Polres dan Gereja Dibakar
11:59, 09/02/2011Kisruh Sidang Penistaan Agama, Belasan Kendaraan Hangus
TEMANGGUNG-Kerusuhan berbau SARA mencuat di Temanggung, Selasa siang kemarin (8/2), dua gereja hangus terbakar setelah dilempari bom molotov, dua gereja lainnya rusak parah serta bangunan lain seperti gedung Polres dan gedung Pengadilan Negeri (PN) Temanggung setelah ribuan massa melakukan penyerangan. Massa mengaku kecewa dengan vonis yang dijatuhkan PN Temanggung terhadap terdakwa penistaan agama yang dilakukan Antonius Richmond Bawengan (50). Selain merusak sarana tersebut, massa juga membakar belasan kendaran yang diparkir di dekat lokasi kejadian.
Tercatat 9 orang mengalami luka cukup serius dan dilarikan ke RSUD Djojonegoro Temanggung dalam kejadian tersebut. Selain dari demonstran, puluhan polisi juga mengalami luka akibat lemparan batu dan bom molotov, namun mengenai jumlah polisi yang terluka belum ada keterangan resmi.
Sekitar pukul 09.00 WIB, Selasa kemarin, ribuan massa yang menurut sumber yang dapat dipercaya berasal dari Semarang, Pekalongan, Solo, Solotigo, Klaten, Yogyakarta, Magelang, Temanggung dan Wonosobo mulai memadati gedung PN Temanggung untuk mengikuti persidangan
Kedatangan massa, menurut informasi sumber tersebut, telah mempersiapkan senjata berupa batang kayu, pedang, batu, ketapel, bom molotov serta alat-alat lainnya.
Di ruang sidang utama PN Temanggung sempat terjadi kericuhan saat majelis hakim yang dipimpin oleh Dwi Dayanto menjatuhkan vonis lima tahun kepada terdakwa.
Massa mengaku kecewa karena vonis yang dijatuhkan kepada terdakwa yang diduga melakukan penistaan agama tersebut terlalu ringan. Beruntung usai sidang petugas langsung mengamankan terdakwa dari amukan massa.
Kekecewaan karena putusan pengadilan terlalu ringan terus berlanjut, massa yang berjumlah antara 1.500 hingga 2.000 orang tersebut melempari gedung PN dengan batu, kayu, botol dan beberapa bom molotov, bahkan polisi yang mencoba menghalau serangan dari massa sempat terpukul mundur setelah beberapa anggota terluka. Akibat lemparan bom molotov, pintu masuk serta jendela PN Temanggung pecah berantakan, begitu pula ruang sidang serta ruang loby yang juga carut marut akibat serangan membabi buta tersebut.
Setelah berhasil memukul mundur dari pagar betis polisi, massa kemudian menyerbu satu truk polisi yang diparkir di tepi jalan depan pengadilan, beruntung truk yang mengangkut puluhan anggota tersebut dapat diselamatkan, namun satu truk lainnya yang berada di belakang truk pertama tidak dapat diselamatkan.
Massa merobohkan truk tersebut serta membakarnya. Satu unit mobil water canon milik Polda Jateng yang hendak memadamkan api dari truk tersebut tak luput dari amukan massa.
Amukan massa makin beringas karena terdengar kabar ada diantara penyerang yang tertembak.
“Orang kita ada yang tertembak. Polisi menembak orang kita. Polisi harus bertanggungjawab atas tindakannya,” teriak seorang dari kerumunan massa.
Mendapat provokasi demikian, massa terus menyerang hingga melempari gedung PN dengan bom Molotov. “Tangkap Brimob yang menembak Pak Amin (salah seorang massa yang diduga ditembak). Bunuh orang yang melindungi kafir, mereka halal darahnya,” lanjutnya.
Sejurus kemudian, sekitar lima ratus personil polisi dari Polres Temanggung dan Polres-polres terdekat dan Brimob Polda Jateng memukul mundur massa. Sempat terjadi bentrok antara massa dan aparat hingga menyebabkan beberapa orang terluka. Beberapa kali terdengar petugas melepaskan tembakan yang diarahkan pada demonstran.
Massa yang mendapat serangan balik kemudian membubarkan diri, dan kembali berkumpul di perempatan Jalan Jenderal Sudirman Temanggung beberapa saat kemudian. Massa yang marah kemudian merusak pos polisi di perempatan tersebut dan dilanjutkan menyerbu Markas Polres Temanggung. Serangan mendadak tersebut menyebabkan sebagian jendela kaca polres pecah dan satu unit mobil truk polisi digulingkan.
Tak jauh dari Markas Polres Temanggung terdapat Gereja Katolik Santo Paulus. Tak ayal, gereja tersebut ikut menjadi sasaran serangan. Gereja mengalami kerusakan cukup parah setelah massa menghujani dengan batu dan botol.
