Hanya Ditunggu Sang Nenek
11:40, 29/07/2010Raffa, Balita yang Jadi Korban Penganiayaan Ayah Kandung
Genap sudah sebulan Raffa mendapatkan perawatan intensif di RSUP H Adam Malik Medan. Kini kondisi bayi berusia lima bulan asal Sei Beluru, Kecamatan Meranti, Kabupaten Asahan, yang menjadi korban penganiayaan ayah kandungnya itu berangsur-angsur pulih.
Kesuma Ramadan, Medan
Saat dikunjungi wartawan Sumut Pos di ruang ICU anak lantai III, Rabu (28/7), terlihat sejumlah peralatan medis seperti selang infus dan mesin monitor untuk memantau perkembangannya masih melekat di tubuh bayi mungil itu.
Kasubbag Humas RSUP H Adam Malik Medan, Sairi M Saragih, melalui Wakil Kepala Ruang ICU anak, Yusnidar Nasri mengungkapkan, kondisi Raffa mulai membaik. Hal itu terlihat dari kondisi luka bakar yang mulai berkurang hingga 34 persen dibanding saat pertama masuk tepatnya (29/6) lalu yang mencapai 44 persen.
“Bahkan jaringan luka bakar yang dideritanya (Raffa) juga semakin membaik, tidak hanya itu saja Raffa kini tidak lagi mengalami demam, begitu juga albumin dan hemoglobin Raffa dalam keadaan normal,” terangnyan
Meskipun sudah banyak kemajuan, namun hingga kini Raffa tetap melakukan debridemen atau pembersihan luka bakar tiga hari sekali untuk kesembuhan luka yang dialaminya.
“Karena dia terus mengkonsumsi susu sebanyak 60 cc per tiga jamnya kini berat badannya juga mengalami peningkatan hingga 6,5 kilogram, dibandingkan waktu awal masuk RS Adam Malik sekitar 4 kilogram,” sebut Yusnidar.
Membaiknya kesehatan Raffa tak lain berkat doa dan ketabahan sang nenek yang setia menemani dirinya di rumah sakit tersebut. Saat ditemui di ruang tunggu pasien lantai IV RSUP HAM, nenek Raffa, Jumini( 48) terlihat masih sedih. Menurutnya, Raffa adalah saksi yang tersisa atas kekejaman yang telah dilakukan menantunya Sunaryo. Ketika menyebut nama Raffa, sebuah kenangan pahit seakan kembali menyelimuti hati dan pikiran Jumini.
“Setiap ada yang menyebut nama Raffa, maka aku akan mengingat kembali saat suami ku (Sulaiman) dan kedua anak kandung ku (Sunita dan Mulyani) tewas secara mengenaskan malam itu,” ucapnya berlinang air mata.
Bahkan pasca tragedi memilukan itu tak terlihat adanya bentuk pertanggung jawaban yang dilakukan keluarga menantunya.
“Hanya dua kali saja mereka mengunjungi Raffa itupun saat dia masih dirawat di Asahan sebulan yang lalu,” ungkapnya.
Tak hanya kehilangan orang-orang tercinta, dirinya kini juga harus rela kehilangan rumah akibat tragedi tersebut.
Untuk bertahan hidup, kini Jumini dan kedua anaknya yang tersisa harus tinggal di rumah familinya. Baginya tak banyak yang diharapkan selain kesembuhan sang cucu.
“Saat ini yang aku pikirkan adalah kesembuhan Raffa, dan aku berdoa semoga kakinya tidak diamputasi mengingat luka bakar di bagian kakinya cukup serius,” ujarnya.
Sebelumnya Raffa harus rela kehilangan pergelangan tangan kiri karena membusuk akibat luka bakar yang dideritanya. Harapan akhir Jumini saat ini adanya bentuk perhatian dan bantuan dari seluruh orang baik materil maupun doa yang bisa memberikan kesembuhan dan kesempatan kepada sang cucunya menikmati hidup yang lebih panjang. (mag-21)