SBY: Benahi Infrastuktur Toba

11:09, 19/01/2011
SBY: Benahi Infrastuktur Toba
PENGHARGAAN ADAT: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Letjend TB Silalahi (kiri) menerima penghargaan adat dari 6 sub-etnis Batak di Balige, kemarin (18/1).//Cosmas/Metro Tapanuli/SMG

Pesawat Kepresidenan Goyang saat Mendarat

BALIGE- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akhirnya resmi menerima gelar Patuan Sorimulia Raja dan ibu Ani Yudhoyono bergelar Naduma Harungguan Hasanyangan. Gelar ini diberikan Pemuka Adat Angkola melalui Tawari Siregar dalam kunjungan kenegaraan SBY ke Desa Pagar Batu, Kecamatan Balige, Toba Samosir, Senin (18/1).
Presiden juga meresmikan Museum Batak yang pendiriannya digagas Letjen (Purn) TB Silalahi. Selain itu, secara simbolik meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan I di Desa Ambar, Kecamatan Pintu Pohann

Meranti, serta Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi di Desa Simangkuk, Porsea.

Dalam sambutannya, secara khusus presiden meminta semua pihak terkait segera memperbaiki Bandara Silangit dan meningkatkan infrastruktur jalan menuju kawasan Danau Toba. “Sehingga wisatawan dari luar negeri bisa lebih leluasa berkunjung ke Danau Toba. Selain itu, infrastruktur kelistrikan juga harus ditingkatkan untuk menghidupkan seluruh kawasan di Danau Toba,” kata SBY.

Permintaan Presiden SBY agar Bandara Silangit diperbaiki, terkait kedatangan rombongan di Bandara Silangit di Kecamatan Siborong-borong, Tapanuli Utara. Saat akan mendarat, pilot pesawat kepresidenan Garuda Indonesia Boeing 737-500 harus berjuang menembus kabut di Bandara Silangit. Pesawat sempat goyang-goyang.

Berangkat dari Bandara Halim Perdanakusumah sekitar pukul 07.30 WIB rombongan tiba di Bandara Silangit sekitar pukul 09.45 WIB. Saat mendarat, sang pilot mengerem habis pesawat. Para penumpang terdorong ke depan dari posisi duduknya, kepala mereka sampai tertunduk ke bawah. Pesawat kepresidenan mendarat pas-pasan di ujung landasan yang memang agak pendek.

Keadaan ini menghebohkan dan mengagetkan rombongan SBY. Kaki wartawan televisi swasta yang ikut rombongan bahkan sampai terasa bergetar akibat insiden itu. Rombongan pun terlihat syok.

Menpora Andi Mallarangeng sempat ke toilet setelah mendarat. Andi sempat memberi kode dengan tangannya jika kondisi pesawat seperti mobil yang kebut-kebutan di jalan. “Kaya bawa mobil, remnya dikocok-kocok,” komentar Andi singkat sambil tertawa-tawa.

Dari Wikipedia, disebutkan Bandara Silangit Siborong-borong merupakan salah satu dari 7 bandara di Propinsi Sumatera Utara dengan letak di tengah-tengah antara 8 kabupaten di sekitar Kawasan Danau Toba. Bandara ini memiliki ukuran landasan pacu 1.600 m x 27 m. Jarak dari pusat kota sekitar 7 km.

Bandara dibangun di masa penjajahan Jepang, dan pembangunan kembali dilakukan tahun 1995-1997. Pada tahun 2003-2004, akhirnya bandara itu memiliki landasan pacu 1.600 meter. Pada 2005, pengoperasian Bandar Udara Silangit diresmikan oleh Presiden SBY. Landas pacu bandara ini sebenarnya mampu didarati pesawat badan lebar sejenis Boeing. Namun harus mengurangi bagasi dan bahan bakar.

Istana Tarik Pernyataan SBY Bermarga Siregar

Sementara itu, acara pemberian gelar berlangsung dalam suasana panas terik di kawasan Balige. Acara dimulai dengan pemberian pakaian kebesaran adat batak dari lima puak atau sub-etnis batak yakni, Batak Toba, Karo, Simalungun, Mandailing dan Pakpak Dairi. Satu per satu perwakilan pemuka adat menyematkan pakaian adat mereka.
Presiden SBY dan Ani Yudhoyono berdiri di tengah arena Museum Batak sambil mengenakan pakaian tersebut.

Masing-masing sub-etnis memiliki cara khas, mulai dari kain ulos hingga senjata tradisional berlapis emas. Berbagai tarian khas Batak juga mengiringi penyematan baju adat ini. Ratusan warga yang menyaksikan acara tampak antusias.
Giliran sub-etnis Angkola, suasana lebih berbeda. Sang pemuka adat Batak Angkola melalui Tawari Siregar, terlebih dulu mengucapkan petuah dalam bahasa mereka. Lalu dia meneriakkan gelar kehormatan bagi SBY dan Ani Yudhoyono.

“Dr Susilo Bambang Yudhoyono, Patuan Sorimulia Raja, Ani Yudhyono, Naduma Harungguan Hasayangan,” teriak si pemuka adat.

Setelah itu, teriakan “Horas… Horas… Horas…” terdengar dari pemuka adat. Seluruh hadirin di yang memadati museum Batak ikut berteriak pula.
“Horas” tiga kali.

