Makin Tua Makin Mahal
09:19, 04/04/2010H Tysna Bustanul Arifin SE MSi, Kolektor Sepeda Ontel
Dari sekian banyak merek sepeda ontel yang pernah beredar di Indonesia, barangkali hanya ada beberapa merek yang masih bertahan sampai sekarang, diantaranya Gazelle, Simplex dan Raleigh. Merk-merk tersebut sekarang sudah sulit untuk didapatkan. Kalaupun ada, paling hanya hitungan jari.
H Tysna Bustanul Arifin SE Msi satu dari sekian orang yang masih memiliki sepeda ontel. Wajar, lelaki yang bekerja di PT Pelindo I (Persero) Cabang Belawan ini ternyata seorang kolektor sepeda onthel.
Di rumahnya yang terletak di Kompleks Cemara Hijau Blok O Nomor 2, sedikitnya ada 14 unit sepeda ontel yang rata-rata berusia 50 tahunan. Saat wartawan koran ini mendatangi rumahnya, terlihat belasan sepeda ontel berwarna hitam terparkir rapi.
Ke-14 sepeda ontel yang dimilikinya merupakan hasil pencariannya ke sejumlah daerah di Indonesia. Ada yang dari Medan, maupun dari luar Sumatera Utara seperti Aceh, Riau dan daerah-daerah lainnya. “Untuk mendapatkan sepeda ontel, tidak jarang membuat saya mencari sampai ke luar kota. Tapi terkadang, saya tidak langsung ke tempat asal sepeda ontelnya, bisa juga melalui kawan yang membawakannya ke rumah saya,” ujar pria berkaca mata tersebut.
Tysna mengaku suka mengkoleksi sepeda ontel sejak tahun 2007 lalu. “Kebetulan saya memang suka mengkoleksi barang-barang yang antik. Ditambah lagi saat itu, dokter ‘memvonis’ saya terkena asam urat. Jadi saya disuruh banyak-banyak berolah raga,” beber bapak dari dua orang anak ini.
Sebenarnya, lanjut suami dari Hj Erlawati ini, secara rutin dia sering bermain tenis dan sering jogging. Namun kata dokter, itu saja tidak cukup. Demi mengikuti anjuran dokter, dia mencoba olahraga bersepeda.
“Tapi, secara tidak sengaja saya kenal dengan tetangga saya yang hobi dengan sepeda ontel. Lalu saya beli sepeda ontel. Dan dari situ saya mulai semakin jatuh cinta dengan sepeda ontel, sampai sekarang,” terangnya.
Saat itu, kata lelaki berusia 53 tahun ini, dia mulai berburu sepeda ontel. Mulai dari tahun pembuatan 1951 hingga tahun pembuatan 1956 dengan berbagai merek. Diantaranya, Gazelle ada enam unit, Simplex ada dua unit, Fongers dua unit, Soleks satu unit dan Raleigh tiga unit.
Mengenai harga, Tysna mengaku, harga sepeda oknthel koleksi beragam. Mulai dari Rp2 jutaan hingga Rp20 jutaan. “Tergantung merek, tahun pembuatan dan sebagainya. Yang terpenting, kalau sudah suka, berapa saja pun pasti di bayar. Apalagi kalau saya sudah melihat sepeda ontel, saya harus membelinya. Kalau tidak, akan terpikir terus,” bebernya kepada wartawan koran ini.
Menyikapi hobinya yang termasuk mahal ini, Tysna mengaku mendapat dukungan dari istrinya. “Istri saya nggak marah dan nggak pernah komplain dengan hobi saya ini. Kebetulan saya dan istri saya suka dengan barang-barang yang antik. Apalagi kalau sepeda ontel ini bisa seperti investasi. Harganya makin tua makin mahal,” ungkapnya lagi.
Dia mencontohkan, sepeda ontelnya merek Gazelle seri 9 buatan tahun 1951, pernah ditawar orang dari Jakarta, seharga Rp20 juta.(ade/mag-13)
Namun karena dia masih sayang dan suka dengan sepeda onthelnya itu, dia tak menjualnya. “Padahal, saya dulu membelinya hanya berkisar Rp6 juta. Tapi ada juga yang berani sampai Rp20 juta,” jelas pria yang menyandang titel S2 dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) tersebut. (ade/mag-13)
—-
Sering Kumpul di Lapangan Merdeka
Sepeda onthel tak hanya jadi pajangan di rumah bagi Tysna Bustanul Arifin. Pasalnya, sepeda onthel miliknya juga sering digunakan untuk touring bersama komunitas pecinta sepeda onthel yang sering ngumpul di Lapangan Merdeka Medan.
