6 Anggota Geng Motor Buron
11:14, 09/02/2011Kapolda Janji Bina Komunitas Sepeda Motor
MEDAN-Ulah komunitas pengendara sepeda motor yang anarkis hingga melukai 7 ABG, merusak 2 unit mobil dan merusak beberapa fasilitas sosial, Minggu (6/2) lalu, cukup membuat polisi kelabakan. Kapolda Sumatera Utara Inspektur Jenderal Polisi Oegroseno sampai harus ’turun gunung’, memantau penanganan kasusnya.
Kemarin (8/2) pukul 15.00 WIB, Kapolda meninjau langsung sel tahanan tersangka yang diamankan di Mapolsek Medan Baru di Jalan Nibung Utama nomor 1 Medan.
Kapolda sempat berbincang-bincang dengan para tersangka. Jenderal bintang dua ini menanyakan seputar aksi penganiayaan para komunitas penunggang sepeda motor yang sempat meresahkan warga tersebut.
Kepada wartawan, Oegroseno berjanji akan mengusut permasalahan ini. Kapolda akan memanggil semua komunitas dan klub-klub sepeda motor, Sabtu, 12 Februari. “Saya akan memanggil semua klub-klub motor di kota ini untuk menanyakan apa kemauan dan keinginan meraka,” ujar Oegroseno.
Terkait penanganan kasus penganiayaan Minggu dini hari, Kapolda mengungkapkan, selain menahan 8 tersangka, polisi memburu dan memasukkan beberapa anggota klub motor masuk dalam daftar pencarian orang (DPO). “8 orang ditahan. Tetapi dari pengembangan, ada 6 orang lagi yang telah masuk dalam daftar DPO,” ujar Oegroseno.
Diterangkannya, dari ke 8 orang tersebut 3 mahasiswa dan 5 pelajar SMU. “3 Mahasiswa dan 5 pelajar SMU. Mereka dikenakan Pasal 170 KUHP dan Pasal 351 KUHP,” terangnya.
Oegroseno meminta agar berita geng motor ini tidak terlalu diblow up. “Jangan terlalu dibesar-besarkan karena ini hanya klub motor. Di Sumut sendiri belum ada geng motor tetapi club motor yang ada. Geng motor hanya ada di Bandung,” tambahnya.
Diungkapkannya, tugas Binmas Polda dan jajarannya untuk melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah. “Sejauh ini mereka tidak merampok,” ungkapnya.
Ditanya motif penyerangan, Oegroseo memastikan ada hubungannya dengan wanita. “Alah itu kan masalah wanita. Hanya karena masalah teman wanitanya diganggu saja sehingga tersinggung dan terjadi perisitiwa ini,” paparnya.
Oegroseno juga mewanti-wanti anak buahnya agar benar-bemar mengusut kasus ini. Ia sempat mengatakan, akan memecat Anggotanya jika terbukti melakukan tindakan yang melanggar aturan. “Anggota yang melanggar aturan hukumanya dipecat,” ujarnya.
Pantauan wartawan Sumut Pos, Kapolsekta Medan Baru Kompol Saptono terlihat salah tingkah saat mendampingi Kapolda. Perwiran itu beberapa kali terlihat melipat-lipat tanganya, sementara keringat mengucur di keningnya.
Wajah Saptono yang lesu malah tampak memerah. Pria berwajah klimis ini berupaya untuk tegar. Setelah kepergian Kapolda, Kapolsekta Medan Baru itu usai Kapoldasu pergi mengatakan, pihaknya masih melakukan pengembangan,
Dari informasi yang dihimpun, para tersangka yang masuk DPO antara lain berinisial I dan S, O, Y, N, E dan W. mereka diduga petinggi geng motor NKB, STP, OTB, RNR, EZTO dan Cadar.
Sementara itu, Pengurus Provinsi (Pengprov) Ikatan Motor Indonesia (IMI) Sumatera Utara (Sumut) prihatin atas insiden yang melibatkan insan otomotif di Kota Medan baru-baru ini. Untuk itu diharapkan petugas dalam hal ini kepolisian untuk menindak tegas pelaku aksi anarkis tersebut.
“Ini sudah sangat meresahkan masyarakat. Justru ketika geng motor di Bandung sudah berubah menjadi organisasi sosial kok malah di Medan mulai lagi. Kita sebagai induk organisasi otomotif mengharapkan petugas bisa bertindak tegas kepada para pelaku tindak kekerasan tadi,” tegas anggota IMI Drs Edwin Nasution yang ditemui di Bengkel Barspeed Jalan Asoka Medan, Selasa (8/2).
