Mengunjungi Stan TNI di HUT Kodam I/Bukit Barisan

08:55, 18/06/2009
Mengunjungi Stan TNI di HUT Kodam I/Bukit Barisan
HS PUTRA/SUMUT POS Seorang Prajurit TNI mempersiapkan senjata yang akan dipamerkan di Lapangan benteng, Medan, Rabu (17/6).

Pernah Bung Karno, Presiden Indonesia pertama mengingatkan kepada generasi muda untuk senantiasa mengingat sejarah. Sebab, bangsa yang besar adalah bangsa yang tak pernah meninggalkan akar
sejarahnya.

Indra Juli- Medan

Sebagai upaya untuk mengulang kembali sejarah perjuangan di Indonesia, Tentara Nasional Indonesia (TNI) membuka stan khusus di Lapangan Benteng Medan dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Kodam I/Bukit Barisan, Selasa (16/6). Tentu saja pameran ini menunjukkan beragam kekuatan TNI dan Kepolisian. Mulai dari peralatan berat hingga persenjataan khusus yang disertai dengan penjelasan yang rinci.

Di stan Angkatan Darat (AD) sebagai kekuatan di daratan Indonesia diwakilkan oleh Batalion Arteri Medan (Yon Armed). Terlihat perkasa Tank Canon terparkir di sana dengan dua replika hilir mudik dalam kendali dua orang prajurit. Sementara di tenda beberapa senjata mesin otomatis siap untuk memberi pengalaman baru kepada pengunjung.

Kekuatan TNI-AD lainnya, Batalion Infantri 100/Rider sebagai pasukan penembus hutan pun tak kalah meriah dengan pameran persenjataannya. Mobil PJJ yang kerap digunakan Komando Pasukan Khusus (Kopasus) lengkap dengan persenjataannya terpajang di sana. Dapat juga dilihat PRC, radio gendong yang menjadi alat komunikasi dalam pertempuran.

Sebagai kekuatan depan, pasukan Rider pun dibekali dengan Senjata Penembak Runduk (SPR) Stayer buatan Austria yang diperkuat kaliber 7,62 mm x 51 mm. Begitu juga dengan senjata MP5 A3 buatan Jerman, Dewo yang dilengkapi peredam suara, Reminton. Ada pula pelempar jangkar yang digunakan saat memanjat dinding ketika melakukan serangan penghancur. “Dewo ini kita gunakan saat serangan di dalam ruangan maupun malam hari sehingga musuh tidak mengetahui kedatangan kita,” jelas Prajurit Satu, Bambang di dampingi Prajurit Satu, TP Purba.

Sertu Sulaiman yang mengawal Alat Perlengkapan Khusus Penanggulangan Teror (Alakapsus Gultor) menjelaskan peralatan yang digunakan pasukan anti teror ala Yonif 100/Rider ini. Setiap pasukan pun dikawal oleh Alat Kesehatan. “Peralatan yang wajib kita bawa adalah hekting untuk memberi pertolongan pertama kepada pasukan yang terluka. Antisipasi menunggu penanganan lebih lanjut di rumah sakit oleh dokter,” jelas Sertu L Kartika dan Pratu Tri Sianto.

Di sebelahnya berdiri stan Batalion Arteri Pertahanan Udara (Yon Arhanud) dengan memamerkan Meriam 57 MM S60 T Alat Kendali Tembak (ATK) yang menjadi kebanggaan pasukan tempur angkatan udara ini. Di dalam stan terpajang Radar TDAR buatan Jerman 1992 yang siap memantau gerakan musuh.

Sementara untuk di udara, Angkatan Udara (AU) siap mengawal kedaulatan negara ini dengan 12 unit pesawat termasuk helipad. Di antaranya terdapat lima pesawat tempur yaitu SU-30 Super Falcon, F-16 Fighting Falcon, F5 Tiger, Hawk-100, dan A-4 Sky Hawk dalam bentuk replika dapat dilihat di sini.

“F5 Tiger merupakan pesawat Tempur Senyap (TS) dan disiagakan di Madiun begitu juga dengan SU-30 Super Falcon, F-16 Fighting Falcon. Hawk-100 merupakan pesawat Tempur Taktis (TT),” jelas Letnan Satu Admiral Baktiar S kepada Sumut Pos, Selasa (16/6). Tampak pula di sana patung seorang pilot lengkap dengan peralatannya.

Di stan Angkatan Udara (AU) kita dapat mengenal lebih jauh jenis senjata yang menjadi andalan pasukan katak ini. Salah satunya adalah pasukan penembak jitu (sniper) yang di film-film barat diidentikkan dengan marinir. Senjata mematikan 50 BMG buatan Afrika Selatan salah satu senjata khas mereka. Jangkauan mematikan 4000 meter dengan muatan lima butir kaliber 12 membuat senjata ini khusus membunuh musuh utama. Sebagai penangkal udara terpajang pula perlatan kuno SG 45 yang dijaga dua awak dengan fungsi menjaga ketinggian tembakan maupun arah putaran canon.

“Ini sudah tua dan suku cadangnya sudah tidak diproduksi lagi. Sekarang kita mengandalkan Holliser dengan kaliber 90 untuk menghalau serangan udara. Ada juga F Grade 10 dengan 40 laras,” papar Sersan Satu Roni Sugianto.

Untuk lebih lanjut, Sertu Roni Sugianto pun memutar DVD yang menampilkan dokumentasi pelatihan yang digelar TNI-AL di pantai Timur Indonesia. Dimulai dari pergerakan kapal-kapal dengan perencanaan yang matang. Kapal penghancur, DTR 80 sebagai kapal pengangkut, begitu juga kapal medis dapat diketahui bentuknya di situ. Di situ juga tampak dua kapal selam yang menjadi kebanggaan kita. “Sebenarnya kita punya tiga. Satu unit dijadikan museum di Surabaya,” tambahnya.

Polisi pun turut dalam menjaga keamanan di dalam. Untuk melaksanakan tugas itu, Polri diperkuat oleh Pasukan Gegana Anti Teror, SAR, juga Gegana Anti Bom. Dapat juga dilihat peralatan dari ketiga kekuatan Polri di atas. “Untuk teror kita akan melakukan penyerangan terencana untuk membuka negosiasi dan penyerangan darurat bila pintu negosiasi sudah tertutup dan musuh menembak. Untuk pasukan khusus ini kita langsung mendapat pelatihan dari instruktur SWAT Amerika begitu juga dengan persenjataan,” jelas Bripda M Abdu.

Besarnya tanggungjawab yang akan dipikul tak heran kesiapan fisik dan mental pun mutlak diperlukan untuk menjadi bagian dari kekuatan besar ini. “Masalahnya akan terjadi perpindahan dari dunia sipil ke dunia militer dengan agenda yang terencana. Jadi harus kuat secara fisik dan mental juga sisi akademisi tentunya,” jelas Letnan Dua, Syarifah.

Meskipun begitu, Letda Syarifah yang juga Kowat ini melihat besarnya animo masyarakat untuk menjadi pasukan pembela tanah air. Seperti halnya Febri (19) dan adiknya Reza (12) mengabadikan kenangan saat penyamaran menjadi TNI lengkap dengan senjata pilihannya. “Ini pengalaman pertama memegang senjata benaran jadi biar ada kenang-kenangan,” jelasnya. (*)


YM

Comments (1)

  1. guns says:

    mantabs……..gan
    majulah indonesia Q…….

 
PLN Bottom Bar