Praja IPDN Tewas Usai Muntah-muntah

10:03, 01/02/2011

Kemendiknas Menyesalkan Terulang Lagi

JAKARTA- Jajaran Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) menyesalkan kasus kematian Praja IPDN kembali terulang. Kemendiknas sangat prihatin masih ada kekerasan di dunia pendidikan. Kemendiknas merasa memiliki tanggung jawab.

Praja IPDN yang meninggal dalam menjalani pendidikan kali ini adalah Sujiwa Putra Syahrul (21). Dia adalah anak Gubernur Sulawesi Selatan Syahril Yassin Limpo. Dia tewas kemarin (31/1) sekitar pukul 05.30 di kontrakannya yang terletak di Pondok Raflesia, Jatinangor. Sebelum meninggal korban sempat muntah-muntah.

Wakil Mendiknas Fasli Jalan menjelaskan, pihaknya berkerja sama dengan pihak Kementerian Dalam Negeri untuk mengevaluasi pendidikan di IPDN. Tetapi, Fasli mengatakan hasil evaluasi itu masih belum muncul.
“Ini baru dimulai,” kata dia. Lantas, bagaimana dengan evaluasi sebelumnya? Mengingat kasus kematian praja IPDN tidak terjadi satu kali ini. Fasli tetap mengatakan pihaknya masih bekerja untuk mencari rumusan evaluasi pendidikan di IPDN.

Fasli menjelaskan, idealnya memang tidak ada kekerasan dalam dunia pendidikan. Tetapi, dirinya tidak bisa memastikan apakah di IPDN benar-benar bersih dari unsur kekerasan.

“Yang jelas kami prihatin. Harus dicarikan jalan keluar” kata dia. Pihak Kemendiknas akan secepatnya mencari solusi untuk mencegah kejadian seperti ini terulang.

Dari aspek kelembagaan, keberadaan IPDN berada di bawah naungan Departemen Dalam Ne geri. Tetapi, dalam aspek pendidikan, Kemendiknas tetap memiliki tanggung jawab terhadap terselenggaranya pendidikan di IPDN. Tanggung jawab tersebut, jelas Fasli, adalah mencari langkah-langkah untuk menghilangkan nuansa kekerasan dalam pro ses pendidikan di IPDN.

Untuk sementara, jelas Fasli, Kemendiknas memberikan otoritas penuh kepada Kementerian Dalam Negeri untuk mendalami terus terjadinya kematian praja IPDN.

“Kami beri waktu dulu kepada mereka (Kementerian Dalam Negeri, red),” terang Fasli. Setelah dipastikan tindakan kekerasan masih tumbuh subur di IPDN, Kemendiknas turun untuk ikut mengintervensi proses pendidikan di IPDN.
Apakah ada rencana pembekuan IPDN sampai upaya membersihkan budaya kekerasan selesai? Fasli mengatakan itu urusan nanti. “Saya tidak mau berandai-andai,” terangnya. Dia tetap yakin akan ada solusi terbaik untuk menghilangkan budaya kekerasan di IPDN.

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen)/Jubir Kemendagri, Reydonnyzar Moenek menjelaskan, tidak ada unsur kekerasan yang berakibat meninggalnya putra Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo itu.
Dia mengungkapkan, Rinra merupakan Nindya Praja yang berprestasi dengan IP 3,49, dan aktif di kemahasiswaan pada Dewan Perwakilan Praja (DPP). Rinra merupakan putra bungsu dari tiga bersaudara anak Gubernur Sulsel Yasin Limpo. (sam/wan/jpnn)


YM

 
PLN Bottom Bar