Puasa di Medan Lebih Nikmat, Tanpa Suara Bom

13:12, 31/08/2009
Puasa di Medan Lebih Nikmat, Tanpa Suara Bom

Memasuki Ramadan hari ke delapan, Sabtu (29/8), Sumut Pos mendapat kesempatan sahur bersama dengan Kapolda Sumut, Irjen Pol Badrodin Haiti di rumah dinas di Jalan Balaikota No 2 Medan.

Rudiansyah, Medan

Bertandang ke rumah dinas mantan Kapolda Sulteng ini, kali ini kru Sumut Pos lebih beruntung pasalnya cuaca di langit pada malam itu cukup bersih. Untuk bertandang ke rumah dinas Kapoldasu ini, tidak seperti mengunjungi rumah-rumah pejabat lainnya di Sumut. Sumut Pos ini harus melewati posko penjagaan di sebelah depan rumah dinas Kapolda Sumut ini.

Sabtu dinihari sekira pukul 03.00 WIB Sumut Pos tiba di rumah dinas orang nomor satu di Polda Sumut ini. Sebelum masuk ke rumah permanen bercat putih dengan bangunan artistektur Belanda, Sumut Pos terlebih dahulu harus menyambangi pos penjaga yang dijaga dua orang petugas penjaga berpangkat bintara dari Kesatuan Brigadir Mobil (Brimob) Polda Sumut.

Memang, prosedur dan protokoler pejabat yang mewajibkan para tamu harus terlebih dahulu melapor dan menyatakan maksud tujuan untuk bertemu pada pejabat tersebut begitu juga kru Sumut Pos. Begitu tiba, seorang petugas jaga berpakaian lengkap menanya maksud dan tujuan kru Sumut Pos pagi-pagi buta datang ke rumah perwira polisi berpangkat jenderal bintang dua ini.

‘’Ada keperluan apa Mas?” tanya Bripka Azhari dari Kesatuan Detasemen A Brimob didampingi rekan dan juga juniornya di komando yakni Briptu Herman. ‘’Oh..permisi mas mau jumpa sama Bapak Kapoldasu,’’jawab kru Sumut Pos.
‘’Untuk keperluan apa,’’tanya Bripka Azhari dengan ramah walaupun wajahnya terlihat letih.

“Saya mau sahur bersama dengan bapak Kapoldasu dan kami sudah janji,’’jawab wartawan koran ini.

Setelah mendengar jawaban bahwa Kapoldasu mengizinkan untuk datang ke rumah dinas dalam rangka liputan sahur, akhirnya kedua petugas jaga ini mempersilakan Sumut Pos untuk duduk dan masuk ke dalam pos jaga. Tidak berapa lama kru duduk lantas Briptu Herman bergegas masuk ke dalam rumah induk untuk menemui ajudan Kapoldasu.

Tidak berapa lama, akhirnya Briptu Herman keluar lagi bersama dengan sang ajudan Kapoldasu. ‘’Hei, ayo mari masuk duduk di sini,’’ujar sang ajudan mempesilakan masuk ke teras.

Setelah duduk di sofa besar warna cream, akhirnya sang ajudan kembali bicara. ‘’Bapak lagi di dalam bentar lagi keluar, sabar ya mas tidak lama kok,’’ujarnya.

Tidak berapa lama, ajudan Kapoldasu mengajak masuk ke dalam ruang tamu utama rumah dinas Kapoldasu. ‘’Silakan duduk ya mas,’’ucap ajudan sembari mengambil remote kontrol untuk menghidupkan alat pendingin ruangan.
Sembari menunggu Irjen Pol Badrodin Haiti keluar dari kamar pribadinya, Sumut Pos duduk di atas 8 deretan sofa berwarna cream. Ruang tamu berukuran 6X8 meter ini ditata apik.

