Jenazah GM Tiba Hari Ini
11:07, 22/01/2011MEDAN-Kepergian Gerhad Mulia (GM) Panggabean menimbulkan kehilangan mendalam tokoh-tokoh pers Sumatera Utara. Salah satunya Drs H Muhammad TWH (77). Uniknya, salah satu tokoh pers di Sumut yang merintis karir di harian Mimbar Umum sejak tahun 1954 ini belum mengetahui kalau rekannya GM Panggabean telah berpulang.
“Masak beliau (GM Panggabean, Red) meninggal, kapan itu dan dimana,” tanyanya dengan nada keheranan
saat ditemui di rumahnya di Jalan Darussalam/Sei Alas No 6 Medan, pukul 21.00 WIB.
Wartawan POSMETRO MEDAN kemudian menjelaskan kalau pendiri dan pemilik Harian Sinar Indonesia Baru (SIB) itu meninggal di RS Mounth Elisabet Singapura Kamis (20/1) malam karena penyakit jantung yang sudah lama dideritanya.
Ayah 5 anak dan kakek 10 cucu ini langsung merasakan kehilangan seorang sosok yang dikaguminya itu. Muhammad TWH mengatakan, secara pribadi dirinya kurang akrab dengan GM Panggabean. Sewaktu dirinya menjadi wartawan Mimbar Umum sekitar tahun 1954, tugas peliputanya di Medan. Sedangkan GM Panggabean waktu itu adalah seorang wartawan Harian Waspada yang bertugas di Kabupaten Tapteng.
Meski demikian, ia mengakui GM Panggabean sebagai jurnalis yang gigih melaksanakan tugas kewartawanannya.
Sangkin gigihnya memperjuangkan informasi kepada masyarakat, GM Panggabean pernah dicari-cari kader PKI (Partai Komunis Indonesia) karena menulis. “Dulu mana bisa menulis berita sebebas zaman sekarang ini,” ujar Muhammad yang nadanya sudah mulai terbata-bata ini.
Karena kegigihan GM Panggabean dan kawan-kawannya menyajikan fakta yang benar, di masa Orde Lama PWI Sumut sempat dibekukan. Bukan hanya itu, beberapa surat kabar terbitan Medan, seperti Waspada, Mimbar Umum, dan surat kabar pernah dibredel selama 2 tahun. GM Panggabean dan wartawan lain pun sempat menganggur kala itu.
Mulailah GM Panggabean berpikir untuk mencari tantangan baru di Medan kemudian mendirikan Harian SIB. Dengan kegigihannya, Harian SIB tetap eksis hingga saat ini.
Menurut Dosen Jurnalis di Universitas Darma Agung tahun 1988 hingga 1993 ini, GM Panggabean sangat sulit ditemui oleh kawan sejawatnya. Hal itu dikarenakan, GM Panggabean itu berkonsentrasi penuh mengelola koran yang sudah didirikanya itu.
“Bayangkan, 24 jam beliau bekerja untuk menyajikan berita kepada masyarakat, semua dia (GM Panggabean, Red) yang handle berita,” ujarnya lagi.
Pengarang 24 buku tentang sejarah Indonesia dan sejarah jurnalis ini tidak terlalu mengingat lagi kapan terakhir bertemu GM Panggabean. “Kurasa udah 10 tahun lebih lah gak jumpa sama Pak GM. Bahkan kalau ada acara di PWI Sumut pun beliau jarang hadir,” ujarnya. “Aku sangat salut dan bangga sama beliau, dia adalah pelopor sekaligus wartawan senior,” ujar Muhammad TWH.
Dari rumah duka di Jalan Iskandar Muda, diketahui jenazah mendiang GM Panggabean tiba di Medan menggunakan pesawat carteran yang berangkat dari Bandara Changi di Singapura menuju Bandara Polonia Medan hari ini (22/1).
Direncanakan setelah Jenazah GM Panggabean tiba di bandara Polonia Medan akan disambut dengan acara doa oleh pemuka agama sebagai penghormatan sebelum diantarkan ke Rumah Duka di Jalan Iskandar Muda.
Sementara itu, dalam penyambutan jenazah GM Panggabean sejumlah kerabat terdekat GM Panggabean dan pihak keluarga telah mempersiapkan segala keperluan termasuk acara adat dan acara kerohanian.
Sejumlah kerabat dan tokoh terkemuka di Sumatera Utara juga telah mengirimkan papan bunga yang jajarkan di pinggiran rumah duka. Dari pantauan wartawan Sumut Pos, hingga sore hari terhitung 60 lebih papan bunga ucapan turut berduka cita.
Diantaranya dari Kapoldasu Irjend Pol Oegroseno, Kapoltabes Medan Kombes Pol Tagam Sinaga, Ketua DPRD-Sumut H Saleh Bangun, Wali Kota Medan H Rahudman Harahap, Ketua Komisi II DPR RI Chairuman Harahap, Kepala BPN Palangkaraya Mangapul Panggabean, Dandim Palangkaraya Letkol Inf Patar S Panggabean, DPP Partai Demokrat, DPD GAMKI Sumut dan sejumlah tokoh penting dan instansi lainya.
Immanuel Panggabean, anak keempat GM Panggabean yang ditemui di rumah duka mengungkapkan, waktu pengebumian masih menunggu kedatangan jenazah. “Belum dapat dipastikan, dimana dia akan dikebumikan dan kapan dikebumikan, karena masih menunggu jenazahnya, dan rencananya malam ini (21/1) keluarga di Medan akan rapat untuk membicarakan prosesinya dan proses acaranya,” ujar Immanuel.
Juru Bicara Keluarga GM Panggabean, Viktor Siahaan mengatakan, walau telah mencapai 82 tahun, dalam acara adat Batak, GM belum dapat dikatakan sebagai saur matua melainkan sari matua, karena masih ada anak GM yang belum menikah.
“Olo madah, Ibana kan Sari matua dope alana adong dope anak na naso marhasohotan. Jadi ndang pola martonggo raja (ialah, kan masih ada anak mendiang yang belum menikah jadi acaranya tidak pakai adat penuh/saur matua, Red),” ujar Viktor.
GM Panggabean meninggal dunia setelah menjalani operasi jantung pada pukul 2.30 waktu Singapura. Sekitar 2 jam usai operasi tersebut GM kembali ke dalam kondisi kritis sehingga dirujuk kembali ke Ruang ICU, Namun lagi-lagi belum ada perubahan sehingga operasi kembali dilakukan, pada pukul 9.30 WIB, pukul 21.30 GM meninggal dunia.(mag-1/mag-8)
—