Kalau Melawan, Kami Pasti Didor
10:43, 26/09/2010Perompak Sandera Nakhoda Kapal di Perairan Brandan
BELAWAN- Aksi para perompak di perairan Pangkalan Brandan, Langkat, dan Aceh semakin meresahkan nelayan. Kamis (25/9) malam lalu, para perompak bersenjata api laras panjang beraksi dengan menyandera Muhammad Husein (45), tekong (nakhoda) Kapal Motor (KM) MBF 50 GT 18 2006/PPa No 3923/N asal Gudang MBF Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan (PPSB).
Para perompak meminta tebusan sebesar Rp20 juta untuk membebaskan Husein, warga Simpang Dobi, Titi Papan, Kecamatan Medan Deli tersebut. Sementara seluruh peralatan kapal, mulai dari alat komunikasi seperti telek, HT, satelit dan komputer disita. Sedangkan delapan anak buah kapal (ABK) dibebaskan bersama kapal motor yang membawa mereka. Delapan ABK ini pun kembali ke tangkahan pada Sabtu (25/9) pagi pukul 07.00 WIB dan langsung melaporkannya kepada petugas Ditpolairdasu dan keluarga Husein.
Menurut pengakuan Taufik (30), seorang ABK, kejadian tersebut terjadi pada Kamis malam lalu sekira pukul 23.00 WIB. Saat itu, kawanan perompak yang diperkirakan berjumlah belasan orang itu menghadang mereka dengan kapal pukat jalur. Lalu, dua orang perompak naik ke kapal mereka dan menodongkan senjata laras panjang. Tanpa banyak bicara, para perompak langsung merampas seluruh alat komunikasi kapal berikut dokumen kapal termasuk buku nahkoda dan kwanca.
Selanjutnya, mereka langsung menyandera Husein dan melarikan diri ke arah perairan Aceh Tamiang. “Kami tak bisa berbuat banyak. Sebab mereka bersenjata api. Kalau kami melawan pasti tinggal didornya saja,” ungkap Taufik saat diwawancarai sejumlah wartawan di sekretariat kantor Rukun Nelayan HNSI Pidbun Gabion Belawan.
Menyingkapi masalah nelayan tersebut, Azhar Ong selaku Ketua DPC HNSI Kota Medan menilai, aksi perompakan yang dialami nelayan sudah berulangkali dialami nelayan dan tidak menutup kemungkinan aksi perompakan itu dilakukan komplotan teroris yang bergerak di laut.
Menurut informasi yang diterima wartawan Sumut Pos, dari catatan HNSI Kota Medan tersebut, kejadian seperti itu ada sebanyak 8 kasus perompakan yang terjadi sejak Lebaran lalu hingga saat ini.
Azhar berharap, pihak keamanan di laut baik Ditpolairdasu, TNI AL serta instansi keamanan di laut lainnya segera melakukan pengejaran terhadap para perompak bersenjata api yang diduga teroris dan sudah meresahkan itu.
Dia mengatakan, kasus perompakan sudah banyak dialami nelayan, namun mereka merasa pesimis untuk membuat laporan, sebab banyak kasus yang dilaporkan namun tak ada tindaklanjutnya. Malah, para perompak semakin mengganas di laut dan mengancam keselamatan nelayan saat mencari ikan.(mag-11)
inilah lebaynya polisi indonesia….kalo korbannya rakyat sipil nggak pernah mereka peduli…tapi kalo ada polisi yg mati atau sarang polisi diserang, mereka koar2 meminta dukungan rakyat melawan terorisme…
Betullll itu wak labu…….! ane setuju…