Bengkel Bumi di YPSA

10:16, 19/01/2011
Bengkel Bumi di YPSA
OLAH KOMPOS: BBC bersama guru pembimbing saat mengolah sampah menjadi kompos. Saat ini BBC ingin menghasilkan kompos untuk dicoba, jika berhasil akan dipasarkan.//sazaly/sumut pos

Pernah mendengar nama Bengkel Bumi Club (BBC)? Klub yang fokus terhadap lingkungan ini belum setenar klub-klub berbasis lingkungan tingkat nasional yang ada di Indonesia. Tapi, niatnya layak
diacungi jempol.

Adalah Rahmi Permata Sury, pendiri klub tersebut. Rahmi merupakan siswa kelas XI Upper Secondary (US) SMA YPSA. Awalnya, Rahmi merupakan seorang siswa SMA YPSA yang terpilih berikut 5 orang temannya untuk mengikuti Forum Pelajar Indonesia di Jakarta baru-baru ini.

“Di sana kami bukan berdebat, melainkan berdiskusi tentang beberapa kasus yang sangat penting. Dan saya memilih kasus Go Green, karena saya rasa ini akan bisa diterapkan di sekolah dan lebih gampang. Untuk menyehatkan bumi tak harus melakukan hal yang susah-susah, yang penting niatnya sudah ada,” ujarnya Selasa (18/1).

Gadis kelahiran Rantau Parapat 29 Maret 1994 ini mengatakan, saat ini banyak yang telah dlakukan BBC yang kini beranggotakan 46 siswa dan 2 di antaranya mahasiswa. “Kami tak hanya mendaur ulang sampah untuk dijadikan karya seni, tapi kami juga berusaha membuat hasil yang maksimal dari apa yang menurut kami sangat mudah dilakukan namun, tak banyak yang memanfaatkannya. Seperti mengolah kompos,” jelasnya.

Si sulung dari 3 bersaudara pasangan Taufik Rahim Lubis dan Leli Suryani ini mengatakan, setelah mengkuti kegiatan di Forum Pelajar Indonesia tersebut, pihak panitia tetap memotivas mereka untuk terus menyinambungkan kegiatan-kegiatan yang telah mereka mulai. “Kami bisa bertanya apa yang harus kami lakukan jika mengalami masalah. Mereka juga terus memberikan dukungan-dukungan secara moril,” ujar Rahmi.

BBC juga telah sering mengikuti kegiatan-kegiatan sosial seperti penanaman pohon secara massal. “Kami pernah mengikuti penanaman pohon yang diprakarsai Jasaraharja dalam menanam Pohon Bakau.
Di sana tak hanya siswa yang ikut ambil bagian tapi juga mahasiswa,” katanya.

Menurut Rahmi, BBC kerap ngumpul di sekolah setiap Sabtu pada pukul 12.00-14.00 WIB. “Pada waktu itu kami tak hanya membahas apa yang sedang uptodate tentang go green.

Tapi kami juga menghasilkan prakarya seperti menjadikan kelopak jagung menjadi rangkaian bunga,” jelasnya.
BBC saat ini telah memiliki guru pembimbing yang khusus untuk berkonsultasi.
Rahmi berharap, BBC mampu meraih prestasi seperti Keluarga Angklung SMA Negeri 3 Bandung. “Sejak 1988 hingga saat ini mereka masih bisa eksis hingga tingkat internasional,” tuturnya. (saz)


YM

Kata kunci pencarian berita ini:

 
PLN Bottom Bar