Banjir Bandang tongging
11:05, 05/02/2011Jalur Darat Masih Putus
TONGGING-Sehari pasca longsor dan banjir bandang yang melanda kawasan Desa Tongging, Kecamatan Merek, jalur transportasi darat dengan desa tetangga, Sikodon-kodon, Silalahi Kabupaten Dairi, dan sejumlah desa lainnya, masih terputus.
Upaya Pemkab Karo melalui dinas Pekerjaan Umum (PU), dalam membersihkan tumpukan 8 titik longsor di badan jalan, belum membuahkan hasil yang maksimal. Sesuai keterangann
operator Back Hoe Loder, Rizon Tarigan dan Sadarman Tarigan kepada wartawan koran ini, tidak tercapainya target evakuasi sisa longsor, disebabkan faktor cuaca.
“Hujan deras yang menerpa kawasan Tongging kemarin, menyulitkan proses pengangkatan tanah disertai batu dan pepohonan. Ketika dilakukan pengerukan, bagian atas bukit, kembali terjadi longsoran kecil. Jadi upaya pembersiha ruas jalan menjadi sia-sia. Hanya tiga dari delapan titik longsor yang telah dapat dibersihkan,” ujar Rizon Tarigan, kemarin (4/2).
Hari ini, Sabtu (5/2) proses lanjutan pembersihan sisa longsor di ruas jalan Tongging-Sikodon, akan kembali di gelar.
Sementara itu, hingga kemarin sore, belum terlihat adanya tanda-tanda kehadiran Tim SAR dan Tim Medis di seitar lokasi kejadian. Hal tersebut sesuai keterangan warga setempat, semestinya sangat di butuhkan warga desa.
“Rasa trauma masih melekat erat pada diri kami. Kami butuh pemeriksaan kesehatan oleh pihak medis. Walau tidak ada korban luka yang serius, namun kehadiran mereka untuk memeriksa kesehatan semisal cek jantung, tensi, dan sebaginya, adalah pengobatan psikologis bagi warga. Penduduk juga masih khawatir akan banjir susulan,” ungkap R Situngkir.
Kadis Kesbang Linmas Pol Pemkab Karo, Drs Suang Karo Karo ketika dihubungi wartawan koran ini melalui telepon selularnya mengatakan, pihaknya akan melakukan koordinasi lebih lanjut dengan instansi terkait lainnya. “Kita akan lanjuti kebutuhan masyarakat sesuai laporan Camat Merek. Perbaikan sarana dan prasarana akan segera dilakukan,” ujarnya.
Sedangkan aktivitas warga kembali normal. Sebanyak 50 Kepala Keluarga (KK) warga Desa Tongging dari dua perkampungan yakni Perkampungan Gereja Katolik dengan Perkampungan Puskesmas yang diterjang kebanjiran hebat mulai melaksanakan kegiatan sehari-hari.
Warga mulai membenahi perladangan dan keramba yang rusak parah dihantam banjir bandang
“Ya, saya salah satu dari sekian banyak yang mengalami kerugian akibat banjir kemarin.
Keramba saya rusak, 5.000 ekor ikan saya lepas ke danau itu. Untungnya ikan-ikan itu belum besar, panjang ikanku itu masih sekitar 15 centi meterlah. Tetapi jika dihitung jumlah uangnya lumanyan juga itu,” papar Karim Galingging (54), pemilik kerambah.
Selain keramba, lading tomat, bawang dan sayuran gagal panenan. “Banyak yang gagal panenlah Pak. Sekarang mereka sudah kembali bekerja seperti biasanya. Kalau semalam, bah… masih repot ngurusin rumahnya masing-masing,” tambah Karim.
Kepala Desa Tongging Sinar Munthe (50) memastikan tidak ada korban jiwa. “Tidak ada korban jiwa. Sekarang aktivitas warga kembali seperti biasanya. Cuma dari petugas dinas Pekerjaan Umum saja yang bekerja memperbaiki tanggul yang rusak itu,” kata Sinar.
Diakuinya, banjir merupakan ’rutinitas’ yang melanda perkampungan Desa Tongging yang dikelilingi pegunungan tersebut. “Itu kejadian setiap tahun ada dan kebanjiran kali ini memang kejadian yang terbesar setelah kejadian tahun 2010 lalu kalau itu bah lebih besar dari sini,” ujar Sinar.
Ditambahkanya, kebanjiran yang terjadi di Desa Tongging tersebut akibat kurangnya daya serap Hutan disaat curah hujan meninggi dan disaat musim panas air danau itu menjadi berkurang. “Kalau musim Hujan akan ada banjir tetapi kalau musim kemarau, air danau pasti berkurang,” ujar Sinar
Jaya Arjuna : Banjir Bandang Tongging Disebabkan Tiga Faktor
Pengamat lingkungan hidup Sumut, Jaya Arjuna, menyoroti tajam banjir bandang di Desa Tongging. Dari kaca matanya, banjir di Kecamatan Merek itu disebabkan beberapa hal yakni, hulu Sungai Singumbang tidak mampu menampung debit air yang masuk dikarenakan hujan.
Kedu, terlalu banyaknya pohon yang ditumbang. Kemudian, kayu-kayu dari pepohonan itu menumpuk di aliran sungai tersebut. Dan dari tumpukan kayu-kayu itu, menjadi bendungan alami. Tapi tetap saja tidak mampu menahan aliran air yang ada.
Dan yang terakhir adalah kemungkinan terbesar adalah lantai dari hulu sungai sudah rusak. Dimana, lantai hulu sungai adalah tumpukkan humus, daun-daun yang jatuh, dan berumur puluhan bahkan ratusan tahun, sudah mulai tergerus sehingga tidak bisa menyerap air.
“Ada persamaan penyebab dengan banjir bandang di Bahorok beberapa waktu lalu,” kata Jaya Arjuna, kemarin.
Ada solusi yang harus dilakukan pemerintah, dalam hal ini Dinas Kehutanan Sumut untuk secara intens atau berkesinambungan melakukan pengecekan terhadap kawasan-kawasan hulu sungai. Bukan hanya di lokasi kejadian banjir bandang ini, tapi juga di daerah-daerah lainnya yang memiliki potensi timbulnya bencana.
“Ini tugas dari pemerintah, khususnya Dinas Kehutanan Sumut untuk melakukan pengawasan terhadap daerah-daerah aliran sungai yang ada di Sumatera Utara. Dan bukan hanya pengawasan, tapi juga sikap nyata agar bencana banjir bandang tidak lagi terjadi, atau minimal bisa terdeteksi dan diantisipasi. Seharusnya Dinas Kehutanan memiliki kajian nya sendiri,” tegasnya.(wan/mag-8/ari)
Air Terjun Sipiso-piso.Takjub adalah kalimat pertama yang terlintas ketika tiba di lokasi air terjun Sipiso-piso sungguh indah. Bayangkan sebuah air terjun yang mengalir deras terdapat dataran yang subur ditanami tumbuh-tumbuhan dan deretan pegunungan di atasnya..Saat memandang ke kiri air terjun kita akan menemukan panorama yang menawan. Air danau yang tenang yang sangat kontras dengan kucuran deras air terjun..Air terjun Sipiso-piso merupakan kawasan wisata yang terletak tidak jauh dari pemukiman masyarakat Desa Tongging Kecamatan Merek Provinsi Sumatera Utara.