Sumut Kembali Digoyang Gempa

11:48, 12/10/2009

Gunung Sitoli, Sumatera Utara digoyang gempa berkekuatan 5,4 skala richter (SR). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memastikan, gempa tersebut tidak akan menimbulkan gelombang tsunami.

Berdasarkan situs BMKG, gempa tepatnya terjadi pukul 07.59 WIB, Minggu (11/10). Lokasinya terletak di koordinat 0.28 LU – 97.29 BT dengan kedalaman 41 KM.

Pusat gempa berada di 117 km Barat Daya Gunung Sitoli, Sumatera Utara, 134 km Barat Laut Tanah Masa, 229 km Barat Daya Singkil baru, NAD dan 231 km Barat Daya Sibolga, Sumut.

Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I, Ridwar Kamil mengatakan, gempa yang terjadi di Sumut kemarin (11/9) tidak akan menimbulkan gelombang tsunami. “Gempa juga tidak terasa hingga ke Kota Medan,” ujarnya.
Menurutnya, terdapat skala Modiffied Mercalli Intensity (MMI) yakni intensitas gempa yang dirasakan atau dilihat oleh orang yang merasakan gempa. Skala MMI itu memiliki 12 tingkatan. Yaitu, Skala I MMI dimana getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luar biasa oleh beberapa orang biasanya yang berada di gedung bertingkat.

Skala II MMI dimana getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
Skala III MMI, dimana getaran dirasakan nyata dalam rumah, seakan-akan ada truk lewat.
Skala IV  MMI, dimana pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, jendela, pintu bergemerincing, dinding berbunyi karena pecah-pecah.

Untuk skala V  MMI, getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, jendela dan lainnya pecah, barang-barang terpelanting, pohon-pohon, tiang-tiang dan lainnya, barang besar tampak bergoyang. Sedangkan skala VI  MMI, getaran dirasakan oleh semua penduduk, kebanyakan terkejut dan lari ke luar, plester dinding jatuh dan cerobong asap dari pabrik rusak.
Skala VII MMI,  tiap-tiap orang keluar rumah. Kerusakan ringan pada rumah-rumah dan bangunan dengan konstruksi yang baik dan tidak baik, cerobong asap pecah dan retak-retak. Terasa oleh orang-orang yang naik kendaraan.

Skala VIII  MMI, kerusakan ringan pada bangunan-bangunan dengan konstruksi yang kuat.  Retak-retak pada bangunan yang kuat, dinding lepas dari rangka rumah, cerobong asap dari pabrik-pabrik dan monumen-monumen roboh, air menjadi keruh.
Skala IX  MMI,  kerusakan pada bangunan-bangunan yang kuat, rangka-rangka rumah menjadi tidak lurus, banyak retak-retak pada bangunan yang kuat. Rumah tampak agak pindah dari pondamennya serta pipa-pipa dalam tanah putus.
Skala X MMI, bangunan dari kayu yang kuat rusak, rangka-rangka rumah lepas dari pondamennya, tanah terbelah, rel kereta melengkung, tanah longsor di tiap-tiap sungai dan di tanah-tanah yang curam serta air bah.

Jika skala XI  MMI, bangunan-bangunan hanya sedikit yang tetap berdiri,  jembatan putus, terjadi lembah. Pipa dalam tanah tidak dapat dipakai sama sekali, tanah terbelah, rel kereta melengkung sekali.
Skala XII MMI dimana hancur sama sekali. Gelombang tampak pada permukaan tanah.  Pemandangan menjadi gelap.  Benda-benda terlempar ke udara.

Menurutnya, gempa sering terjadi karena penunjaman lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia selama ini terus terjadi sampai sekarang. Jika batuan pada lempeng Eurasia kuat menahan, terkumpul energi besar. Apabila suatu saat tak kuat menahan, energi tersebut lepas dan menjadi sumber kekuatan gempa. “Dari penunjaman lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia, terjadi pergeseran rata-rata tujuh sentimeter setiap tahun,” pungkasnya. (ila/net/jpnn)


YM

 
PLN Bottom Bar