Abdillah Disambut Bagai Pahlawan

10:54, 03/06/2010
Abdillah Disambut Bagai Pahlawan
DISAMBUT: Warga mengerumuni Abdillah saat tiba di terminal kedatangan Bandara Polonia Medan saat tiba dari Jakarta setelah bebas bersyarat dari Lembaga Permasyarakat Suka Miskin Bandung, Jawa Barat, Rabu (2/6) .//ANDRI GINTING/SUMUT POS

Bos Damkar Meninggal

MEDAN- Mantan Wali Kota Medan terpidana kasus korupsi pengadaan mobil pemadam kebakaran (Damkar), Abdillah disambut ribuan warga di Bandara Polonia Medan, Rabu (2/6). Abdilah sempat menjalani masa hukuman dalam kasus korupsi di penjara Suka Miskin, Bandung, Jawa Barat.

Bertepatan dengan bebasnya Abdillah, bos perusahaan pemadam kebakaran (Damkar) yang divonis bersalah dan dihukum 18 tahun penjara oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), Hengky Samuel Daud, meninggal dunia, Selasa (1/6) malam di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan akibat menderita penyakit jantung. Pria yang menjadi biang sejumlah kepala daerah masuk bui termasuk Abdillah, menghembuskan nafas terakhirnya sekitar pukul 21.05 WIB Abdillah tiba di Bandara Polonia Medan menggunakan pesawat Garuda dengan nomor penerbangan GA 186 sekitar pukul 13.15 WIB. Tidak hanya sanak keluarga, sejumlah camat, lurah dan anggota DPRD juga terlihat dalam  penyambutan Abdillah di terminal kedatangan domestik Bandara Polonia Medan. Penyambutan kedatangan Abdillah memang bak penyambutan pahlawan yang usai berjuang, sehingga sempat mengakibatkan aktivitas di terminal kedatangan domestik padat.

Begitu tiba, Abdillah dan rombongan langsung disambut ribuan warga sudah menyemut. Ada yang memakai seragam ormas, OKP, tapi tak sedikit pula masyarakat biasa yang ingin menyaksikan mantan  Wali Kota Medan itu dari dekat. Abdillah terus tersenyum sambil mengucapkan salam kepada ribuan warga Kota  Medan yang mengiringi dan menyambutnya di sepanjang jalan yang dilalui rombongan Abdillah. Ada warga yang memeluk dan bersalaman.

Sejatinya dari bandara, Abdillah akan langsung ke Masjid As-Sholihin di Jalan Brigjen Katamso, sekalian berziarah ke makam ayahandanya, Saiyed Muhammad Bin Saiyed Ali Al Mahdali, di perkuburan warga Arab Kota Medan yang berada di belakang masjid tersebut.

Namun karena antusiasme warga yang begitu luar biasa, Abdillah tertahan hingga setengah jam lebih di bandara. Hal itu membuat Abdillah terharu. Dia tak henti-hentinya memeluk, cipika-cipiki dan mengucapkan  salam kepada siapa saja yang menyambutnya.

Didampingi calon Wakil Wali Kota Medan, T Dzulmi Eldin, Ketua Golkar Medan, Syaf Lubis, Ketua Pendawa Sumut, Ruslan, Ketua Jam’iyatul Washliyah Kota Medan, Yulizar Parlagutan Lubis, Abdillah kemudian masuk ke dalam mobil Toyota Alphard warna hitam BK 978 JH. Di dalam mobil telah menunggu isterinya, Hj Nanan Abdillah, ibundanya, Hj Rugaiyah dan sejumlah keluarganya yang lain.

Dari dalam mobil Abdillah terus melambaikan tangan, ribuan warga yang menyambutnya pun riuh. ”Abdillah bapak pembangunan, Abdillah bapak pembaharuan Kota Medan,” teriak warga. Bahkan tepat di pintu keluar bandara, puluhan anak-anak memajang spanduk besar warna kuning bertuliskan, ”Selamat Datang Drs H Abdillah Ak MBA, orangtua kami, ayah kami. Tokoh pembangunan Kota Medan. Namamu, jasamu, masih ada di dalam hati kami.”

Begitu keluar dari gerbang keluar Bandara Polonia, ribuan warga dengan mengendarai sepeda motor langsung menggiringi melintasi Jalan Imam Bonjol, Jalan Ir H  Juanda dan Brigjen Katamso, tepatnya di Masjid As Sholihin. Begitu turun, tangis ibu-ibu yang menyambutnya pun pecah. Salaman, pelukan dan cipika-cipiki pun berlanjut. ”Sabar ya, pak,” ujar puluhan ibu-ibu. Bahkan seorang nenek yang terlihat sangat renta, dengan bersusah payah dan tergopoh-gopoh berusaha mendekati Abdillah. Dengan penuh senyum dia memeluk nenek rentah tersebut. Tak jelas apa yang dibicarakan, tapi yang jelas nenek renta itu tak henti menyeka air mata.