“Kami para tokoh adat tak mau berpolitik. Tidak ada pemberian marga. Lebih baik mengejar itik daripada berpolitik. Penghargaan ini hanya penghormatan kepada bapak SBY sebagai tamu agung yang datang ke daerah kita,” kata tokoh adat bergelar Mangaraja Tenggo.

Dalam sambutannya, SBY menyarankan pembangunan studio animasi tiga dimensi di Museum Batak untuk lebih bisa menarik minat wisatawan. “Jadi siapapun yang menyaksikan tayangan itu, mudah-mudahan menjadi pintu gerbang sebelum keliling menikmati keindahan Danau Toba,” kata SBY.

SBY berharap, Museum Batak benar-benar menjadi replika peradaban suku Batak dan pusat dokumentasi masa silam. “Tapi Museum Batak ini harus diperkuat dengan informasi dan koleksi yang lebih banyak lagi,” katanya.

Secara khusus, presiden meminta semua pihak terkait segera memperbaiki Bandara Silangit dan meningkatkan infrastruktur jalan menuju kawasan Danau Toba. “Sehingga wisatawan dari luar negeri bisa lebih leluasa berkunjung ke Danau Toba. Selain itu, infrastruktur kelistrikan juga harus ditingkatkan untuk menghidupkan seluruh kawasan di Danau Toba,” kata SBY.

Dalam kesempatan itu, SBY juga meresmikan (PLTA) Asahan I berkapasitas 2×90 MW di Desa Ambar Kecamatan Pintu Pohan Meranti, Tobasa dan Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi 275/150 KV berkapasitas 1×250 MVA di Desa Simangkuk, Kecamatan Porsea, Tobasa. Peresmian itu turut disaksikan Dirut PLN, Dahlan Iskan.

SBY yang mengenakan kemeja warna biru juga menyinggung banyaknya perbukitan yang gundul. “Saya melihatnya jadi kurang indah. Untuk itu program penanaman 1 miliar pohon setiap tahun harus dilakukan agar kawasan Danau Toba hijau. Saya menyumbangkan 100 ribu pohon kepada gubsu, wali kota, dan bupati, untuk ditanam agar lingkungan di sekitar Danau Toba makin hijau dan sehat,” tambahnya.

SBY juga mengingatkan agar masyarakat suku Batak bersatupadu dalam mewariskan tradisi dan adat istiadat leluhur. SBY juga mengingatkan agar mengenang dan mengimplementasikan perjuangan pahlawan Sisingamangaraja. “Sisingamangaraja dikenal tangguh karena berani melawan kolonial. Karena itu juga perjuangan Sisingamangaaja dikenal hingga ke luar Batak seperti ke Aceh. Beliau gugur demi tanah leluhur dan rakyatnya. Perjuangan beliau tercatat dalam perjalanan kemerdekaan Indonesia,” ungkap SBY.

Dalam rilis yang diterima wartawan dari panitia melalui Biro Pers Istana dituliskan, gelar kehormatan SBY, Dr H Susilo Bambang Yudhoyono Siregar, gelar Patuan Sorimulia Raja. Patuan artinya, gelar kehormatan tertinggi Batak Mandailing, dalam bahasa Indonesia artinya Paduka Tuan. Sori artinya memberikan kemakmuran, keteladanan dan kenyamanan. Mulia artinya dihormati atau dimuliakan. Raja artinya pimpinan dalam acara adat.

Untuk Ibu Negara, Ani Yudhoyono, dituliskan dalam rilis itu, ‘Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono Pohan, gelar Naduma Harungguan Hasayangan’. Naduma artinya gelar kehormatan bagi istri atau permaisuri. Harungguan artinya kesatuan, dan Hasayangan panggilan dan penyayang kepada sesama.

Tetapi tadi malam, pihak istana meralat bila Presiden SBY mendapatkan tambahan marga ‘Siregar’ dan Ani Yudhoyono mendapatkan ‘Pohan’. Menurut juru bicara istana, Julian Pasha, SBY mendapatkan gelar Patuan Sorimulia Raja. “Gelar tersebut tanpa disertai nama marga di Sumatera Utara,” ujar Julian.

Aman dan Lancar

Secara umum, kunjungan Presiden SBY ke Balige, Kabupaten Toba Samosir untuk meresmikan Museum Batak, sekaligus pemberian gelar kehormatan, berlangsung aman tanpa kendala berarti.
“Alhamdulillah, kunjungan Presiden dan semua kegiatan berjalan lancar tanpa ada kendala serius,” ujar Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Hery Subiansaori, Selasa (18/1).

Terkait beberapa aksi unjukrasa sejumlah elemen masyarakat saat Presiden melakukan kegiatan, menurut Hery, itu hal biasa dan masih dapat diterima. “Memang ada beberapa kelompok masyarakat yang berunjukrasa tetapi masih dalam tahap damai. Aksi mereka diterima sebab menyampaikan aspirasi merupakan hak setiap warga yang telah diatur di dalam Undang-undang,” ucap Hery.

Ditegaskannya, selama demonstrasi yang dilakukan beberapa kelompok masyarakat tetap menjunjung etika dan Polisi mengawasi secara persuasif. “Berbeda halnya jika unjukrasa dilakukan secara anarkis maka pihak keamanan pasti melakukan tindakan tegas terarah, “ cetu Heri. (bbs/cos/smg/jul/mag-1)


YM

 
PLN Bottom Bar