Lantai keramik putih yang dipadu dengan kertas dinding (wall paper) yang juga warna cream bermotifkan bunga-bunga, terlihat begitu asri dan bersih.
Selaian sofa juga terdapat hiasan dinding lainnya yang terpajang di ruang tamu seperti kaligrafi Arab yang bertuliskan Ayat Kursi. Sedangkan di pojok ruang tamu sisi sebelah kiri, terdapat satu akuarium berukuran 2X3 meter yang berikan ikan hias Arwana merah, sebesar lengan kaki lelaki dewasa.
Sedangkan sisi sebelah kanan terdapat buffet yang berisikan perhiasan gelar-gelas yang terbuat dari bahan baku kristal.

Saat memperhatikan ruang tamu itu, tiba-tiba seorang pria yang diyakini sebagai pembantu yang mengurusi keluarga Kapoldasu datang membawa gelas yang berisikan teh manis panas. ‘’Silakan minum pak,’’ujar pria tersebut.
Selang beberapa menit kemudian, pria yang membawa minuman tadi kembali lagi menghampiri kru Sumut Pos, kali ini dia membawa nampan yang di atasnya ada piring kecil dan sendok garpu. Di atas piring tersebut rupanya ada sepotong kue cokelat.

Sekira pukul 03.45 WIB, setelah menikmati teh manis dan sepotong kue di pagi hari, datang seorang pria paruh baya berkumis dengan langkah yang pelan, memakai baju kemeja kotak-kotak warna biru lengan pendek, yang dipadu dengan kain sarung warna cokelat gelap, dengan motif dan tenunan khas Madura. Ia melangkah sambil tersenyum.

Pria itu adalah Irjen Pol Badrodin Haiti Kapolda Sumut. Setelah menyalami Sumut Pos, tanpa basa-basi Irjen Pol Badrodin Haiti pun langsung mengajak kru Sumut Pos ke ruangan makan. Di ruang berukuran 6×8 meter ini terlihat satu set meja makan ukiran Jepara sedangkan di atas meja makan kaca tersebut sudah terhidang aneka makanan.

Ada masakan ayam tangkap khas Aceh, udang goreng sambal, tempe goreng tepung, gulai ayam, aneka sayuran seperti brokoli yang ditumis menjadi capcai dan nasi putih. Selain itu, juga hidangan ringan lainnya seperti kurma dan buah jeruk. ‘’Silakan, jangan sungkan-sungkan ambil nasinya sendiri ya,’’ucap Badrodin Haiti.

Sebelum menyantap hidangan sahur dan menunggu istrinya, Ny.Tejaningsih Haiti.

Setelah hening sejenak, tiba-tiba suara Irjen Pol Badrodin Haiti yang sedari tadi duduk di kursi meja makan, tiba-tiba memanggil istrinya yang masih berada di dalam kamar dengan lembut. ‘’Ma..ayo sahur bareng ini sama rekan wartawan.’’

Mendengar panggilan tersebut akhirnya Ny Tejaningsih Haiti pun keluar dengan mengenakan baju terusan panjang hitam, Ny Tejaningsih keluar dengan tersenyum manis. Ibu dua anak dari Farouk A Haiti dan Fakhri S Haiti ini menyalami Sumut Pos sembari mempersilahkan makan sahur. ‘’Silakan dimakan, kalau bapak paling doyan tempe goreng tepung juga ayam tangkap,’’timpal Ny Tejaningsih Haiti.

‘’Keluarga yang lain mana Pak,’’tanya wartawan koran ini. ‘’Oh..kami hanya berdua saja sahurnya dan ini dari tahun ke tahun. Anak nomor dua (Fakhri S Haiti) masih sekolah di Jakarta sekarang kelas III di SMA Negeri 39 Jakarta. Sedangkan abangnya (Farouk A Haiti, Red) sekarang lagi pendidikan Akpol di Semarang,’’ucap Haiti.

Pembicaraan tersebut diamini oleh Ny Tejaningsih Haiti. ‘’Anak-anak saya dari umur 5 tahun tidak ikut kami, jadi kami berdua saja kemana saya ditugasi, nanti Lebaran baru kumpul. Kalau kami kumpul ada saat-saat tugas di Jakarta seperti di Mabes Polri, dan ketika semasa menjabat sebagai Kapolda Banten,”ujar Haiti.