Abdillah kemudian Salat Zuhur berjamaah di masjid tersebut dengan imam, Ustad Amhar Nasution. Usai salat, Abdillah dan rombongan segera beranjak ke belakang masjid untuk berziarah ke makam ayahandanya. Tapi langkahnya sekali lagi terhenti, warga Medan Maimun berbaris memanjang, kanan-kiri di gang menuju makam orangtuanya. Salaman, pelukan, cipika-cipiki pun terjadi lagi. Di makam orangtuanya, Abdillah ditemani istrinya tak henti-hentinya berdoa semberi menangis.

Akhirnya Abdillah didampingi T Dzulmi Eldin, Ustad Amhar Nasution dan beberapa kerabatnya tiba di makam untuk berziarah. Usai berziarah hendak kembali ke mobil, Abdillah kembali disambut warga. Sekali lagi, salaman, pelukan dan cipika-cipiki pun terjadi.

Di kediaman orangtuanya, Abdillah langsung dirangkul oleh sejumlah keluarga  yang sudah menunggu di rumah ibunya, Hj Rugaiyah. Ibunya langsung merangkul dan menciumnya. Di rumah itu sudah ada 100 anak yatim menunggu dan langsung Abdillah di tepung tawari.

Bersama anak yatim, dan dipimpin oleh ustadz, Abdillah berdoa dan untuk menjauhkan diri dari segala rintangan dan memudahkan langkahnya demi menjalani hidup dan kehidupan ini. Di rumah Jalan Intan No 61 L itu sejumlah tokoh penting sampai Wakil Gubernur Sumut, Gatot Pudjo Nugroho juga hadir di tempat itu. Bila di Bandara Polonia Medan sudah ada mantan Sekda Pemprovsu, Muhyan Tambuse maka di kediaman orangtua Abdillah, Gatot menghadiri sambutan kedatangan Abdillah.

Dalam pertemuan itu, kepada wartawan Wagub, Gatot Pudjo Nugroho mengatakan, sejak Pak Abdillah dihukum, hubungan silaturrahmi antara dia dan Abdillah terus berjalan, layaknya seperti abang dan adik.

“Setahu ada kabar bang Abdillah mau  pulang, saya sempat telepon kepada Bang Abdillah langsung, jadi kedatangan ini sebagai bagian dari silaturrahim antara adik dengan abangnya,” katanya.
Dia  mengakui, memiliki pandangan tersendiri atas kepribadian Bang Abdillah, dimana setiap pribadi memiliki ada tempat yang salah dan khilaf, sebagai manusia yang ada di bumi ini tak ada yang bersih. Karena, manusia yang bersih itu adalah nabi. Justru, manusia yang terbaik adalah manusia yang mengakui kesalahannya.

Keluarga Abdillah bersyukur atas kepulangan Abdillah. Istri Abdillah, Hj Nanan Abdillah menyampaikan ucapan syukurnya atas kepulangan suaminya dan bisa berkumpul kembali bersama keluarganya. “Saya hanya ucapkan Alhamdulillah wa Syukurillah atas pulangnya bapak, Alhamdulillah saya bahagi,” katanya singkat.

“ Kami semua bersyukur beliau (Abdillah) sudah bebas dan pulang ke Medan bersama kita kembali,”  kata adik Abdilla,  Said Muazar.

Muazar juga mengaku, keluarga akan melakukan syukuran atas kepulangan Abdillah ke Medan. Usai dari bandara dan ziarah ke makam orangtuanya, Abdillah berkunjung ke Masjid Raya Al Mahsun Jalan SM Raja Medan untuk melakukan salat dan sujud syukur.

‘’ Setelah kepulangan saya ini, langkah yang saya ambil selanjutnya kembali menjadi pengusaha,” papar Abdillah sembari tersenyum.

Saat ditanya soal Kota Medan, Abdillah menyebutkan, kalau semua masyarakat Kota Medan sudah sepakat untuk membangun kota ini. “Siapa yang nggak mau kota Medan ini maju. Jadi mari sama-sama pikirkan. Semua masyarakat harus punya tanggungjawab,” bebernya.

Bagaimana dengan pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Rahudman dan Dzulmi Eldin? “Nanti dulu ya. Abang belum bisa mengucapkannya. Yang terpenting, abang senang bisa melihat Umi (panggilan orangtuanya, Red) dan berkumpulan bersama keluarga lagi,” tuturnya.

Seperti diketahui Abdillah sebelumnya divonis empat tahun bui terkait kasus korupsi pengadaan mobil pemadam kebakaran dan APBD Kota Medan. Pengusaha asal Medan tersebut sejak 28 Agustus 2009 berada di Lapas Sukamiskin. Abdillah sempat dibui di Lapas Cipinang. Ia bebas bersyarat karena  sudah menjalani 2/3 masa hukuman dan berkelakuan baik di penjara.

