Situasi Mesir Makin Kacau

10:25, 01/02/2011
Situasi Mesir Makin Kacau
KELUAR DARI MESIR: Sejumlah orang menunggu jadwal penerbangan di Bandara Internasional Kairo, Mesir, kemarin (31/1). Sekitar 400 warga Sumut juga segera dievakuasi dari negara yang sedang bergejolak itu.//AFP PHOTO/MIGUEL MEDINA

Garuda-Lion Jemput WNI

MEDAN-Sekitar 400 warga Sumatera Utara yang ada di Mesir akhirnya dievakuasi. Mereka akan dibawa bersama seluruh warga negara Indonesia (WNI) di negara itu yang berjumlah sekitar 6.149 orang menggunakan boeing 747-400 milik maskapai Garuda Indonesia dan maskapai Lion Air dan Airbus A 320 milik Batavia Air. “Pesawat akan diberangkatkan malam ini,” ujar Kepala Komunikasi Publik Kemenhub, Bambang S Ervan tadi malam.

Kepastian evakuasi itu didapat setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menggelar rapat terbatas di Kantor Presiden, kemarin (31/1). Rapat diikuti antara lain Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Mensesneg Sudi Silalahi, Menlu Marty Natalegawa, Menhan Purnomo Yusgiantoro, Menkeu Agus Martowardojo, Mendiknas M Nuh, dan Panglima TNI Agus Suhartono.

Selain melakukan evakuasi udara untuk kembali ke tanah air, pemerintah juga memberikan pengamanan, penyelamatan, bantuan logistik bagi WNI di Mesir. “Pemerintah telah membentuk satuan tugas yang dipimpin oleh saudara Hassan Wirajuda (anggota Wantimpres, Red),” kata SBY dalam keterangannya usai memimpin rapat.
Penunjukan Hasan tersebut didasari atas pengalaman mantan Menlu itu yang pernah bertugas di Mesir SBY juga menunjuk Wakil KSAU Marsekal Madya Sukirno sebagai wakilnya untuk tugas evakuasi tersebut.

Proses evakuasi dilakukan dengan menggunakan pesawat angkut, dari maskapai Garuda Indonesia maupun non-Garuda. “Kalau perlu malam ini (tadi malam, Red) berangkat ke Kairo,” kata SBY. Bekal logistik juga disiapkan oleh pemerintah dalam evakuasi itu.

SBY menuturkan, pelaksanaan misi tersebut menggunakan keuangan dari negara. “Satgas ini bertanggung jawab kepada Presiden dan menteri terkait wajib melaporkan supervisinya,” kata SBY.
Data kementerian luar negeri menunjukkan, saat ini terdapat 6.149 WNI berada di Mesir. Mereka di antaranya terdiri 4.297 mahasiswa dan pelajar dan 1.002 TKI. Sisanya merupakan WNI yang memang berdomisili di Mesir, termasuk staf Kedutaan Besar RI di Mesir dan keluarganya.

Menlu Marty Natalegawa menambahkan, pihaknya sebelumnya sudah menyiapkan rencana penyelamatan. Pesawat dan personel yang akan melakukan evakuasi itu juga sudah disiapkan. “Sekarang yang harus diperoleh adalah flight clearance atau izin pendaratan dari Kairo,” tuturnya usai mengikuti rapat.

3 Safe House dan 20 Posko Evakuasi

Kepala Seksi Direktorat Timur Tengah Bambang Purwanto sambil menunggu kedatangan tim dari Indonesia, pihak KBRI Kairo sudah melakukan persiapan-persiapan. Diantaranya, dengan mendirikan 20 posko evakuasi dan tiga titik safe house. Posko evakuasi itu disebar di seluruh Mesir.

Sementara untuk safe house itu berada di KBRI Kairo, di sekitar Universitas Al-Azhar, dan di kawasan Nasser City. Pihak Kemenlu berharap para WNI bisa menuju ke tiga safe house itu. “Tapi harus dengan pertimbangan keamanan,” jelas Bambang.

Sementara di posko darurat di Kemenlu, Bambang mengatakan menerima ratusan telepon dari warga yang memiliki anggota keluarga di Mesir. Baik itu yang sedang bekerja maupun belajar. Dalam telepon tersebut, rata-rata menanyakan kondisi keluarga yang ada di Mesir. “Selama ini masih aman. Belum ada laporan yang negatif,” jelas Bambang.

Beberapa warga yang menelpon juga berharap, pihak Kemenlu segera melakukan proses evakuasi. Mengingat, negara-negara lain sudah lebih dahulu melakukan proses evakuasi. Menurut keterangan dari pihak Kemenlu, proses evakuasi ini akan dilakukan langsung memulangkan WNI dari Mesir ke Indonesia. Tidak transit ke negara tetangga Mesir yang lebih aman.

Bambang mengatakan Kemenlu belum bisa memastikan up date kondisi 370 wisatawan Indonesia yang sudah terlanjut tiba di Kairo. “Informasi terakhir mereka masih di airport,” jelas dia. Bambang menjelaskan, komunikasi telepon antara RI dengan Mesir sudah tersambung, meskipun sangat sulit.

Keluarga Resah

Keluarga mahasiswa dan pelajar asal Sumatera Utara sempat risau mendengar kerusuhan di Mesir. Salah satunya adalah pasangan Diapari Siregar dan Ratna Mauli Lubis. Warga Delitua, Deliserdang ini memilik dua anak yang sedang kuliah di Universitas Al Azhar, Kairo, yaitu Abuzar Al Qitari Siregar dan Hafizah Siregar. Sejak dua hari terakhir, keluarga tidak mengetahui nasib keduanya.