Dikatakan Haiti, istrinya selalu menemani dirinya sejak ia berpangkat perwira pertama. Bahkan, terkadang sang istri juga ikut Badrodin mengejar dan menggerebek penjahat. ‘’Pada waktu itu, ibu sedang hamil tapi dia minta ikut, ya saya bawa saja untuk ikut menangkap pelaku kriminal,’’ucap Haiti sembari tertawa.

Gimana puasa di Medan ketimbang di Poso? ‘’Kami ini memang terbiasa berdua saja. Memang puasa di Medan lain ketimbang puasa di Poso yang menjadi daerah konflik berkepanjangan selama 6 tahun. Kalau puasa di sana memang penuh cobaan, setiap malam selalu terdengar kerusuhan dari orang-orang yang tidak menginginkan Poso damai,’’tutur Haiti.

Perwira bintang dua kelahiran Jember 24 Juli 1958 ini mengatakan, ia berpangkat Komisaris Besar saat diangkat menjadi Kapolda Sulawesi Tengah. ‘’Dua minggu saya duduk sebagai Kapolda Sulteng, ada seorang teman mengingatkan saya. Ia mengatakan, Pak Haiti, biasanya kapolda baru di sini mendapat hadiah. Lalu saya mengatakan pada orang itu hadiah apa. Ia jawab, biasanya kalau tidak dihadiahi bom, pembunuhan dan penyerangan,’’ ucap Haiti menirukan ucap temannya.

Ternyata, ucapannya temannya itu benar. Dua pekan bertugas, sudah terjadi dua ledakan yang menewaskan beberapa orang. Selain itu, juga terjadi pembunuhan terhadap dua pedagang ikan, juga pembunuhan terhadap pelajar yang mayatnya dimutilasi.

Haiti diangkat jadi Kapolda Sulteng, karena pernah jadi eksekutor terhadap terpidana mati Fabianus Tibo, Dominggus Da Silva dan Marinus Riwu.

’Seharusnya tim eksekutor itu jaksa dan hakim, tapi saya yang diputuskan oleh pimpinan untuk sebagai eksekutor Tibo cs. Sedangkan Kapolda yang lama itu tidak mau melakukan eksekusi Tibo cs. Saat itu bulan Ramadan, satu kelompok minta eksekusi dipercepat, di sisi lain ada kelompok yang menolak eksekusi Tibo cs,’’ujarnya mengenang.

Lanjut Haiti bersyukur pada Allah SWT, karena semula ia dihujat warga Poso lalu berubah mengelu-elukannya karena dianggap berhasil mengatasi kerusuhan.
Saat keadaan mulai tenang, tiba-tiba ada lagi cobaan lain. Yaitu penembakan Pendeta Irianto Kongkoli di Palu. ‘’Akibat penembakan itu, sempat membuat masyarakat di Palu tidak percaya pada saya. Saya sempat dihujat dan dicaci maki, namun berkat janji saya pada masyarakat maka akhirnya pelaku penembakan dapat diidentifikasi,’’sambungnya.

Badrodin juga bercerita mengenai suasana Lebaran di Palu. Saat malam Lebaran, kedua anaknya datang ke Palu. Tapi malam Lebaran itu terjadi ledakan. “Kedua anak saya saat itu membawa makanan bika Ambon, tapi semuanya hancur dan diberikan ke para tahanan,’’sambung Ny Tejaningsih.
Malam Lebaran itu diisi oleh Badrodin dengan memburu 29 pelaku

Penembakan pendeta. Dalam penyergapan tersebut, 11 tersangka tewas. Dan seorang anak buah Badrodin tewas. ‘’Lalu, Bapak diangkat sebagai Kapolda Banten dan Kapolda Sumut hingga sekarang,’’ujar Ny Tejaningsih.

Tak terasa, hari menjelang subuh. Tepat pukul 05.00 WIB, Sumut Pos pamit. Sebelum Sumut Pos beranjak pulang, Badrodin Haiti sempat memberikan buah tangan berupa buku catatan yang ditulis wartawan tentang keberhasilan Irjen Pol Badrodin Haiti di Poso dan Palu, buku tersebut berjudul, ‘’Tangan Dingin Jenderal, Poso Damai.(*)


YM

Kata kunci pencarian berita ini:

 
PLN Bottom Bar