Garuda Lepas Saham ke Publik
10:51, 14/01/2011MEDAN- Pasca penghentian operasional maskapai Mandala Air di Indonesia, PT Garuda Indonesia (Persero) eksis untuk menjual sahamnya secara terbuka mulai 11 Februari 2011 seharga Rp750-Rp1.100 per lembar di bursa efek. Apalagi, Garuda Indonesia merupakan satu-satunya perusahaan pemegang sertifikat International Operator Safety Audit (IOSA) di Indonesia. Di Medan, saham Garuda bisa dibeli di Gedung Dana Reksa di Jalan Pulau Pinang, Medan atau di tempat-tempat lain yang sudah ditetapkan.
Pengumuman penjualan saham secara terbuka Garuda Indonesia disampaikan langsung dalam konfrensi pers yang disampaikan Direktur Operasional PT Garuda Indonesia, Kapten Ari Safari didampingi VP Treasury Managemen Albert Burhan.
Direktur Mandiri Sekuritas Safei dan Bou Mediene Sihombing, Kamis (13/1) di ruang Maryland Hotel JW Marriott Medan.
Ari menyampaikan, penjualan saham secara terbuka sebanyak 9.362.429.500 lembar ini atau sekitar 36,48 persen terdiri dari sekitar 7,4 miliar saham baru dan sekitar 1,9 miliar saham divestasi PT Bank Mandiri. Saham inilah yang secara perdana dijual.
Dia menyebutkan, penjualan saham ini berkaitan untuk memperkuat permodalan PT Garuda Indonesia agar lebih meningkatkan cakupan layanan, pasalnya industri penerbangan ini sudah memasuki tahapan persaingan bisnis dan perlu bantuan modal yang cukup.
“Tapi, penjualan saham ini bukan dikarenakan ditutupnya operasional PT Mandala Airlines. Melainkan, manajemen Garuda Indonesia sudah merencanakannya sejak awal,” sebutnya menjawab pertanyaan wartawan koran ini.
Pria berkepala plontos ini membeberkan, pada 2005 jumlah armada PT Garuda Indonesia hanya 41 unit dengan beban utang Rp8 triliun dan kerugian pertahun ketika itu sebesar Rp800 miliar. Namun, berkat kekuatan komponen yang ada di dalamnya. PT Garuda Indonesia telah memiliki 87 pesawat dengan usia rata-rata 11,6 tahun dan 8,8 tahun. Tapi, dalam waktu lima tahun ke depan rata-rata berusia 5 tahun. “Jadi ada tambahan pesawat lagi, dan kami tetap komitmen tentang pelayanan full service airlines,” tambahnya.
Ari menyebutkan, pelayanan Garuda Indonesia tetap kepada industri penerbangan yang nyaman dan aman atau Full Service Airlines, kini hanya maskapainya yang memiliki sertifikat IOSA, setelah Mandala Airlines berhenti beroperasi.
Di Indonesia, bebernya eksistensi industri penerbangan ini sangat memiliki peluang usaha besar, apalagi Indonesia terdiri dari 17 ribu pulau, dengan jumlah 171 bandara. Hanya saja, Garuda Indonesia belum menjangkau seluruhnya akibat armada yang terbatas. Bila armadanya cukup, tidak menutup kemungkinan jumlahnya bisa bertambah. “Inilah peluang besar yang memungkinkan pengembangan industri penerbangan di Indonesia,” bebernya.
Safei menerangkan, penawaran saham PT Garuda Indonesia (Persero) bersifat perdana, dan saham ini bisa jadi go public. Untuk harga penjualan saham ini sebesar Rp750-Rp1100 per lembar, dengan porsi terbesar dijual kepada pengusaha Indonesia. “Kalau porsinya akan kami jual lebih besar kepada pengusaha Indonesia, sedangkan pengusaha asing seperti Asia, Eropa dan Amerika tetap diberikan porsinya,” tambahnya.
Penjualan saham ini, terangnya sebagai bagian untuk bantuan penambahan modal, sehingga bisa meningkatkan pelayanan bagi maskapai penerbangan yang satu-satunya memiliki sertifikat IOSA di Indonesia. “Tapi untuk pembagian sahamnya berapa besar untuk lokal dan berapa yang dijual ke asing, tunggu keputusan Menteri BUMN,” tambahnya.
Selain itu, Burhan menyampaikan, performance 2010 PT Garuda Indonesia memang mengalami penurunan dibanding 2009. Hal ini diakibatkan, krisis ekonomi dunia sehingga berdampak buruk terhadap industri penerbangan yang ada di dunia. Tapi, permasalahan ini tidak terlalu berimplikasi buruk terhadap posisi PT Garuda Indonesia.(ril)