Berangkat dari kecemasan ini, puluhan keluarga yang memiliki anak kuliah di Mesir, bertemu di Mesjid Bengkok, Jalan Masjid, kawasan Kesawan, Kecamatan Medan Barat, kemarin siang. Dalam pertemuan tersebut, para orangtua meminta pemerintah segera mengevakuasi para mahasiswa dan pelajar dari Mesir ke tanah air.

“Kami tidak tahu bagaimana nasib anak kami di Kairo. Kami cuma bisa nonton televisi. Biasanya kalau tidak menelpon, kontak melalui situs facebook. Kini apa pun komunikasi dilakukan, putus semua,” ungkap Ratna menangis.
Kecemasan sama juga diungkapkan Zaini Hafiz (56) warga Jalan Brigjen Katamso Medan. Anaknya Badrul Lail (20) yang kuliah di Fakultas Syariah Islamiyah Al Azhar Kairo, sejak rusuh di Mesir tak pernah mengontak dirinya lagi. “Biasanya dua hari sekali dia kontak memberi kabar. Tapi sejak Kamis lalu tak ada kabar beritanya,” ujar Hafiz cemas.
Sementara itu Zainudin yang pernah menjadi mediator keberangkatan mahasiswa asal Medan menyampaikan, ada sekitar 400 mahasiswa berasal dari Sumut belajar di Mesir, 200 diantaranya berasal dari Medan. “Kebanyakan mereka belajar di Universitas Al Azhar Kairo. Hingga kini belum ada satu pun kontak yang menyatakan ada mahasiswa kita yang jadi korban,” tukas Zainudin yang juga pernah belajar di Al Azhar Kairo.

Keresahan juga melanda warga Sumut di wilayah lain. Di Asahan Fatima Yanti (51) janda beranak tiga yang menetap di Jalan Husni Thamrin Gang Keluarga No, 5 Kisaran, menangis sambil memegang foto Fadil Khouf Siagian (25). Putra pertamanya yang sedang belajar di Universitas Al Azhar di Karo itu tidak juga bisa dihubungi.

“Sejak kerusuran melanda Mesir, kami kehilangan kontak,” ucap Fatima sambil menitikkan air mata.
Kecemasan, terhadap keselamatan jiwa anaknya terpancar dari wanita yang menggantungkan hidupnya dari mengajar mengaji ini. “Dianya tumpuhan hidup keluarga nantinya,” ujarnya. Berbekal Hafiz Al-Quran, 10 Zus dan uang Rp8,5 juta, Khouf yang lulus dari Pesantren Bina Ulama binaan Al Ustad KH Alimuddin Siregar berangkat ke Mesir pada 2006.

Ustad H Sofyan Karim Lc dan istrinya Hj Wildan yang tinggal di jalan Cemara Kisaran, juga mengatakan hal yang sama. Mereka mencemaskan nasib M Rasyid Ridho putra pertamanya dari lima bersaudara. “Rasyid berangkat kuliah ke Al Azhar pada tahun 2006 sejak lulus dari Pesantren Modren Daar Al Uluum (PMDU) mengikuti jejak ayahnya yang lulus dari Al Azhar Cairo beberapa tahun yang lalu, cetus Hj Wildan.

“Beberapa hari yang lalu medapat kabar, dirinya (Rasyid) bersama warga Indonesia lain berkumpul di kantor KBRI. Namun hingga hari ini belum mendapat kabar perkembangan situasi sebenarnya,” ungkap Sofyan Karim

Pemerintah Provinsi juga sudah meminta pemerintah pusat segera menyelematkan mahasiswa asal Sumut di Mesir. “Bila kondisi Mesir semakin buruk, kami minta dengan tegas agar segera di deportasi ke Indonesia untuk sementara waktu,” pinta Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu), Gatot Pudjo Nugroho.

Bila pemerintah pusat masih lambat bergerak, Pemprovsu melalui pos peduli Sumut akan mempertimbangkan anggaran dan mengambil langkah-langkah penyelamatan sendiri.

Juru bicara sekaligus panitia keberangkatan mahasiswa asal Sumut ke Mesir, H Zainuddin mengatakan, sejak munculnya kerusuhan di Mesir ini, banyak warga Indonesia terkurung di Asrama ataupun tempat tinggalnya masing-masing. Kondisi ini belum tentu aman, sebab di Kairo ini cukup sadis kalau terjadi kerusuhan. Apalagi, tampak sekarang ini amarahnya sudah mulai memuncak.

Dia mengkhawatirkan, keluarnya tahanan di sejumlah penjara di Mesir membuat kondisinya semakin mengkhawatirkan. Untuk itulah, Pemerintah Indonesia maupun Kedutaan RI di Mesir segera mengumpulkan warga Indonesia yang ada di Mesir. Selanjutnya disatukan, dan ditanggung makannya. Sebab, sekarang ini sulit untuk mencari makan, sejumlah tempat penjual makanan sudah mulai di jarah.

“Apalagi anak-anak Indonesia khususnya yang berasal dari Sumut masih relatif muda, rata-rata hanya 1-5 tahun menetap di Mesir, sedangkan komunikasi antara warga Indonesia juga tidak berjalan akibat aksesnya diputus. Inikan semakin menyulitkan,” ucap pria alumnus Universitas Al Azhar ini. (ril/jpnn)


YM

Comments (2)

  1. MAROLOP STG says:

    semoga semua warga indonesia yang ada di mesir dapat diselamatkan, mari kita rakyat indonesia berdoa bersama untuk penyelamatan saudara/i kita yang di mesir.

  2. hasby says:

    pokoknya warga sumut hrus cpat dievakuasi

 
PLN Bottom Bar