DBD Bukan Penyakit Musiman
10:32, 12/02/2011Sepanjang Januari 2011, tercatat 22 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditangani Rumah Sakit Umum dr Pirngadi Medan, satu diantaranya meninggal dunia. Sementara di Rumah Sakit Pelindo I Belawan, tercatat ada 20 orang dirawat 4 di antaranya meninggal dunia.
Kondisi ini membuat anggota Komisi B DPRD Kota Medan H T Bahrumsyah merasa prihatin. Pasalnya, dalam kurun waktu satu bulan, sudah ada lima orang yang meninggal dunia karena DBD di dua rumah sakit yang ada di Medan. Atas kondisi ini, Bahrum menilai, program Medan Sehat yang dicanangkan pemko tinggal selogan belaka. Berikut petikan wawancara wartawan Sumut Pos Bagus Syahputra dengan Bahrumsyah, Jumat (11/2).
Menurut Anda, apa yang menyebabkan penyebaran DBD pada 2011 ini meningkat?
Memang pada 2010 lalu, Dinkes Medan sudah berjanji untuk menekan angka kasus DBD di Kota Medan. Namun apa yang terjadi di awal tahun ini, tak menunjukkan realisasi dari apa yang disampaikan Dinkes. Jumlah penderita DBD semakin meningkat, khususnya di kawasan Medan Utara. Hal ini menunjukkan program kesehatan yang telah dicanangkan tidak berjalan maksimal.
Menurut saya, meingkatnya penyebaran DBD ini dikarenakan drainase yang buruk serta kurang sadarnya Dinas Kesehatan Kota Medan untuk berkoordinasi dengan pihak terkait lainnya seperti Dinas Bina dalam membenahi drainase, sehingga bibit penyakit timbul dari situ semua. Kurang kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan sekitar juga menjadi penyebab utama.
Apa yang harus dilakukan Pemko Medan melalui Dinkes Medan?
Harus menuntaskan kasus ini. Kalau tidak, program Medan Sehat hanya tinggal selogan saja. Kami dari Komisi B DPRD Kota Medan akan memanggil Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan untuk mempertanyaan permasalahan ini, termasuk juga kasus gizi buruk yang setiap tahun terus meningkat jumlahnya.
Khusus untuk DBD, Pemko Medan melalui Dinkes harus bekerja ekstra karena penyakit ini bukan penyakit musiman. Ini penyakit yang sewaktu-waktu bisa menyerang masyarakat. Apalagi, anggaran kesehatan yang dikucurkan untuk mengantisipasi DBD ini juga sangat besar, penyakit ini harus dapat ditangani secara serius dan ini menjadi ‘PR’ (pekerjaa rumah, Red) bagi Dinkes Medan.
Lalu, seperti apa peran masyarakat dalam meminimalisir mewabahnya penyakit ini?
Ya, memang DBD bukan cuma tugas Pemko Medan atau Dinkes. Masyarakat juga berperan, seperti menjaga kebersihan lingkungan dengan menggalakkan lagi gotong royong. Kalau daerah bersih dan asri penyakit itu tidak ada, seperti halnya didaerah Medan Utara khususnya Medan Marelan yang kurang bersih, di situlah jumlah kasus penyakit DBD terbesar di Kota Medan. Apalagi, wali kota sudah berekad membudyakan kembali gotong royong, sehingga kita harapkan dapat berjalan secara maksimal. (*)