Untung Rp12,5 Juta per Bulan
10:06, 19/05/2010Urin dan Kotoran Nambah Omzet
Bulu halus, telinga panjang, matanya yang bulat dan lompatannya yang lincah adalah ciri khas dari binatang kelinci. Binatang satu ini tak hanya asyik dipandang karena bentuk wajahnya yang lucu, tapi juga bisa mendatangkan rupiah jika diternakkan.
Seperti yang dilakukan Jamin Purba, (34) warga di Gg Rukun Jalan Udara, Kelurahan Gundaling 1 Berastagi, Kecamatan Berastagi, sejak April 2004 lalu ia beternak kelinci, mulai dari kelinci lokal hingga jenis ras.
Pria yang akrab disapa dengan nama Jamin ini, awalnya merintis ternak kelincinya bermodalkan Rp8 juta saja. Modal sebesar itu dipinjamnya dari keluarga untuk membeli anak kelinci sebanyak 126 ekor dengan harga per ekornya Rp11 ribu. Modal itu juga digunakan untuk membuat dua postal (kandang) kelinci ukuran 9 X 11 meter.
Mengawali usahanya itu, Jamin melakukan peternakan kelinci untuk dijual kembali ke agen kelinci setempat. Dalam tempo delapan bulan saja, 126 kelinci yang dibelinya berkembang biak menjadi lima kali lipat jumlahnya. “Ketika itu saya hanya membeli 26 pejantan, sisanya betina. Rata-rata betina melahirkan lima anak,” kata pria kelahiran 10 April 1976.Ketika itu, Jamin memperoleh omzet Rp5 juta dari penjualan perdananya. Yakni, 500 anak kelinci yang per ekornya dipatok harga Rp10 ribu. Setelah penjualan perdana, Jamin yang merupakan alumni Fakultas Pertanian, jurusan Peternakan USU ini tahun 2004 silam ini kemudian mencoba lebih serius mengembangkan usahanya.
“Keturunan anak kelinci pertama saya sengaja saya jual semuanya karena kualitasnya menjadi bakal induk belum layak. Kalau keturunan kedua tidak saya jual karena bakal calon induk bia berkualitas,” ujar pria yang masih melajang ini.
Delapan bulan pasca penjualan perdananya, jumlah kelinci Jamin meningkat pesat. Setelah anak-anak kelinci tumbuh sehat menjadi induk, akhirnya ia memutuskan menjadi peternak kelinci. “Tidak hanya kelinci lokal saja, tapi anak (bibit) kelinci ras saya datangkan dari Pulau Jawa,” ujarnya.
Dua tahun beternak kelinci, barulah tahun 2006 dirinya mencoba menggabungkan dua jenis kelinci untuk dibudidayakan. Saat itu ia membeli anak kelinci ras usia satu bulan seharga Rp80 ribu per ekor.
“Sekarang jenis kelinci ras yang saya kembangkan seperti Anggora, Lion, Fuji Lop, English Spot, Vlamm Serrus, Dutch, Rex, Satin, dan Dwarf (jenis kelinci kecil/mini),” kata dia.
Menjadi peternak kelinci, Jamin harus tahu cara mendapatkan kualitas anak kelici yang unggul. “Kalau mengawinkannya tentu harus tahu kualitas induknya. Saya tidak mau sembarangan dalam hal ini, jika induk dalam kondisi tidak fit, maka proses perkawinan akan ditunda hingga induk sehat,” bilangnya.
Walau jarang kesulitan pemasaran, namun ia tidak menampik ada saat tertentu permintaan menurun. Hal itu dikarenakan belum adanya pemasaran yang tetap ke hotel berbintang dan rumah makan kelas atas.
Selain penjualan daging, kotoran serta urine kelinci juga bisa menghasilkan rupiah. “Intergrasi kelinci ke pertanian itu ada. Urine-nya dapat digunakan sebagai pengganti urea (zat daun) sementara kotorannya sebagai pupuk kandang. Produksi urine kelinci saya per 100 ekor setiap hari mencapai 20 liter urine,” tuturnya.
Setiap liter urine kelinci, kata Jamin, harganya dijual Rp1.000. Sedangkan kotoran kelinci berjumlah 100 ekor, bisa menghasilkan 2 ton pupuk kandang (kompos) per bulan dengan harga Rp3.000 per goni ukuran 50 Kg.
