Membunuh Burung Ganti 30 Kali Lipat

07:40, 15/05/2010
Membunuh Burung Ganti 30 Kali Lipat

Taman Cemara di Komplek Cemara Asri

Di Komplek Cemara Asri Jalan Cemara Medan milik pengusaha H Anif Shah ada taman yang diberi nama  Taman Cemara. Taman ini berbeda dengan taman-taman lainnya yang ada di Kota Medan. Seperti apa?

Ari Sisworo, Medan

Ketika masuk ke area taman kita akan disuguhi sebuah taman yang melingkar seperti taman-taman kebanyakan lainnya. Tak jauh dari taman itu, ada satu lokasi yang menyerupai sebuah kolam Nah, kolam tersebut dikelilingi oleh pepohonan yang rindang. Dengan suasana seperti itu, membuat banyak pengunjung yang berdatangan. Bukan saja warga sekitar komplek, tapi juga banyak dari luar komplek.

Para pengunjung banyak berteduh di pinggir kolam, sembari menikmati nyanyian burung-burung bangau yang berterbangan di atas kolam tersebut. burung-burung tersebut, hilir mudik, di atas kolam tersebut. Seolah dikomando, ketika satu burung terbang dari satu dahan satu burung lainnya hinggap di dahan yang sama.

Ikan-ikan yang ada di kolam tersebut pun tak mau kalah. Seolah berlomba-lomba menarik perhatian pengunjung, sembari berebut makanan yang dilemparkan oleh pengunjung.

Menikmati suasana yang nyaman dengan aroma alam yang asri tersebut, semakin lengkap dengan adanya cemilan atau jajanan ringan. Untuk membeli cemilan atau jajanan-jajanan ringan, juga tidak perlu sampai keluar komplek. Karena, di sekitaran taman dan kolam tersebut banyak penjaja-penjaja makanan ringan yang selalu standby melayani para pengunjung yang datang.
Harga jajanan ringan yang ada juga sangat murah. Segelas es hanya Rp4 ribu saja, sebungkus pecal Rp7 ribu, minuman botolan Rp3 ribu.

Sayangnya, saat wartawan koran ini berkunjung ke taman tersebut sekira pukul 13.00 WIB, suasana belum begitu ramai. Baru ada empat gerobak penjual es, rujak serta minuman ringan dengan beberapa orang pembeli saja. Ada tiga penjual pecal serta seorang penjual minuman ringan, yang masih menunggu pembeli. Sesaat kemudian, baru terlihat beberapa pengunjung yang datang.

“Kalau hari biasa seperti ini, pukul 15.00 WIB baru ramai Bang. Kalau Hari Minggu, mulai pukul 13.00 WIB. Kalau sepinya sekitar pukul 20.00 WIB. Kalau ramainya lagi, saat ada perlombaan road race (balap sepeda motor, Red). Karena di samping kolam ini ada sirkuit balap,” ujar Toni, seorang penjual es dan rujak di sekitar taman tersebut sambil menunjukkan sirkuit balap yang dikatakannya..

Pria berdarah Tionghoa tersebut mengaku, saat hari Minggu, pengunjung yang banyak biasanya dari kalangan remaja. Hampir di sekeliling taman dan kolam, dipenuhi dengan para remaja-remaja yang pacaran.
“Ada yang muda, ada yang tua. Lebih banyaknya anak-anak muda yang pacaran,” kata pria berusia 32 tahun tersebut.

Pembicaraan antara wartawan koran ini dengan Toni terus berlanjut. Perlahan, Toni yang mengaku telah berjualan selama tiga tahun di kawasan tersebut menceritakan, dari aktivitas-aktivitas yang sering terekam. Bukan saja oleh Toni sendiri, tapi juga oleh petugas keamanan komplek tersebut.

Ternyata, aktivitas-aktivitas para kawula muda pengunjung taman dan kolam tersebut, menjurus ke hal-hal yang seronok. Dikisahkannya, secara pribadi saja Toni pernah melihat perbuatan mesum yang dilakukan oleh sepasang muda-mudi.

“Kadang nggak punya otak juga anak-anak itu. Siang-siang pun “gituan” di taman. Macam nggak ada lokasi lain saja,” ucapnya.

Pernah sekali waktu, petugas keamanan komplek tersebut mendapati satu pasangan muda-mudi yang berbuat mesum di taman tersebut. Dengan sigap, para petugas keamanan tersebut langsung menangkap dan mengamankan pasangan muda-mudi mesum tersebut.

“Yang penting waktu itu ketangkap sama satpam. Tapi tidak tahu lagi, karena langsung dibawa ke pos satpam,” kata pria yang tinggal di Jalan Selam 2 Kelurahan Sukaramai tersebut.

Ditambahkannya, semakin sore dan mendekati malam biasanya semakin banyak pula pasangan muda-mudi yang berdatangan. Masing-masing pasangan muda tersebut, sibuk mencari lokasi-lokasi yang dianggap aman.
“Di taman ini kan gelap, nggak ada lampu. Makanya banyak pasangan yang datang,” beber pria yang mengaku, enggan membuka toko atau sejenisnya seperti warga-warga Tionghoa lainnya.

Namun, dengan ramainya pengunjung tersebut, secara otomatis meningkatkan omset penjualannya. “Hari biasa bisa dapat Rp100 ribu. Hari libur atau hari merah, lumayan lebih banyak. Bisa Rp200 ribu sampai Rp300 ribu,” ungkap pria yang setiap harinya berjualan pada pukul 10.30 WIB tersebut.

Bukan itu saja, Toni juga menceritakan, burung-burung dan ikan-ikan yang berada di taman tersebut memang sengaja dilestarikan. Karena dengan adanya burung dan ikan-ikan di kolam membuat suasana semakin indah.

Dikatakannya, beberapa waktu lalu pernah seorang pengunjung, yang tertangkap tengah menembak salah seekor burung yang berterbangan di atas koalm tersebut. Setelah tertangkap, si pengunjung tadi diperintahkan untuk mengganti burung yang telah mati tersebut. Bukan hanya satu, pengunjung yang usil tersebut diperintahkan harus menggantinya sebanyak 30 kali lipat.
“Kalau tidak salah, gantinya 30 kali lipat. Kalau nggak dibawa ke kantor polisi,” tegas Toni. (*)

[ketgambar]BURUNG: Bangau putih, salah satu jenis burung penghuni taman di Komplek Cemara Asri. //istimewa[/ketgambar]


YM

Kata kunci pencarian berita ini:

 
PLN Bottom Bar