Berkiprah hingga Lombok dan Bali
10:59, 11/02/2011Sulaiman Sembiring, Arsitek Muda di Balik Pembangunan Jembatan Sudirman
Berawal dari pengalihan tugas yang harusnya diemban perusahaan konstruksi asal Yogyakarta, Sulaiman Sembiring berhasil mempersiapkan konsep pembangunan Jembatan Jalan Sudirman. Siapa sebenarnya arsitek muda ini dan apa saja prestasinya?
Ari Sisworo, Medan
Berdirinya Jembatan Sudirman tidak terlepas dari tangan dingin seorang Sulaiman Sembiring. Pria enerjik kelahiran Kabanjahe, 31 Maret 1979 ini lah orang yang membuat konsep Jembatan Sudirman, seperti yang terlihat sekarang ini.
Jembatan yang terletak di depan rumah dinas gubernur Sumatera Utara dan dioperasikan 15 Desember lalu 2010 tersebut seharusnya dikerjakan oleh sebuah perusahaan yang memenangi tender pengerjaan dari Jogjakarta. Ornamennya pun akan dimeriahkan ornamen-ornamen ala jawa. Rencananya, di tengah-tengah jembatan itu akan ada sebuah pondasi yang menjadi tumpuan dari ornamen-ornamen yang ada. Namun itu semua tidak jadi. Itu terjadi di tahun 2009 lalu.
Namun entah kenapa, akhirnya untuk pembuatan konsep jembatan tersebut, diserahkan kepada Sulaiman Sembiring. Tepatnya di awal-awal Tahun 2010 lalu dimana saat itu bertepatan dirinya masuk menjadi pegawai di Kementerian PU Sumut. Dirinya, ditarik menjadi pegawai PU Sumut sebagai staf ahli arsitektur dari komunitas yang dinaunginya Campunk Arsitek. Hal itu juga menegaskan bahwa, dirinya menjadi satu-satunya pegawai di Kementerian PU Sumut yang berdisiplin ilmu arsitektural. Karena keseluruhan pegawai PU berbekal bidang ilmu teknik sipil.
Setelah ditunjuk sebagai orang di belakang layar, suami dari Amelia ini kemudian mempersiapkan konsep gambarnya. “Konsep gambar sejalan dengan pengerjaan di lapangan. Pengerjaannya sendiri mulai April hingga Desember 2010 lalu,” ujarnya.
Dalam proses pengerjaannya juga, pria yang berdomisili di Jalan Stasiun Mariendal, Kecamatan Patumbak ini, selalu menerapkan konsep, perencanaan, pelaksanaan dan hasil. Hasil sendiri memiliki dua kemungkinan yakni, positif atau berhasil dan negatif atau tidak berhasil.
Berbicara mengenai hasil, semua warga Medan bisa menilai sendiri dengan keberadaan Jembatan Sudirman yang sekarang ini.
Jembatan Sudirman bukanlah satu-satunya hasil tangan dingin alumni Institut Teknik Medan (ITM) alumni tahun 2000 ini. Masih banyak lagi karyanya, yang telah dinikmati banyak orang. Dan bukan hanya di Medan, Sulaiman telah mengkiprahkan dirinya hingga ke luar kota. Sebut saja, Lombok, Bali, Lhokseumawe dan beberapa daerah lainnya.
Di Medan sendiri, Sulaiman Sembiring merupakan anggota tim arsitek pembuatan rumah Sekretaris Daerah (Sekda) Provsu di Jalan Monginsidi Medan yang saat ini tengah dalam pengerjaan. Kabarnya juga, proyek Jembatan laying (Fly Over) Jamin Ginting, juga kemungkinan Sulaiman lah yang akan mengerjakan arsitekturalnya. Namun, untuk yang satu ini, dirinya belum bisa memastikan. Karena masih menunggu hesil dari pihak-pihak terkait.
Di Lhokseumawe hasil karyanya adalah Lido Graha Hotel yang selesai Tahun 2010 lalu. Di Lombok dan Bali yakni, Villa Wooden House yang selesai dikerjakan di Tahun 2008 silam. Dan Sulaiman juga lah yang merangkai konsep Taman Wisata Tangkahan tahun 2003 silam.
Untuk sistem pembayarannya, tergantung dari kesepakatan awal. Untuk Jembatan Sudirman, Sulaiman disesuaikan dengan jabatan dirinya sebagai pegawai Dinas PU Sumut. Namun, untuk Rumah Dinas Sekda Provsu berdasarkan kontrak yang ditandatangani. Dimana tim arsitek yang berjumlah enam orang, termasuk dirinya memperoleh fee sebesar 2 persen dari nominal bangunan tersebut. Sementara untuk proyek di Lombok dan Bali seta Lhokseumawe berdasarkan kontrak dengan pihak pemiliki atau pengusaha.
Saat ini pun, Sulaiman juga tengah mempersiapkan konsep gambar untuk sebuah hotel dan universitas dari salah seorang pengembang asal Sumatera Utara. Rencananya bangunan yang akan didirikan yakni, Hotel di daerah Cianjur Jawa Barat dan Universitas di Sibolangit.
“Hasil karya pertama saya adalah membuat gambar rumah tinggal salah seorang personil polisi di Sat Brimob Poldasu Tahun 2000 silam, saat saya masih duduk di bangku kuliah. Artinya, saat saya kuliah saya juga sudah bekerja,” terang pria yang sejak SD hingga SMA ini di daerah Tiga Binanga Kabanjahe Tanah Karo ini.
Berbicara mengenai kemampuan, Sulaiman mengaku, kemampuan yang ada pada dirinya telah dimiliki sejak kecil. Sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar dan semakin berkembang hingga saat seperti sekarang ini.
Dari keahliannya itu juga, akhirnya Sulaiman, bisa merangkul sejumlah mahasiswa untuk bergambung di Campung Arsitek yang diketuainya.
“Saat ini saya memiliki empat orang anak asuh dari berbagai kampus di Medan. Dari sini juga lah, anak asuh saya itu bisa bekerja sembari kuliah. Intinya, setiap kita memiliki ilmu alangkah indahnya jika ilmu itu kita salurkan pada orang lain. Karena dalam hidup saya, ada empat harta yang paling berharga yang kita miliki. Harta pertama adalah harta yang nyata yakni, ilmu dan keahlian, harta kedua adalah harta yang terbaik yakni, kesehatan. Harta ketiga adalah harta yang terindah yakni, keluarga dan harta yang ke empat adalah harta yang abadi yakni, iman dan taqwa,” terangnya.(*)