Begitu pun dirinya yang juga pelaku otomotif mengimbau seluruh klub agar menyalurkan hobi nya pada wadah yang sudah disiapkan. Khususnya kepada masing-masing pimpinan klub untuk menyadari besarnya tanggungjawab sebagai seorang pemimpin klub. “Akan sangat membanggakan bagi klub atau komunitas itu bila mampu melahirkan pembalap-pembalap berprestasi untuk mewujudkan Kota Medan sebagai barometer olahraga otomotif di Indoensia,” tambah Edwin yang juga navigator nasional ini.
Pada kesempatan itu Edwin menjelaskan bila Komunitas 234 SC bukanlah komunitas sepeda motor seperti yang tercantum pada grafis di halaman satu Harian Sumut Pos edisi Selasa (8/2). “Kebetulan saya sebagai wakil ketuanya dan 234 SC itu adalah komunitas roda empat bukan roda dua seperti penjelasan grafis tersebut,” jelas pemilik kepala plontos ini.
Seperti yang dijelaskan Edwin, 234 SC merupakan komunitas otomotif khususnya roda empat yang berdiri 11 November 2009 dan baru merayakan hari jadinya 11 November 2010 silam. Dalam perjalanannya komunitas 234 SC yang meletakkan Ketua Pengprov IMI Sumut Ijeck sebagai penasehat, fokus pada kegiatan-kegiatan sosial. Safari Ramadhan merupakan agenda tahunan yang digelar setiap bulan Ramadhan tiba.
“Secara bergantian lah ya. Kita sesama anggota komunitas kumpul uang, sembako, atau pakaian yang masih layak pakai untuk kita bagi di panti asuhan yang kita datangi,” tutur
Selain itu 234 SC juga menggelar pengkaderan untuk menjaring bibit-bibit pembalap roda empat. Seperti meramaikan Pesta Otomotif yang digelar belum lama ini dengan seluruh klub otomotif yang bernaung di Pengprov IMI Sumut. Saat ini 234 SC sudah mencatat 100 lebih anggota yang dapat ditemui di depan Bengkel Barspeed atau pun di seputaran Jalan Gagak Hitam/Ringroad Medan.
“Komunitas 234 SC ini juga tegas bila ada anggota yang terlibat dalam aksi keributan apalagi kekerasan seperti itu. Tidak perlu penjelasan lagi, langsung kita pecat dan itu pernah kita lakukan kepada salah satu anggota,” pungkasnya.
Dua Dilepas, Keluarga Korban Kecewa
Pelepasan dua anggota RNR yang masih tercaaa sebagai siswa SMU N 4, membuat keluarga korban penganiayaan kelompok itu kecewa. Diantaranya keluarga korban atas nama Hans Cristian Hutagalung, siswa SMU Santo Thomas 1 Medan.
“Apa sih hebatnya mereka itu? Apa karena orangtuan pelakunya pejabat di Sumatera Utara ini? Saya tetap mengikuti perkembangan kasus ini hingga tuntas,” ujar B Hutagalung didampingi istrinya K Simanjuntak, orangtua Hans Cristian, saat ditemui di Rumah Sakit umum St Elizabeth Medan, kemarin.
Akibat ulah para gerombolan penunggang sepeda motor itu, anaknya yang duduk di kelas III IPA 4 masih dalam pengawasan medis di Ruang ICU rumah sakit dan belum boleh ditemui pihak keluarga.
“Bayangin Pak, hingga saat ini saya belum bisa bertemu dengan anak saya, belum bisa melihat bagaimana kondisinya. Ingin rasanya aku memeluk anakku namun belum diperbolehkan dokter. Kata dokter, batok kepalanya belum dipasang sehingga masih dalam konsidi steril,” papar B Hutagalung menitikkan air mata.
“Saya berharap geng-geng motor itu dibubarkan agar tidak meresahkan warga. Ini kejadian yang kesekian kalinya di Kota Medan,” kata pria berbadan tinggi besar ini.
Kepala Sekolah SMU St Thomas I, Drs Johannes O Fian menyayangkan kasi anarkis dan menimbulkan korban, terutama anak ddiknya. “Ya anak didik saya yang menjadi korban keganasan mereka. Kalau seperti ini kan pihak sekolah yang dirugikan, solanya dia itu dikhawatirkan tidak ikut ujian Nasional nanti tetapi semoga saja dia itu cepat sembuh,” uja Johannes. (mag-8/jon/mag-1/jul)
sikat terussssssss pak kapolda……….!!!!!