajarkan hal-hal positif dan bermanfaat kepada anak. Sedangkan yang tidak langsung, sesuai dengan sifatnya yang suka meniru, anak-anak selalu melakukan apa yang orangtua lakukan.

Uniknya, tidak sedikit para orangtua yang tidak menyadari hal ini, atau setidaknya sedikit lengah bahwa perilaku mereka sangat berdampak kepada tingkah laku anak.

Melatih anak agar menjadi pemurah, tentu menjadi hal yang relatif lebih mudah jika kita sebagai orangtua juga terbiasa berbagi. Dalam berbagai kesempatan kita bisa mengajarkan si kecil agar terbiasa menjadi pemurah, suka bersedekah.
 Oleh karena itu, ajarkan anak-anak kita menjadi pemurah, karena dengan demikian kita juga mengajarkan mereka untuk senantiasa mensyukuri nikmat yang Allah berikan. Caranya?

Misalnya, biasakan memberi sedekah kepada orang lain melalui tangan anak-anak kita. Hingga tangan mungilnya itu terbiasa memberi meski tidak kita perintahkan. Bahkan, ada orangtua yang ‘kerepotan’ karena anaknya selalu memaksa untuk memberi kepada setiap orang yang dikiranya hendak meminta.
Sejak kecil, ajaklah mereka ke tempat-tempat biasa kita menyalurkan zakat dan infaq semisal ke yayasan yatim piatu. Mungkin mereka tidak mengerti apa yang kita lakukan meski kita sudah mencoba memberinya pengertian. Tapi, memorinya akan merekam pengalaman tersebut dan sekaligus mengajarkan mereka untuk senantiasa memberi kepada ‘si lemah’.

Untuk anak laki-laki, selipkan uang secukupnya setiap kali mereka pergi salat Jumat untuk infak (tromol) masjid. Sekecil apapun, tentu bukan nilainya yang penting.

Anak-anak secara langsung akan belajar berinfak sehingga suatu saat, setiap ia memasuki masjid (tidak mesti Jumat) tangannya terbiasa mengulurkan uang untuk diinfakkan. Kuncinya, sang ayah tentu harus sering-sering mengajak anak-anak ke masjid.

Membawa makanan saat sekolah di Taman Kanak-Kanak  tentu menjadi kesenangan tersendiri bagi setiap anak. Tambahkan kesenangan mereka dengan dengan satu kebiasaan memberi sebagian makanan bawaan mereka kepada temannya.

Jadi, dengan sedikit berkorban, lebihkan bawaan anak-anak kita untuk dibagikan kepada satu atau dua temannya.

Kemudian, ajarkan anak menabung untuk dua hal, satu tabungan untuk masa depan dan satu lagi untuk diberikan kepada anak-anak yatim piatu dan para fakir setiap bulannya. Sekali lagi, tidak penting berapa jumlah yang ia bisa berikan kepada si fakir, tetapi pembiasaannya jauh lebih penting.

Untuk mempererat hubungan, saling memberi makanan atau hadiah (oleh-oleh perjalanan) kepada para tetangga tentu bukan barang baru bagi masyarakat Indonesia. Ajarkan anak-anak untuk juga melestarikan budaya ini.
Maka, biarkan anak-anak yang mengantarkan makanan kepada tetangga setiap kali kita memasak lebih. Jelaskan pula kepadanya manfaat dari budaya saling memberi itu.

Seperti yang dilakukan Mila (30). Setiap kali suaminya, Rizal (33) mengajak anak mereka, Dodo (4 tahun) untuk salat Magrib, tak lupa untuk memberikan sumbangan ke kotak amal di mesjid.

“Kata suami saya, saat disuruh untuk memasukkan uang ke kotak amal, anak kami malah balik bertanya untuk apa uang dimasukkan ke dalam kotak. Lantas suami saya menjawab kalau uang itu untuk kawan-kawan Dodo yang sudah tidak punya papa-mama lagi. Anak kami pun mengangguk-angguk mengerti,” kata warga Jalan Amaliun Medan ini.

Tidak hanya itu, kata Mila, ia juga mendidik anaknya untuk memberikan uang recehannya kepada peminta-minta dari tangan anaknya sendiri. Ini dilakukan agar anaknya terbiasa berbagi dengan pengemis.

“Saya ambil uang receh, lalu saya berikan ke tangan anak saya. Kemudian, saya suruh anak saya untuk menyerahkannya kepada pengemis. Mudah-mudahan hingga besar anak saya akan jadi terbiasa memberikan sedekah kepada pengemis,” pungkasnya. (del)


YM

 
PLN Bottom Bar