Hampir setiap Minggu dia ikut ngumpul bareng di Lapangan Merdeka Medan. Mereka tak sekadar ngumpul, tak jarang mereka sering informasi tentang perkembangan sepeda onthel dan menggelar touring ke berbagai daerah, seperti Binjai, Siantar dan daerah lainnya. Namun, katanya, tidak setiap touring dia ikut. Hal ini disebabkan kesibukannya di kantor yang tak bisa ditinggalkan.
“Malah, terkadang saat ada acara atau even-even di Medan, istri dan kedua putri saya selalu saya ajak,” ungkapnya. Seperti pada kegiatan Car Free Day di Jalan Gatot Subroto pada Minggu (28/3) lalu, dia membawa serta istri dan anaknya. “Yang paling sering saya bawa anak saya yang paling kecil. Kakaknya jarang mau ikut,” katanya.(ade/mag-13)
—-
Cat pun Masih Original
Usianya yang tua, membuat sparepart sepeda onthel semakin sulit dicari. Ini yang menjadi salah satu kendala yang dihadapi Tysna dalam menjalani hobinya. Karenanya, jika dia membutuhkan sparepart untuk memperbaiki dan merawat sepeda onthel koleksinya, dia terkadang harus mengakses internet dan menanyakan kepada teman sesama pecinta sepeda onthel.
Apalagi, semua sepeda ontel koleksinya masih terbilang original alias asli. Baik itu batang sepedanya, tempat duduk, rantai, lingkar dan bagian-bagian lainnya. “Catnya pun masih original. Yang tidak asli hanyalah pedal sepedanya saja, kalau aksesoris lainnya seperti bel/lonceng, lampu depan dan belakang, dinamo dan lainnya semua asli,” terangnya.
Menurutnya, sparepart sepeda onthel ini relatif mahal. Pasalnya, barang-barangnya memang sudah jarang dan nyaris tak ada lagi di Medan. Untuk lampu belakang saja, harganya bisa sampai Rp500 ribu. Belum lagi bel/lonceng sepeda, harganya bisa mencapai Rp2 juta hingga Rp6 juta.
“Jadi wajar kalau satu unit sepeda onthel ini bisa dijual sampai Rp20 juta. Tergantung tahun pembuatannya. Seperti sepeda saya Gazelle seri 11, ini keunggulannya pada batangnya, karena diduga ada kandungan emasnya. Makanya pada massanya, sepeda ini hanya dimiliki kalangan orang-orang berada,” bebernya.
Karenanya, menurut pria yang sempat menetap di Dumai sekira tahun 1977 sampai 1993 ini, dalam menjalani hobinya ini, tidak bisa dinilai dengan jumlah uang yang dikeluarkan. “Hobi adalah sebuah kepuasan, jadi tidak bisa diukur dengan uang,” ujarnya lagi.(ade/mag-13)
[ketgambar]SEPEDA ONTEL: Tysna berpose bersama sepeda ontel koleksinya merek Gazelle buatan Belanda tahun 1952, di rumahnya pada Jumat (2/4) lalu. // ANDRI GINTING/SUMUT POS[/ketgambar]
Beh sangat salut banget dengan mencitai sepeda langka dan unik, beh saya kesulitan untuk menjual sepeda-sepeda koe di kampoeng, barang kali babeh mu nambah koleksinya, semntara punya sepeda simplek, Hima, Phillip, Seagul, Grand Champion, Phonix, sekarang sepeda tak gantung sayang dari[ada rusak untuk diservice g ada modal, saya tak jual sebagian buat modal, barang kali Babeh minat.
Sekali lagi salut hidup Onthel
Boleh Hub:
Irwan Iryanto
Garut, 081 320 578 777
Trim Beh
Bpk. H. Tysna Bustanul Arifin
Saya tertarik dengan sepeda Gazelle tahun 1952 serie 940741 punya teman. Tapi saya bingung harganya berapa ya??karena saya ngga punya harga dipasarannya berapa jd saya susah nawarnya. Mohon saya bisa di kasih informasi tentang harganya….
Mohon apabila bapak mengetahui harganya dapat email ke saya (). Trima kasih