Melihat pangsa pasar kelinci ras yang lebih menjanjikan, Jamin pun saat ini mulai merubah sistem peternakan kelinci, khususnya jenis kelinci ras.
“Sekarang ada sekitar 250 indukan. Kita bagi dua fasenya, per bulan seratus induk saja melahirkan. Rata-rata melahirkan lima anak. Bila dikalkulasikan berarti 500 anak dijual Rp 12,5 juta karena per ekornya Rp25 ribu. Keuntungan ditambah lagi dengan penjulan urine dan kotorannya,” pungkasnya tersenyum. (wan)
—
Kelinci Ras Jadi Unggulan
Meski terbilang masih baru menjadi peternak kelinci, namun Jamin Purba menjadikan kelinci ras sebagai unggulannya.
Ini karena kelinci ras memiliki berat badan/tubuh yang lebih besar dari kelinci lokal, ditambah lagi pasarnya cukup diminati. “Ini karena permintaan kelinci ras selalu tinggi,” ujar Jamin Purba yang ditemui, Selasa (28/5) siang di Rukun Farm (peternakan) miliknya, di kawasan Gg Rukun, Jalan Udara, kelurahan Gundaling I Berastagi, kecamatan Berastagi.
Kelinci ras bila diperhatikan sepintas, tak jauh berbeda dengan kelinci lokal. Tetapi ukuran besar badan serta bulu menjadi faktor dominan cirinya. Kelinci ras memiliki bulu yang lebat, khususnya ras jenis Anggora. Hal ini tentunya membuat perbedaan yang signifikan dengan kelinci kampong.
Dari sembilan jenis kelinci ras yang diternakan, ada satu jenis kelinci ras yang berukuran kecil, yaitu Dwarf dengan berat 1-2 Kg. Sementara ukuran besar adalah, English Spot beratnya 4-5 kilogram, dan Vlamm Serrus beratnya mencapai 5-6 kilogram.
Namun sejauh ini, Jamin mengaku pemasaran kelinci lokal maupun ras masih sebatas dalam negeri. Walau demikian diakuinya tetap kewalahan menerima orderan dari luar daerah, semisal Medan, Deli Serdang, Binjai, Langkat, Simalungun, Aceh, Padang Pekan Baru, dan Batam.
Dalam hal pemasaran jenis kelinci ras, Jamin mengatakan kalau jenis Aggora, Lion, Fuji Lop, English Spot, Vlamm Serrus, Dutch, Rex, Satin, Dwarf dipatok dengan berbeda harga sesuai dengan beratnya.
Untuk usia 1 bulan dijual Rp50 ribu, usia 3-6 bulan (sebutan dere, dara, gadis) dijual Rp250 ribu, usia 7-8 bulan (dewasa) dijual Rp 600 ribu.
“Sementara kelinci lokal, usia 1 bulan dijual Rp15 ribu, usia 3-6 bulan dijual Rp60 ribu, usia 7-8 bulan (dewasa) berat 2,5 -3 kg dijual Rp 120 ribu,” tuturnya.
Dikatakannya, kelinci ras memiliki ciri khas tersendiri. Untuk ras Rex memiliki bulu yang halus dan dapat digunakan sebagai bahan tekstil. Jenis ras Satin memiliki warna mengkilap dan bulu semi halus.
Kalau jenis Dwarf berukuran kecil tetapi lincah. Anggora dengan ciri berbulu tebal dan butuh pengguntungan/pangkas 4-6 sekali. Kelinci Lop memiliki kuping tenggerai jatuh ke bawah, kalau jenis Lion mirip seperti Anggora. “Harga jual dengan kelinci lokal lebih tinggi kelinci ras,” pungkasnya. (wan)
—
Paling Penting Kesehatan Induk dan Pejantannya
Setelah merawat kelinci hingga tumbuh besar, khususnya jenis ras, mungkin tumbuh keinginan untuk mengawinkannya hingga mendapat keturunan kelinci yang banyak.
Nah, yang harus diperhatikan saat hendak mengawinkan kelinci adalah kondisi kesehatan induk dan pejantan. Dalam hal ini induk berusia minimal enam bulan dan pejantan usia 7 bulan. “Tidak terkontaminasi penyakit, seperti Scabies (kutu dibawah kulit) dan mencret. Karena apabila kedua penyakit tersebut diderita induk, dikhawatirkan anak yang dihasilkan tidak maksimal,” kata Jamin Purba.