Ribuan orang tersebut kemudian menuju gereja Pantekosta di Indonesia yang lokasinya berada di jalan S Parman sebelah Pasar Kliwon Temanggung. Di gereja yang cukup besar tersebut, massa menyerang membabi buta dengan bom molotov. Di gereja tersebut, selain menghancurkan ruang peribadatan, massa juga membakar 3 unit mobil dan 6 sepeda motor yang berada di parkiran. Beruntung umat yang sedang beribadat dapat segera dievakuasi melalui pintu belakang sehingga tidak terdapat korban jiwa.
Aktivis Gereja Pante Kosta di Indonesia,Rubin Kurnianto mengatakan, dua lantai gereja di tempatnya juga dibakar oleh massa. Massa yang berjumlah ribuan menjebol pintu depan dan langsung melakukan pembakaran.
Sebanyak tiga mobil dan enam motor dengan dua diantaranya milik anggota TNI yang bertugas menjaga gereja ikut dibakar. Mobil dan motor yang berada di belakang lantai bawah tersebut hangus. Bahkan, tembok dindingnya juga menjadi terancam ambrol karena terbakar.
“Saat itu ada tujuh orang di dalam gereja yang sedang bertugas sebagai bagian rumah tangga atau sekretariat gereja. Begitu tahu ada massa yang langsung berbuat merusak dan membakar, langsung pada lari dan melompat tembok belakang untuk menyelamatkan diri,” ujarnya.
Selanjutnya, massa kembali menyerang Sekolah Kristen Graha Sekinah yang juga terdapat tempat peribadatan di dalamnya. Di sekolah tersebut, massa menghujani lantai 1 hingga lantai 3 dengan bom molotov. Didalam sekolah tersebut, massa juga membakar 6 sepeda motor yang tengah parkir di halaman sekolah.
“Massa datang sangat banyak langsung menjebol kunci pintu gerbang dan kemudian membakar seisi gedung.Tiga lantai yang merupakan tempat ruang kelas untuk tingkat play group sampai SMA, semuanya dihancurkan dan dibakar.kantin sekoah juga dihancurkan,” kata Sony Zebolon, Satpam Graha Shekina.
Sony mengatakan, massa membakar gedung dan motor dengan menjarah bensin dari penjual bensin eceran di pinggir jalan. Sebanyak 20 orang guru yang saat kejadian berada di lokasi langsung menyelamatkan diri dengan lari keluar lewat pintu belakang. “Sedangkan untuk para siswa, hari ini memang sudah diliburkan karena sebelumnya kami sudah mendapat kabar akan terjadi aksi besar terkait sidang penistaan agama. Berdasar sidang-sidang sebelumnya kami sudah mengantisipasi, karena sebelumnya selau terjadi kericuhan,” jelasnya.
Hingga sekitar pukul 13.00, suasana Kota Temanggung sangat mencekam, warga tidak berani keluar rumah, bahkan beberapa warga yang berada disekitar lokasi kerusuhan mengaku trauma dengan kejadian tersebut. Ketakutan juga dialami ribuan pedagang di Pasar Kliwon Temanggung yang akhirnya menutup lapak dagangan mereka.
Setelah kondisi di Kota Temanggung sedikit membaik, kericuhan kembali terjadi di Desa Tegowanuh, Kecamatan Kaloran. Bangunan Gereja Pantekosta di Indonesia yang ada di desa tersebut diserang 15 orang yang mengenakan cadar dan membawa senjata tajam. Selain menghancurkan gereja dan segala isinya, massa juga menghancurkan satu unit mobil dan satu sepeda motor yang diparkir di halaman gereja.
“Mereka datang dan menyerang secara tiba-tiba. Kami berlari karena ketakutan,” kata Pendeta Simon Sudi.
Data RSUD Djojonegoro Temangung mencatat ada sembilan orang yang dirawat akibat aksi kericuhan tersebut. Dokter umum yang memeriksa para korban, dokter Willy Hartanto mengatakan, sembilan orang itu mengalami luka dengan rata-rata terjadi di bagian kepala dan kaki. Namun, kami belum dapat memastikan apakah luka itu disebabkan karena terkena peluru karet. Dari pemeriksaan sementara luka itu diduga karena terkena benda tumpul dan keras, sehingga kemungkinan uka itu karena terkena lemparan batu,” paparnya.
Sembilan orang korban yang terluka, antara lain yaitu Solahudin (44), warga Mandisari; Raihanif (15) warga Dusun Noyogaten, Desa Bandunggede, Kecamatan Kedu, Temanggung, Mardiyo (49) warga Dusun Brawal, Desa Campursari, Kecamatan Bulu, Temanggung, Iwan (37) warga Jalan Letjend S Parman, Temanggung; Sukarman (28) warga Desa Campursari, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung. Selain itu, Supangan (15) warga Ngablak, Magelang, Jurewi,18, warga Tanggulanom, Temanggung; Sriyati (55) warga Kedu Gang 3 Temanggung, dan Andi (22), Kuduwuluh, Kedu, Temanggung. ‘“Namun untuk yang Iwan dan Sriyati suah diperbolehkan pulang karena hanya mengalami luka ringan saja,” paparnya (zah/jpnn)