Minta Uang Sama Abdillah Untuk Makan

Hengky Samuel Daud, bos perusahaan pemadam kebakaran (Damkar) yang divonis bersalah dan dihukum 18 tahun penjara oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), meninggal dunia Selasa (1/6) malam di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan akibat menderita komplikasi. Hengky menghembuskan nafas terakhirnya sekitar pukul 21.05 WIB.

Menurut Juru bicara KPK, Johan Budi, Hengky mengidap gangguan jantung dan liver. “Sebelumya sudah dua pekan dirawat di RS Pondok Indah karena penyakit tersebut,” ujar Johan kemarin (2/6).
Mengenai kasusnya sendiri, saat ini Hengky sedang dalam proses menunggu putusan kasasi di MA. Sebelumnya, oleh Pengadilan Tipikor pengusaha asal Sulawesi Utara itu dijatuhi hukuman penjara selama 15 tahun, denda Rp500 juta plus diperintahkan membayar kerugian negara Rp82 miliar.
Tak terima dengan putusan itu, Hengky pun mengajukan banding. Pada tingkat banding, Pengadilan Tinggi DKI Jakarta malah menambah hukumannya menjadi 18 tahun penjara. Sementara hukuman denda dan pengganti kerugian negaranya tetap.

Johan menjelaskan, dengan meninggalnya Hengky maka hukuman penjara yang dijatuhkan pengadilan batal demi hukum. Meski demikian, lanjut  Johan, KPK tetap akan berupaya menarik uang kerugian negara seperti diputuskan pengadilan. “KPK nanti akan melakukan upaya hukum untuk menarik uang pengganti (ganti rugi) sesuai putusan kasasi,” sambung Johan.

Seperti diketahui, Hengky Daud adalah bos di dua perusahaan damkar yaitu PT satal Nusantara dan Istana Sarana Raya. Kedua perusahaan milik Hengky itu menjadi rekanan banyak Pemda dalam proyek pengadaan Damkar. Berbekal radiogram dari Depdagri, Hengky menawarkan damkar miliknya ke para kepala daerah. Namun karena pembelian tanpa proses tender, sejumlah kepala daerah telah menjadi pesakitan akibat ulah Hengky. Abdillah dan wakilnya, Ramli Lubis, masuk bui juga karena terkait ulah Daud.

Saat ditahan di Polda Metro Jaya, hubungan Daud dengan Abdillah cukup baik karena berada dalam satu blok. Pada 6 Agustus 2009 silam, kepada koran ini di tahanan Polda Metro Jaya, Daud pernah bercerita, dalam kasus Damkar Medan, dirinya sama sekali tidak pernah memberikan uang cash back ke Abdillah. “Saya tidak pernah ngasih duit ke Pak Abdillah. Sama sekali tidak pernah. Pengadaan di Medan itu prosesnya benar-benar dari bawah,” terang Daud saat itu.

Hanya saja, Daud tidak mau menyebutkan siapa saja pejabat di Pemko Medan yang kecipratan uang hasil keuntungan menjual Damkar di Pemko Medan. Daud menjelaskan, Damkar di Pemko Medan tidak ada kaitannya dengan radiogram. Katanya, jenis Damkar merk Morita bertangga tinggi yang dibeli Pemko Medan tidak disebutkan di radiogram.

Informasi yang diperoleh koran ini, Daud sempat meminta maaf kepada Abdillah. Abdillah sendiri bermurah hati kepada Daud. Kalau Daud ingin makan ‘enak’, seringkali Abdillah mengulurkan tangannya. Apa Daud sudah bangkrut sehingga tidak mampu membeli makanan enak? “Semua rekening pribadi saya diblokir KPK. Saya tak pernah pegang duit. Kalau Abang berkenan, boleh saya minta uang untuk makan?” ujar Daud mengiba. Begitu diberi Rp50 ribu, berkali-kali dia mengucapkan terimakasih. “Bisa buat makan dua hari,” ujarnya enteng. Pihak keluarganya pun jarang membesuk, karena ada pihak luar yang katanya memberi informasi menyesatkan ke istrinya. “Saya difitnah punya istri lagi,” cerita pria yang tak lagi segagah sewaktu masih jaya itu. (her/ril/rud/sam)


YM

Kata kunci pencarian berita ini:

Comments (4)

  1. PC.IPNU ASAHAN says:

    selamat datang pak abdillah………..
    pak syamsul jangan tinggalkan kami…………

  2. MORDONG says:

    RIHATIN BACA BERITA TENTANG DAUD!

  3. Hermanto sinaga says:

    Aneh ya rakyat kita ini,koruptor koq di sambut bak pahlawan

  4. waldus saragih says:

    slamat..datang.pahlawan pembangunan kota medan..kami akan trus mendukungmu

 
PLN Bottom Bar