Dikatakannya, langkah pertama yang dilakukan adalah memilih induk dan pejantan yang sehat. Setelah itu, induk betina diangkat ke kandang pejantan untuk di kawinkan. Dalam waktu sekitar 7 menit, pejantan akan mengawini induk sebanyak tiga kali.
Usai itu, sambungnya, induk dikembalikan ke kandangnya. Pejantan yang baru dikawinkan baru dapat dikawinkan kembali tiga hari berikutnya dengan induk lain. Sementara, induk yang telah dikawinkan tidak boleh dikawinkan lagi (hanya satu fase).
“Jika pejantan yang dipindahkan ke kandang betina, maka akan membutuhkan waktu lama. Karena pejantan akan menyesuaikan lingkungan kandang yang baru,” paparnya.
Tapi, bila betinanya yang dipindah ke kandang pejantan, maka pejantan segera mengawininya. Bahkan proses kawin bisa sampai tiga kali dalam waktu tujuh menit. “Berhenti, makan sejenak lalu kawin lagi. Makanya, simbol kelinci dipakai sebagai lambang Play Boy,” katanya tersenyum.
Dalam proses perkawinan kelinci, kata dia, sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari. Hal tersebut guna mengindari gerah dan teriknya panas matahari. Jika cuaca panas, maka umumnya kelinci enggan untuk kawin. “Jika siang hari, kelinci malas kawin. Pejantan dan betina akan makan saja, atau melompat lompat,” katanya lagi.
Sedangkan masa hamil induk kelinci terjadi satu bulan setelah proses kawin. Biasanya jelang melahirkan, induk kelinci menggugurkan bulunya untuk tempat anaknya.
Setelah menggugurkan bulu, sekitar satu jam si induk kelinci akan melahirkan anaknya. “Masa menyusui kelinci sekitar 42 hari, namun dapat dipisah setelah usia 1 bulan. Karena usia satu bulan anak kelinci telah mandiri dan resisten (kebal) terhadap daun hijau,” bilangnya.
Setelah pemisahan induk dan anak, sambung Jamin, tiga hari kemudian induk sudah dapat dikawinkan kembali dengan pejantan. Bahkan, kalau induk sehat, sehari setelah pemisahan dapat segera dikawinkan.
Sedangkan anak kelinci yang baru dipisah dari induknya, dapat dikawinkan setelah usia delapan bulan. “Perbandingannya, satu jantan mampu mengawini 10 ekor betina. Jadi tidak perlu terlalu banyak memelihara kelinci jantan. Namun pejantan harus kita selesi yang terbaik,” paparnya.
Agar kelinci merasa nyaman, harus menempatkan kandang yang sesuai. Ukuran kandang dewasa dengan lebar 75 cm, lebar 80 cm dan tinggi 65 cm. Namun biasanya setiap ukuran kandang diperlakukan sama baik bagi kelinci anakan. “Dalam prakteknya, kelinci yang belum dewasa di taruh dua atau tiga ekor dalam satu kandang. Setelah dewasa barulah dipisah menjadi satu setiap postal,” tambahnya.
Selain itu, sanitasi kandang harus diperhatikan dan dibersihkan setiap hari agar kelinci terhindar penyakit. Pemberian makanan (daun hijau), tidak boleh yang basah/terkena air karena kelinci bisa masuk angin atau korengan di bagian bibir, dan rentan kematian. (wan)
[ketgambar]DIGENDONG: Jamin Purba menggendong seekor kelinci ras yang diternakkannya.//iwan tarigan/sumutpos[/ketgambar]
mas saya mw nanya ni…alamat peternak bg di mna ya di berastagi..saya lgi nyari jenis loop…blh sms ke ato telp ke ..ari
saya mau nanya nih……….. no ponselnya pak jamin purba berapa ya?????
Wah hebat, saya pengen jadi peternak kelinci hebat seperti anda, semoga saya bisa belajar banyak dari anda lebih banyak. Jika di ijinkan mungkin saya akan banyak tanya tentang bisnis ini. Sukses Selalu ya..
mau tanya jenis lokal mas.
hbgi