Bahasa Indonesia Perlahan Ditinggalkan
10:25, 05/11/2010Pemakaian bahasa Indonesia perlahan mulai terkikis oleh semakin maraknya pemakaian bahasa asing baik dalam forum formal maupun nonformal.
Bagaimana cara menyikapinya? Berikut bincang-bincang Kepala Balai Bahasa Medan, Prof Amrin Saragih dengan wartawan Sumut Pos, Rahmat Sazaly.
Apa akibatnya bila krisis bahasa terus terjadi?
Bahasa Indonesia merupakan jati diri dan identitas bangsa, untuk itu harus dijaga kelestariannya jangan sampai rusak maupun punah. Dewasa ini banyak terlihat aneka merek dagang, nama tempat, nama gedung, pamflet dan kain spanduk yang menggunakan bahasa asing khususnya bahasa Inggris. Bukan itu saja, struktur teks juga menunjukkan bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. Misalnya, nama hotel di Medan dibuat ABC Hotel bukan Hotel ABC. Banyak mengasumsikan kalau merek dagang dalam bahasa asing atau bercampur dengan kata asing daya jualnya lebih besar dan bergengsi. Ini membuktikan bahasa Indonesia lambat laun akan menjadi bahasa nomor dua saja di Indonesia setelah bahasa asing.
Apa yang harus kita lakukan?
Upaya yang harus dilakukan untuk menyelesaikan krisis identitas ini adalah melalui upaya pendidikan dan pemberlakuan undang-undang kebahasaan. Pertama, sesuai dengan sistem pendidikan di Indonesia, semua pelajaran kecuali bahasa asing harus disampaikan atau diajarkan dalam Bahasa Indonesia. Padahal, tidak ada bukti yang kuat yang menyatakan kalau matematika dan sains diajarkan dalam Bahasa Inggris, siswa akan mahir berbahasa Inggris dan cepat menjadi pintar. Justru sebenarnya jika matematika, fisika, kimia dan biologi diajarkan dalam Bahasa Inggris, kesulitan mata pelajaran itu akan dua kali lipat dari pada diajarkan dalam Bahasa Indonesia. Kedua, pemberlakuan undang-undang kebahasaan harus segera direalisasikan sebagai payung hukum yang kuat bagi pelaksanaan bahasa yang ditetapkan pemerintah. Dalam rancangan UU kebahasaan itu, fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah dan bahasa asing telah diatur secara proporsional. Rancangan itu tidak untuk memusuhi bahasa asing, seperti yang sering didengungkan orang selama ini. Nah, jika kedua hal itu sudah dapat berjalan dengan baik, maka kemurnian Bahasa Indonesia akan tetap terjaga dan Indonesia tidak akan kehilangan identitasnya.
Bagaimana menyikapi perkembangan zaman yang selalu menggungkan bahasa asing?
Pemakaian bahasa asing yang tidak proporsional, dan pencampuran bahasa Indonesia
dengan bahasa asing, khususnya bahasa Inggris kini menjadi ancaman serius bagi hilangnya kecintaan terhadap bahasa Indonesia. Anggapan masyarakat, satu-satunya jalan untuk selamat dari arus globalisasi adalah dengan penguasaan bahasa asing khususnya Bahasa Inggris. Bahasa Inggris juga dianggap memiliki daya jual dan daya pengangkat marwah dan wibawa. Upaya yang efektif untuk mengatasi ini adalah dengan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap bahasa Indonesia melalui pendidikan yang berkualitas.
Di samping itu, semua pihak baik politisi, wartawan, kaum intelektual, tokoh masyarakat perlu diberi pemahaman tentang kebijakan kebahasaan yang dibuat oleh pemerintah. Kebijakan kebahasaan Indonesia adalah menjunjung tinggi bahasa persatuan atau nasional, yakni bahasa Indonesaia dan menjadikannya sebagai bahasa pergaulan yang lebih luas secara kuantitatif dan kualitatif.
Bagaimana dengan bahasa pergaulan seperti gua, lu, bokap, nyokap dan sebagainya?
Mungkin pertamanya kita hanya mendengar kata-kata tersebut dari orang di sekitar kita. Tetapi karena sering didengar, maka kita jadi ikut-ikutan mengucapkannya. Hal ini mungkin menjadi hal yang cukup sepele bagi beberapa orang, bahkan mungkin dirasa tidak cukup penting untuk dibahas. Tetapi ini adalah sebuah ironi. Bahasa adalah salah satu ciri khas dari suatu bangsa. Bahasa Indonesia adalah ciri khas dari bangsa Indonesia.
Banyak mahasiswa berteriak-teriak pada Malaysia jika budaya bangsa Indonesia telah dicuri. Tapi bukankah ini memalukan? Kita saja sebagai bangsa Indonesia tidak dapat menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD). Budaya bangsa kita sendiri tidak kita perlihara dengan baik. Bukankah tidak mustahil jika suatu saat bahasa bangsa kita diambil oleh negara lain. Oleh karena ini, bukan mengajari, melainkan menghimbau. Marilah kita bersama-sama, mulai merawat budaya bangsa kita sendiri. Mulailah menggunakan bahasa Indonesia dengan benar. Janganlah kita mengacak-acak bangsa kita sendiri. Mari kita berpikir dan merenung untuk melangkah lebih maju lagi. (*)