Tiga Pekan Diculik dan Dipaksa Ngemis

11:02, 12/02/2011

Rizki Jadi Kasar dan Lupa Adiknya

Tiga pekan dalam kungkungan penculik, Rizki mengalami perubahan perilaku. Dulunya bersikap lembut, kini menjadi kasar. Badannya pun kumal karena tak pernah mandi. Bagaimana kisahnya selama diculik?

Tiga pekan dalam kungkungan penculik anak membuat kondisi psikis Muhammad Rizi (6) terganggu. Bocah yang selama penculikan dipaksa mengemis di siang hari dan disodomi penculiknya Anto alias Herher itu sudah tidak terbiasa dengan keceriaannya sebagai anak-anak.

Bahkan adiknya Ilham (1,5) yang sebelumnya dikatakan sangat dirindu, sudah tak dikenalinya. Siswa kelas 1 SD buah hati pasangan Zulkaernaen dan Cut Khatijah yang tinggal di Kecamatan Binjai Timur itu lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur dan beraktivitas di kamar.

Ketika Sumut Pos berkunjung ke rumah yang dikontrak orangtuanya di Jalan Soekarno Hatta kemarin siang (11/2), Kelurahan Tunggurono, Rizki tengah tertidur lelap di pangkuan ibunya. Tubuh mungil Rizki, seperti menanggung kelelahan yang tidak biasa dialami anak seusianya.

Menurut Cut Khatijah, anak sulungnya mengalami perubahan emosinal dibandingkan tiga pekan sebelum diculik. “Biasanya kalau bercerita dengan teman atau adiknya Rizki ini lembut. Kalau sekarang tampak kasar. Bahkan, saat pertama kali Rziki sampai di rumah, ia tidak kenal dengan adiknya sendiri,” ujar Cut.

Ibu dua anak itu menduga, perubahan perilaku Rizki terkait erat dengan pengalaman hidup selama anaknya itu diculik. Menurut penuturan Rizki kepadanya, hari pertama diculik, Anto membiarkan Rizki menggelandang tanpa alas kaki dan tidur di trotoar kala malam menjemput.
“Anak saya ini tidur di trotoar depan ruko, dan kalau mau tidur, harus menunggu ruko itu tutup. Padahal, anak saya ini kalau tidak pakai bantal guling tidak bisa tidur,” ungkap Cut sedih.

Rizki yang diculik sejak Rabu, 26 Januari 2010 lalu kata Cut, ternyata tidak pernah dimandikan. Bahkan, Rizki dipakaikan baju yang sudah tak layak pakai serta tali sendal jepinya sengaja diputusas agar tidak bias digunakan. “Rambut anak saya panjang, dan kutunya banyak. Sudah seperti anak tak teruruslah,” kata Cut sambil mengelus-elus kepala Rizki. Rambut bocah itu tampak sudah rapi dan kukunya yang semula panjang dan menghitam sudah dipotong dan dibersihkan.

Rizki juga sempat bercerita panjang lebar kepada Cut terkait pengalamannya selama meminta-minta. Katanya, setiap kali mengemis, bocah itu bisa mengumpulkan uang Rp50 sampai Rp150 ribu dalam sehari.

“Makanya, setelah banyak dapat uang, dia (Anto) dan anak saya menyewa rumah. Untuk makan anak saya, sekali atau dua kali sehari dibelikan nasi bungkus. Kalau anak saya minta pulang, pelaku (Anto) langsung memukulnya. Liatlah ini, sebelumnya tak ada luka sekarang sudah luka,” ucap Cut sambil memperlihatkan bekas luka di bagian pelipis kanan Rizki yang menurut pengakuan Rizki terkena cincin Anto.

Apa yang dirasakan Cut sebagai ibu selama anaknya diculik? Sebagai orangtua, keduanya selalu terpikir dan tidak tenang menjalankan pekerjaannya. “Kami setiap hari mencari di Kota Medan itu. Saya kadang tak selera makan,” kisahnya.

Ketika mencari, ternyata Zulkaernaen, ayah Rizki sudah menyisir wilayah Karang Sari dan Medan Polonia sekitarnya, tetapi Rizki tidak diketemukan.
Selama ’dikuasai’ penculik hubungan batin antara ibu dan anak itu sering terjadi. Ketika Cut sangat merindukan anaknya itu, Rizki mengalami hal yang sama. “Anak saya juga begitu, kata Rizki kepada saya, dia pernah mimpi, kalau dia sudah berada di rumah dan bermain dengan adiknya. Begitu terbangun, Rizki kaget rupanya dia cuma mimpi,” ujarnya.

Setelah Rizki ditemukan, semua pikiran yang selama ini gelisah sudah tenang. “Sangat bersyukur anaknya sudah kembali di pangkuan,” katanya.
Meski saat ini masih takut melihat orang yang tak dikenal, Rizki sempat bermain dengan teman-temannya. Bahkan Senin depan Rizki sudah bisa bersekolah. “Untuk sementara akan kami antar jemput,” ungkapnya.

Sementara itu, Zulkarnain berharap pihak berwajib memberikan hukuman yang seadil-adilnya terhadap pelaku agar Anto jera dan peristiwa serupa tidak terulang.
“Kalau bisa biarkan seumur hidup dia di tahanan. Saya khawatir, kalau sudah bebas perbuatan seperti ini kembali dilakukannya kepada anak-anak lain,” ujar Zulkarnain.

Pantauan Sumut Pos di rumah korban, terlihat anak-anak seumur Rizki dan warga setempat berkumpul melihat keadaan Rizki. Bahkan, teman-teman Rizki tampak senang setelah melihat Rizki  kembali dan dapat bermain bersama lagi.(*)


YM

 
PLN Bottom Bar